Drama Natal selalu menjadi salah satu acara yang paling dinantikan dalam perayaan Natal di gereja, sekolah, maupun komunitas. Selain membawa pesan kelahiran Yesus Kristus, drama juga mampu menciptakan suasana hangat, penuh sukacita, dan menghibur bagi semua jemaat yang hadir.
Agar persiapan berjalan lancar, penting untuk mulai menyiapkan naskah drama sejak awal. Baik itu drama bertema keluarga yang menyentuh hati, drama komedi ringan yang mengundang tawa, hingga drama rohani dengan pesan mendalam.
Nah, berikut infoSulsel menyajikan kumpulan naskah drama Natal berbagai tema. Semua naskah drama Natal ini juga tersedia dalam format PDF sehingga dapat langsung diunduh dan digunakan untuk latihan.
Yuk, disimak!
1. Kehadiran Natal
Tujuan: Drama pendek ini bertujuan untuk menunjukkan betapa Yesus merupakan hadiah terbesar dari Allah untuk dunia, tanpa berusaha meremehkan nilai penting hadiah-hadiah yang diterima anak-anak di hari Natal.
Pemain
Kate: Gadis kecil yang agak manja, mengenakan piyama dan baju tidur luar, mungkin dengan rambut dikepang dan bintik-bintik (bisa diperankan oleh anak kecil).
Doll: Seorang dewasa atau anak kecil yang mengenakan pakaian bayi dan dibungkus dalam selimut
Ayah dan Ibu
Kakek dan Nenek (peran opsional).
Properti: Kertas kado untuk dua buah hadiah; perhiasan; boneka yang dibungkus dalam selimut; kartu Natal; serbet; boneka; kain liur dan botol minum bayi yang berisi susu untuk orang yang memerankan Doll; pohon Natal.
(Hadiah-hadiah ini sudah berada di atas panggung, di bawah pohon Natal. Apabila Anda mampu mengusahakannya, Ayah dan Ibu, serta Kakek dan Nenek berdiri di sebelah hadiah mereka masing-masing.)
Narator:
“Saat ini hari Natal dan Kate sangat gembira! (Kate berlari dan terkejut melihat hadiah-hadiah di bawah pohon.) Dia telah menanti-nanti hari Natal selama bulan Desember, dan sekarang telah tiba! Dia berlari menuruni tangga dan membuka semua hadiahnya. (Kate membuka hadiah pertamanya — Doll — dan melihat kartunya.) Dia merasa hadiah pertama sungguh mengasyikkan. Kartu itu berbunyi: ‘Untuk Kate, dengan cinta dari Ayah dan Ibu’. Hadiah itu dibungkus dalam kertas berwarna sangat terang, dan terlihat sangat mahal. (Kate mulai menyobek kertasnya). Membutuhkan waktu yang lama untuk melepaskan semua kertasnya, tetapi ketika dia membukanya, di dalamnya ada boneka terbaru yang diiklankan di TV. Boneka itu sangat pandai. Boneka itu menyebut namanya…”
Doll: “Halo, Kate! Aku adalah bonekamu!”
Narator:
“Boneka itu meminum susu dari sebuah botol… (Kate mengambil sebotol susu dan menaruhnya ke mulut Doll. Doll meminum beberapa teguk.) Dan boneka itu mengompol… (Doll menyilangkan kaki dan terlihat ingin ke toilet.) Boneka itu sangat mahal, dan ayah dan ibu Kate telah menghabiskan banyak uang untuk membelinya. (Kate memeluk Ayah dan Ibu, jika mereka ada.) Kemudian, Kate melihat hadiah keduanya. (Kate mendekati hadiah keduanya, yang dibungkus dengan kertas yang tidak begitu terang, dan melihat kartunya.)
Hadiah kedua yang dia dapatkan juga mengasyikkan. Kartu itu berbunyi: ‘Untuk Kate, dengan cinta dari Kakek dan Nenek.’ (Kate mulai menyobek kertasnya.) Dia mendapati sebuah hadiah yang kecil, tetapi ketika dia membukanya, di dalamnya adalah sesuatu yang sangat berharga. (Kate mengangkat sebuah perhiasan dari kotak tersebut.) Adalah sebuah perhiasan yang dipakai oleh neneknya ketika dia menikah, dan nenek Kate ingin Kate mengenakannya sekarang. Perhiasan itu sangat berharga, dan sangat berarti bagi Kate dan neneknya. (Kate mengenakan perhiasan itu dan memeluk Kakek dan Nenek.).
Kemudian, Kate melihat hadiah yang ketiga. (Kate mengambil sebuah bingkisan kecil berbentuk bayi, yang dibungkus dalam selimut, dan melihat kartunya.) Hadiah itu tidak terlihat mengasyikkan seperti hadiah-hadiah yang lain. Kartu itu berbunyi: ‘Untuk Kate, dan seluruh dunia, dengan cinta dari Allah.’ Hadiah itu tidak dibungkus dalam kertas Natal, tetapi dibungkus dalam selimut. Dia membukanya dan melihat apa yang ada di dalam. (Kate membukanya.) Di dalamnya ada bayi kecil. (Kate menemukan sebuah boneka di dalam selimut dan menolaknya seolah dia tidak menyukai penampilannya.)
Kate: (Mendekati Doll dan menghentakkan kakinya ketika dia bicara.) “Tetapi aku menginginkan hadiah yang mahal, seperti hadiah dari Ayah dan Ibu!”
Narator: Ini adalah sebuah hadiah yang mahal, Kate. Allah mengorbankan segala yang Dia miliki untuk memberikan hadiah ini kepada dunia!
Kate: (Menunjukkan perhiasannya.). Dan aku menginginkan sebuah hadiah yang berharga, seperti hadiah dari Kakek dan Nenek!
Narator: Ini adalah sebuah hadiah yang berharga, Kate. Bayi ini adalah satu-satunya Putra Allah.
Kate: (Memegang bayi tersebut di salah satu kakinya seolah dia akan menjatuhkannya.) “Tetapi ia hanya seorang bayi biasa! Apa yang begitu spesial dari bayi itu?
Narator: Kate belum memahami bahwa hadiah yang tampak sederhana ini sebenarnya adalah hadiah terbesar bagi dunia. Saat ia memegang bayi itu dengan ragu, sesuatu mulai terjadi.
(Bayi perlahan mengangkat kepala atau bergerak sedikit, lalu menatap Kate. Cahaya lampu dapat diarahkan sedikit pada bayi untuk memberi efek dramatis.)
Doll/Bayi (dengan lembut, bukan menakutkan): Aku datang bukan dengan kertas kado yang mahal… tetapi Aku datang untuk membawa terang.
(Kate terkejut dan memeluk bayi itu lebih hati-hati.)
Kate: Terang? Maksudnya bagaimana?”
Narator: Bayi itu bukan bayi biasa. Dialah Yesus, hadiah terbesar dari Allah. Melalui-Nya, semua orang dapat mengenal kasih, pengharapan, dan damai yang sejati.”
Doll/Bayi: Kate, hadiah itu tidak selalu tentang harga atau tampilan luarnya. Aku datang agar semua orang tahu bahwa mereka dicintai termasuk kamu.”
(Kate memandang bayi itu dengan tatapan berubah menjadi kagum.)
Kate: Jadi… Allah memberikan bayi ini untuk menunjukkan bahwa Dia mengasihi dunia? Bahkan aku?
Narator: Ya, Kate. Yesus adalah hadiah yang paling mahal karena Allah memberikan diri-Nya sendiri. Dia datang sebagai bayi, hidup sebagai manusia, dan akhirnya mengorbankan nyawa-Nya untuk keselamatan kita.
(Kate memeluk bayi itu dengan lembut.)
Kate (dengan suara pelan): Kalau begitu… ini hadiah paling berharga yang pernah aku dapat.
(Ayah, Ibu, dan Kakek-Nenek – jika ada – tersenyum dan mendekat.)
Ibu: Kami memberi hadiah karena kami sayang padamu, Kate.
Kakek/Nenek: Dan hadiah kami punya kenangan yang indah.
Ayah: Tapi hadiah dari Allah… adalah kasih yang tidak pernah habis.
(Kate menatap semua orang sambil memeluk bayi Yesus.)
Kate: Terima kasih, Tuhan. Hadiah ini jauh lebih baik daripada boneka pintar atau perhiasan. Ini hadiah yang membuatku merasa dicintai.
Narator: Dan pada pagi Natal itu, Kate akhirnya mengerti bahwa Natal bukan hanya tentang hadiah yang dibungkus cantik. Natal adalah tentang kehadiran Yesus, hadiah terbesar yang pernah diberikan kepada dunia.
(Semua pemain berkumpul di dekat pohon Natal.)
Semua: Selamat Natal! Terima kasih, Yesus, untuk kehadiran-Mu!
2. Bukan yang Aku Inginkan
Biarlah terangmu bercahaya dalam kegelapan, dan membebaskan tawanan.
Perlengkapan dan Pemain
1. Empat macam makanan ringan untuk makan siang.
2. Sebuah meja dan empat buah kursi.
3. Seorang anak sebagai narator.
4. Empat orang anak yang memeragakan cerita.
Narator: Cerita ini terjadi setelah liburan Natal. Empat anak sedang makan siang di kantin sekolah sambil bercerita tentang apa yang mereka dapatkan selama Natal.
Yuli: Jadi, apakah setiap orang mendapatkan apa yang mereka inginkan saat Natal?
Sam: Ya, apa kita membuat harapan?
Frank: Kakek dan nenekku sangat memanjakan aku! Menyenangkan sekali!
Mary: Natal ini adalah natal yang paling indah. Sangat menyenangkan!
Frank: Baiklah, siapa yang mau mulai dulu, ayo kita dengarkan semua cerita yang menyenangkan!
Yuli: Aku yakin aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan untuk natal ini. Nenekku memberi aku suatu kotak kayu yang sudah tua. Katanya kotak itu adalah Kotak Harapan. Ya, benar, satu-satunya harapan yang aku miliki adalah akan ada sesuatu yang lebih baik di dalamnya. Tapi ternyata tidak ada!
Sam: Hmmmm, aku lanjutkan, tahun ini aku mendapat pakaian dan hanya beberapa mainan. Orang tuaku pikir hadiah yang cocok untuk anak seumuran aku adalah pakaian. Parahnya, pamanku, Jim, memberiku tali penyelamat (menghela nafas). Tidak berguna….
Frank: (tertawa) Seperti yang aku katakan, kakek dan nenekku sangat memanjakan aku! Mereka memberiku video game baru. Sayangnya, hanya ada beberapa game saja sekarang ini, yang tentu aku sudah punya tapi sekarang aku sudah bosan. Aku harap mereka segera membuat game baru.
Yuli: Ayo Mary ceritakan apa yang kamu dapat, kamu pasti sudah membuat harapan. Kamu bilang natal ini natal yang paling
indah!
Mary: Aku tidak mendapat banyak hadiah, tapi aku mendapat satu hadiah yang benar-benar istimewa.
Sam, Yuli, Frank: O ya, apa itu?
Mary: (tersenyum lebar) Sebuah Alkitab!
Frank: Alkitab? Mana mungkin itu hadiah yang istimewa!
Mary: Alkitab yang diberikan oleh ayah dan ibuku benar-benar indah. Sebenarnya ini adalah hadiah yang harus terus diberikan. Alkitab adalah yang terbaik, Alkitab menunjukkan kepadaku bagaimana aku bisa menjalin hubungan yang nyata dengan Tuhan, betapa Yesus, Anak Allah mengasihi kita dan bagaimana kita bisa ke surga. Ini seperti kotak harapan yang diisi dengan kasih, sukacita, kedamaian dan kebijakan. Ceritanya benar-benar nyata dan sangat menarik, kamu tidak akan bosan membacanya.
Yuli: Wow, aku tidak pernah tahu Alkitab berisi seperti itu!
Frank: Alkitab lebih seperti Kotak Kesenangan daripada Kotak Harapan.
Sam: Hmm, hari ulang tahunku sebentar lagi. Aku rasa aku akan minta hadiah Alkitab.
Mary: Aku senang menceritakan isi Alkitab kepada kalian semua, kapan saja.
3. Kristus Lahir di Hatiku dan di Hatimu
Lampu panggung menyala, musik Lagu-lagu Natal Elvis Prisley Seorang bapak dengan mengenakan piama duduk mendengarkan lagu-lagu Elvis.
Seorang ibu masuk dengan pakaian bagus habis pergi.
Ibu: Alah…alah…bapak ini lho… Lha wong temannya pada sibuk, lha kok malah nglaras…Itu Pak Anton latihan koor, Pak Ngatari jadi panitia natal, lha bapak… nyantai…mbok yo ikut kegiatan apa gitu…
Bapak: (berdiri) Eh…bu…bu…sadar (memegang dahi istrinya) Natal itu yang penting disini nih…(memegang dadanya sendiri) Ndak usah rame-rame, pokoke Yesus lahir di hatiku…kalau sudah, aku harus hidup dengan teladan Yesus wis cukup… (duduk lagi dengan memilih CD)
Ibu: Memang aneh kok bapak iki…orang yang aneh. Orang lain bersuka cita menyatakan kegembiraan dengan segala daya, bapak… ompong… pong…pong… bengong.
Bapak: Lho…kok ngajak tawuran?? Masing-masing orang itu ya punya gaya sendiri-sendiri, style…gitu lho…aku kok disamakan dengan pak Anton, ya jelas beda apalagi Pak Narso, beda banget…bodinya saja lain…nuwun sewu Pak Narso ben rak kuwalat.
Ibu: Wis…ben…terserah…susah men dikasih tau. (Ibu masuk, Bapak meneruskan kegiatan mendengarkan CD)
Bapak: Begini kan nyaman, tenteram, di hati enak. Suara Elvis merdu, lagunya sesuai suasana hati yang mau natalan. Ini berkat…ndak usah ditonjol-tonjolken. Wong kalau di gereja khotbah natal juga paling disuruh menolong yang kekurangan… natal itu kok kadang-kadang ngucek-ngucek orang kaya…yang beruntung yang miskin, yang kaya itu salah aja…
(asyik mendengarkan lagu, Seorang nenek tua datang mengetuk pintu).
Ibu: Jangan, silahkan duduk.
(Sambil memelototi bapak yang menatap bengong)
Nenek: Tidak usah, anak…
Ibu: Tidak apa-apa, tunggu sebentar. (masuk ke dalam) Nenek mencoba ramah pada bapak, tapi bapak pura-pura cuek.
Nenek: Saya paling suka lagu White Chistmasnya Elvis, sebenarnya anak saya yang suka.
Bapak: (masa bodoh) ooohh…
Ibu keluar membawa minuman.
Ibu: monggo, silahkan diminum…
Nenek: aden dari tanah jawa ya?
Ibu : Iya nek…jangan panggil itu, Sri nama saya.
Nenek: Saya dari Sulawesi, nak… Kita orang lari dari tanah kelahiran karena di sana ada kerusuhan. Dorang baku bunuh. Jadilah nenek mencari anak nenek yang merantau ke Bogor, tapi tidak ketemu.
Ibu: Puteranya tinggal di mana, Nek?
Nenek: Katanya di babakan. Di sini banyak babakan, ada babakan gunung gede, babakan fakultas, pokoknya nenek bingung. Tadi waktu dengar, e…itu lagu Elvis…hati nenek bergetar, ingat natal di kampong. Kita suka manari rock ‘n Roll. (tersenyum sambil menutup mulutnya)
Ibu ikut tersenyum, bapak kelihatan mulai tertarik.
Ibu: Rock ‘n Roll, nek?
Nenek: Betul…yang begini (memperagakan) Waktu muda nenek suka sekali.
Bapak: Ya jelas waktu muda, masa nenek sekarang mau menari rock ‘n roll?
Nenek: Betul, nak…bisa-bisa patah kaki nenek. Tapi di kampong nenek, meskipun sederhana, kitorang suka badansa, jo…jadi segala musik kita suka.
Ibu: ceritakan tentang natal di kampung nenek.
Nenek: Iyo.. disana semua orang berebut menjadi panitia, kalau tidak paduan suara atau vocal grup.
Ibu : Wah beda dong dengan di sini ya.. semua orang berebut menolak menjadi panitia. Ya to pak? Apa lagi bapak-bapak, kalau diminta paduan suara, susah… banget.
Nenek: Mungkin kalian belum tahu hakikat Natal….
Bapak: Maksud nenek?
Nenek: Ya.. natal, itu harus lahir di hati kita, karena Yesus Juru selamat memeberikan tiket gratis untuk kita nonton konser malaikat di Sorga ya kan?
Ibu: Ah, masa menonton konser…
Nenek: Betul itu! Malaikat tiap hari memuji Allah…. Jadi, siapa menjadi anggota paduan suara itu temannya malaikat kan? Saat Allah menjadi manusia dan menjadi jembatan bagi kita kembali ke kebenaran Allah…. Hati kita senang.
Bapak: Wah ya… yang paling penting hati kita terima Yesus to nek? Memperbarui komitmen kesetiaan pada Yesus.
Nenek: Pintar.. tapi setalah itu apa?
Bapak: Yo… mengubah perilaku agar sesuai kehendak Kristus, mengikuti teladan Kristus.
Nenek: Bagus, lalu…
Bapak: (garuk-garuk kepala) opo.. yo!
Nenek: Coba kalian bayangkan, tempat penampungan air. Kalau kita isi terus, bagaimana?
Bapak: Luber… tumpah.
Nenek: Sia-sia kan? Malah merusak kayu-kayu dan barang-barang disekitarnya, tetapi kalau dari tempat penampungan air itu kita alirkan ke tempat lain, meski kita isi, dia tidak akan tumpah. Bisa untuk mandi di bak, menyiram tanaman dan lain-lain.
Ibu: Aku mengerti… jadi berkat Tuhan yang harus disalurkan ya nek.
Nenek: Iyo… Yesus akhirnya tidak hanya lahir di hatiku, tapi dihatimu, dan di hati semua orang. Karena tiap orang mau berbagi. Tidak hanya si kaya memberi si miskin, tapi si miskinpun memberi si kaya dan yang lain-lain.
Ibu : Tuh pak… Sukacita natal, harus dibagikan juga.
Nenek: Betul, apa yang kalian perbuat untuk Tuhan menjadi panitia, tukang ketik, paduan suara, bahkan hadir di perayaan sudah menjadi berkat, asal kalian tulus melakukan untuk Tuhan.
Ibu: Wah ita dapat pelajaran berharga hari ini. Nenek tinggal di sini aja, sambi mencari anak nenek. Jadi orang tua buat kami.
Nenek: Puji Tuhan … Tapi apakah tidak merepotkan?
Ibu: Tidak.. yo to pak? (Bapak tersenyum masam).
Nenek: Baiklah Tuhan memberkati kalian.
Ibu : Ayo nek… mana tasnya tadi, mbok dibawakan to pak? Sini saya tunjukkan kamar nenek.
Pemain meninggalkan panggung.
Narator:
Natal! Biarlah selalu harir di hatiku, di hatimu, di hati setiap orang percaya. Gloria in exelcis Deo.
4. Natal Milik Kita Bersama
Narator: Di suatu sore di desa terpencil di pinggir hutan. Ada seorang remaja bernama joko sedang duduk termenung di pinggiran sawah sembari menatap ke langit dengan tatapan kosong. Tampaknya ia sedang gelisah memikirkan sesuatu.
Dela: (Sambil melamun menatap langit) Natal So dekat…, rencananya Remaja Mo pigi natal di greja pusat, bagi yg mo pigi biaya 200 ribu, dari mana kita dapat uang p banyak itu…
Babak 1.
(tok tok tok, dela mengetuk pintu rumah)
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Dela: Syaloom.
Mama: Syaloom, dari mana kong baru pulang jam bagini, tadi bilang pi kabong tara lama,kong jam bagini baru pulang???….
Dela: Maaf ma.. tadi kita ke asikan bermain kong lupa waktu
Papa: Ya sudah, duduk sini, sekarang papa yg mo tanya. Papa lihat akhir-akhir ini dela sering melamun, ada masalah apa sebenarnya?
Mama: Mama juga ba rasa bagitu, ada apa sebernanya dela
Dela: Sebenarnya kita bingung, torang remaja mo iko natal di greja pusat dengan biaya 200 ribu per orang, itu untuk biaya makan, oto, dan seragam. dela tara mau kase susah mama deng papa. Makanya dela sering melamun bagaimana mo kumpul uang pe banyak bagitu.dela juga tara mau kase susah mama deng papa untuk cari uang pe banyak bagitu.
Mama: Oh jadi bagitu….dela carita mama deng papa jang jadi beban sandiri
Papa: ooohh,,, bagitu, tara apa-apa nanti papa coba cari pinjaman, supaya dela bole iko. Karna kalu pi di greja pusat itu paling sanang, paling rame,pohon natal yg indah banyak teman. Papa ingin dela pigi supaya bisa rasakan natal di greja pusat. torang serahkan semua ini pa Tuhan supaya ada jalan kaluar.
(Mereka saling berpelukan dan memuji Tuhan)
(Menyanyikan lagu Hari Dunia Bergembiralah)
Babak 2
Narator: Di dalam gereja di ruangf remaja, para remaja gereja sedang membicarakan tentang rencana Natal ke gereja pusat. Tampaknya mereka sedang serius dalam pembicaraannya. Ketua panitia memulai rapatnya.
Nadia: teman-teman rencana torang untuk natal di grejea pusat so tara lama lagi, bagaimana deng torang pe persiapan samua?
Andin: untuk keuangan masi kurang 1 orang tinggaldela. Kita perhatikan dia bolom ada uang k apa, bagaimana kalau torang bantu pa dia? Kasihan dia.
Indah: betul juga, kasihan dia, depe papa deng mama cuman kerja di kobong. Bagaimana kalau torang patungan untuk bantu pa dia supaya dela bisa iko natal
Novi: qt juga setuju, Natal kan tidak cuma pesta pora, kasian dia anak rajin torang harus bantu pa dia
Dimas: oke kalau bagitu. Torang patungan untuk bantu dela. Jadi sekarang keuangan fix eee…
Dela: (tok tok tok…. syaloom)
Remaja: Syaloom
Dela: Maaf kita terlambat, ada bantu mama deng papa di kobong. kita juga minta maaf kita pe uang bolom dapa kase kita pe papa bolom dapat pinjaman.
Kesia: Tara apa-apa Joko, mari dudu sama-sama deng torang…
Dimas: santai kawan, mari bersukacita, so ada yg bayar ngana pe yuran natal, jadi kawan bisa iko Natal. Jadi jangan sedi eeee.
Dela: Hah? Sapa yg bayar? Berarti kita bisa iko natal? Puji Tuhan, terima kasih Berkat Mu. Natal ini paling berarti bagi kita, sukacita natal akan terus terpancar dalam hidupku Tuhan. Terima kasih buat teman-teman semua yang so bagitu baik.
Andin: Sama-sama Dela. Torang samua ini sudara dalam Tuhan jadi harus saling baku tolong.
Vicky: Mari torang sama-sama buat perubahan besar melalui gereja ini. Melalui pelayanan yang bisa di kerjakan buat Tuhan.
Narator
Akhirnya para remaja ini bersukacita bersama sambil memuji-muji Tuhan. Kemudian mereka pulang kerumah mereka masing-masing dengan penuh sukacita.
Babak 3
Narator
Hari Natal telah tiba, rombongan remaja desa itu sudah tiba di gereja pusat, mereka sangat kagum akan kemegahan gereja pusat.
Mereka bersukacita dalam mengikuti setiap acara, kelap-kelip lampu Natal menambah semarak Natal menjadi semakin meriah. Tampilan dan isian acara pun sangat mempesona.
Dimas: Iiiisss bagus skaliii ee.. greja ini dekorasi juga bagus.
Kesia: Iya, semua yang datang senang sekali.
Niko: Memang baguus skaliiii……
Narator
Mereka semua antusias dalam mengikuti perayaan Natal, wajah mereka bersukacita, Kristus telah lahir di hati mereka dan di hati kita semua, sampaikanlah kabar baik ini keseluruh penjuru dunia, agar semua orang bisa menerima kabar baik ini dan diselamatkan.
Perayaan Natal telah usai, rombongan remaja ini pun melanjutkan perjalanan ke tempat wisata yang dekat dengan gereja pusat.
Mereka bermain bersama dan bergembira bersama, mereka terlihat sangat kompak dan menyala-ntala dalam Tuhan. Natal sungguh berarti bukan hanya bagi mereka yang merayakannya, tetapi biarlah damai dan sukacita natal terpancar keseluruh penjuru dunia.
Dela: Puju Tuhan akhirnya kita bisa ikut Natal sama-sama deng temang-temang merayakan Natal, semoga kebahagiaan natal ini bisa di rasakan semua orang yang hadir pada malam Natal ini.
Narator
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan pulang, mereka terus memuji dan mumuliakan Tuhan.
1. Andaikata Yesus jadi Gubernur
Naskah berikut ini merupakan wawancara antara seorang wartawan dengan Yesus yang diumpamakan saat itu sedang menjadi Gubernur di sebuah kota. Saat itu semua warga kota memperingati hari ulangtahun- Nya yang selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember, khususnya warga gereja.
Naskah Drama: Andaikata Yesus Jadi Gubernur
Pagi tadi sejumlah wartawan ibukota menunggu kedatangan Gubernur di tangga Balai Kota. Seturunnya dari mobil Mercy hitam, Gubernur segera dikerumuni para wartawan yang mengucapkan selamat berkenaan dengan ulang tahunnya pada hari ini, tanggal 25 Desember. Dengan cepat pula para wartawan mengajukan pertanyaan kepada Gubernur yang tampaknya sudah tergesa-gesa ingin masuk.
Wartawan kami merekam tanya jawab antara wartawan (W) dengan Gubernur (G) sebagai berikut:
W : Pak Gub, kemarin malam dan hari ini semua Gereja di kota ini merayakan ulang tahun Bapak. Bagaimana perasaan Bapak?
G : Biasa saja.
W : Gereja-gereja mana saja yang kemarin malam Bapak kunjungi?
G : Satu pun tidak saya kunjungi. Kemarin malam saya diam di rumah.
W : Lho, bukankah Bapak tamu VIP?
G : Saya tidak senang melihat mereka yang suka duduk di sofa yang empuk dan bagus di baris terdepan.
W : Tapi Pak, mereka berdoa.
G : Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang, padahal mereka menelan rumah janda-janda dan menggusur rumah orang lain seenaknya.
W : Jadi, Bapak tidak setuju orang beribadah?
G : Saya tidak mengatakan begitu. Maksud saya, saya membenci segala kumpulan dan perayaan mereka. Jauhkan daripada Saya keramaian koor mereka, dan lagu-lagu nyanyian jemaat mereka, tidak mau Saya dengar. Yang penting biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.
W : Mengapa Bapak berkata begitu?
G : Sebab Saya tahu, bahwa banyak perbuatan mereka yang jahat. Mereka menjadikan orang benar terjepit. Mereka menerima uang suap. Mereka mengesampingkan orang miskin di pintu pengadilan negeri. Mereka benci kepada yang memberi teguran di koran. Mereka menginjak-injak orang yang kedudukannya lemah dan mengambil pajak dengan cara memeras. Mereka rakus.
W : Jadi, apa Bapak menganggap iman itu tidak berguna?
G : Maksud Saya, iman harus disertai perbuatan. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.
W : Apa Bapak setuju Natal dirayakan dengan pesta?
G : Asal saja semua sampah bekas pesta itu dibuang pada tempatnya. Kota ini harus bersih.
W : Ada gereja yang merayakan kelahiran Bapak (Natal) dengan anggaran lebih dari lima juta rupiah, padahal ….
G : Peduli amat, itu uang mereka, asal saja uang halal, dan asal mereka ingat memberi kepada yang susah.
W : Tapi Natal dengan biaya di atas 5 juta itu kan termasuk mewah, Pak!
G : Ah, mengapa Saudara melihat selumbar di puncak Monas sedangkan bis bertingkat di dalam mata Saudara tidak Saudara ketahui. Jangan Saudara menghakimi orang lain mewah, padahal Saudara sendiri sekarang memakai baju safari yang begini mewah.
W : Apa Bapak setuju orang-orang merayakan Natal dengan pohon terang?
G : Mengapa tidak? Asal saja jangan menebang pohon cemara. Pakai saja pohon plastik. Kota ini perlu dihijaukan, sebab itu janganlah pohon cemara dikorbankan untuk Natal.
W : Menurut Bapak, kegiatan apa yang paling positif pada hari-hari Natal ini?
G : Ibadah yang murni di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Memberi bingkisan Natal kepada yang lapar, yang sakit, yang di dalam penjara.
W : Tapi hadiahnya jadinya kan untuk mereka, bukan untuk Bapak.
G : Segala sesuatu yang Saudara lakukan untuk salah seorang dari warga kota yang paling hina ini, Saudara telah melakukannya untuk saya.
W : Tapi, kami — wartawan — tidak pernah menerima hadiah Natal, Pak.
G : Adalah lebih bahagia memberi daripada menerima.
W : Pak, akhir-akhir ini kota kita sering banjir. Apa ini tanda akan kiamat?
G : Ah, Saudara ini sok beragama. Apa hubungan banjir dengan kiamat? Banjir ini karena kita suka buang sampah sembarangan, lalu sampah itu masuk ke got dan kali. Nah, got dan kali jadi dangkal. Akibatnya air meluap.
W : Pak, bagaimana caranya supaya lalu lintas di kota ini jangan macet?
G : Jangan ada yang naik mobil. Naik unta saja.
W : Apa pendapat Bapak tentang ….
G : Ah, sudah dulu. Marilah kita pergi ke tempat kerja kita masing- masing. Saya sekarang harus mendatangi beberapa kantor kelurahan di desa-desa tertinggal, karena untuk itu saya telah datang.
2. Christmas Parodi
Wah… ga nyangka 10 hari lagi uda masuk Desember nih..
Nah mumpung uda dekat, disela-sela kesibukan aku juga masih sempet buat drama untuk perayaan Natal Pelkat GP dan Pelkat PT GPIB Bethel Tanjungpinang.. cerita nya sih simple agak-agak ke-childish gitu, tapi justru cerita childish ini yang menggambarkan kerutinan kita ketika menyambut natal. Ide cerita ini adalah dari Kak Vivi dan Kak Moan waktu natal 2006 gitu kalo ga salah haha.
Oke pertama judulnya. Mungkin ketika baca judulnya ‘Christmas Parody’ yang ada dibenak itu adalah sebuah cerita lucu yang merupakan plesetan seperti contohnya The Starving Games yang adalah parodi The Hunger Games, atau Meet The Spartan yang parodi nya 300. Nah alasan sederhana nya yaa aku memang membuat drama ini komunikatif keseharian fleksibel dan mudah dimengerti serta ada humoris. Alasan selanjutnya adalah, ini lah gambaran lucu kehidupan remaja dan pemuda Kristen saat ini mengesampingkan natal itu sendiri. Oke ini dia teks drama nya, gunakan imajinasi untuk bisa menikmati drama ini.
Para pemeran:
1. Cindy (anak yang materialistis)
2. Luther (anak yang idealis)
3. Cika (anak yang cuek)
4. Sasa (anak mami)
5. Peri (rada-rada centil)
6. Walikota Betlehem
7. Petugas RS
8. 3 orang majus beserta Maria dan Yusuf
Latar:
1. Suasana tempat nongkrong, kalo aku buatnya sih Mall dengan alunan musik natal dari film Home Alone 2 yaitu “Jinggle Bell Rock” dengan volume minim
2. Kantor Walikota dengan backsound suara mesin ketik.
3. Lobi Rumah Sakit
4. Pusat Kota (setelah mereka keluar dari rumah sakit) dengan gerombolan orang yang mondar-mandir.
5. Padang luas dengan poon yang minim tapi terdapat kandag dombanya.
Natal disambut meriah oleh masyarakat di berbagai penjuru dunia. Dengan penuh sukacita orang-orang Kristen berkumpul, menghias pohon Natal, menyiapkan hidangan istimewa dan bertukar kado. Anak-anak kecil pun tersenyum lebar saat menerima kado-kado Natal mereka. Nah, di Tanjungpinang nuansa Natal juga terasa loh. Seminggu sebelum natal, ada 4 anak ABG yang lagi hunting di Mall BKT. Mereka sibuk membahas apa yang akan mereka persiapkan untuk natal tahun ini. Kira-kira seperti apa sih persiapan mereka.
(suasana Mall, dengan alunan musik natal)
Cindy: Eh teman-teman, seminggu lagi kan uda natal nih… kalian uda siapin apa aja? Uda nyari baju … sepatu… ama yang lainnya belum???
Luther: Ya belum laah, papa ama mama masih ngitung budget untuk natal ama akhir tahun nih… maklum BBM kan baru naik Rp. 2000, jadi harga-harga juga naik nih… kan ga lucu kalo ampe bangkrut gegara ga ada planning.
Cindy: liih kamu mah gitu banget sih, natal tu Cuma setahun sekali loh masa perhitungan… gak wow banget keleus..
Cika: Ahhh… kalian ni gimana sih, jutru karna natal itu setiap tahun ya makanya santai aja… kalo aku sih bodo amat laah kalo lagi ada mood ya aku beli kalo gak ada yaaa pake yang biasa aja uda cukup
Cindy: Ah kamu ga asik aah, sekali-kali yang wow dong kayak anak-anak jaman now… jangan-jangan ga sanggup beli nih? Hahaha
Cika: Enak aja lu cin !!!!
Luther: Hahahaha, udah udah.. kan cindy Cuma kidding aja… eh Sasa kalo kamu uda siapin apa ??
Sasa: mmmmmmmm
Cika: ham hem ham heeem aia
Sasa: iiiih bukan gitu.. kalo aku sih terserah mama aja ntar, biasanya dia juga yang beliin… tar kalo beli sembarangan mama marah kalo jelek
Cika + Luther + Cindy: Yaelaaaaaah capek deh…..
Nah… Lagi asik-asiknya mereka ber empat mengobrol dan membahas mengenai persiapan yang mereka telah persiapkan menjelang hari natal, tiba-tiba, muncullah sesosok peri yang berpakaian serba putih datang dan menghampiri mereka ber empat…..
(karena keasikan masuk si peri jatuh gara-gara ga liat jalan)
Peri: Aduuuh… siapa sih yang narok batu disini, princes kan mau maju maju cantiks jadinya jatuh… untung jatuh nya jatuh cantiks
(Kemudian Peri mengajak ngobrol mereka tapi karena manusia biasa tidak melihat jadi mereka tidak tahu ada Peri di dekat mereka)
Peri: hai hai haaaaai adik adik… lagi ngapain tuuh
Cindy: eh iyaa….kalian belum invite Pin BB ku yang baru yaa ??
Luther: Emang kamu ganti Pin yaaa ??
Sasa: Perasaan minggu lalu aku udah invite kok
Cindy: Heloooooooo, ga tau ya uda ada hape baru (buka tas) Ni sungsang S150, makanya update dong
Cika: Yaelah cin…. Hp baru ato lama ujung-ujung nya yang penting bisa sms ama nelpon juga, ngapain ganti-ganti mulu.. tar susah kamu dihubungin kalo ganti-ganti..
Peri: Ou Em Ji.. Princess lupa belum nampakin diri hihihi badan)… HAAAAAIIIIII Semriwingggg (memutar badan)…HAAAAAIIII
(keempat anak itu kaget, cika sasa dan cindy bersembunyi di belakang badan Lurher)
Luther: Kamu siapa??? Memangnya sekarang lagi ada syuting yaaa ??? pake kostum segala !
Peri: liih… kok syuting, aku ni peri asli loh suer deeeh… ni Kartu Tanda Peri ku (nunjukin KTP)
Sasa: Coba liaat… Marsha?? Marsha and the bear yaaa ?? Beruang nya mana ?? (yang lain ketawa)
Peri: liih nakal… itu nama bagus keleus… tapi biar akrab, panggil aku Princess okeeee ???
Semua Anak: haaaaaaaaaa ???
Peri: udaa ga usa bengong deh… kamu kamu kamu dan kamu (nunjuk masing-masing)… lagi bahas natal kaaan? daripada kalian cuma duduk ngebahas disini tempat apasih ini masa dibilang Mall kecil gini… yuk princess bawa jalan-jalan
Cindy: HAAA !! jalan-jalan ???? maaaaaaauuuuuu
Cika: Ah ga ikut ah, bosen kalo jalan-jalan di BKT
Peri: iiih ga jalan-jalan disini keleus…. Princess mau bawa kesiniiiiiiiiiiiii (mengayunkan tongkat semua gelap layar tutup)
Nah looh, kemana nih rekan-rekan kita diculik ama si peri ?? Wah perinya nakal main culik ga izin nih… Usut punya usut, ternyata si Peri ini adalah salah satu Malaikat di Surga yang diutus untuk mengajarkan mereka berempat arti dari natal itu. Kira-kira gimana ya cara Peri ini, dan mereka dibawa kemana sih?
(Pemain keluar ditengah-tengah tirai) – tirai masih ditutup pemain beraksi didepan tirai
Semua Anak: haa kita dimana ini dimana ???
Sasa: mamaaaaaaaaaaaa
Cindy: Helooow ni pelosok mana sih, kok ga ada sinyal sih !!!
(Si Peri kemudian masuk)
Peri: Hai hai haaaaai… kangen yaaa ama Princess ?
Luther: Peri ini dimana ?????!!!
Peri: liih.. uda dibilang panggil princess aja… jadi kan kalian lagi sibuk ni mau nyiapin natal, jadi princess bawa kalian ke 2000 tahun yang lalu waktu Yesus lahir.
(Peri mengeluarkan peta)
Peri: nah kalian kan tau dimana, Yesus lahir.. uda tau dong kan anak sekolah minggu, jadi malam ini kebetulan banget malam kelahiran Yesus.. nah ini ada peta jadi dari sini kalian cari yaaa biar kalian tau Natal itu apa okeeeey, nanti kalo kamu uda ngerti baru princess bawa pulang okeeey?? daaaaaaaaa (Peri keluar panggung)
Para ABG itu kebingungan, mereka pun kemudian memutuskan untuk secepat mungkin menemukan tempat Yesus lahir yaitu Betlehem, supaya mereka bisa secepat mungkin pulang kerumah. Apalagi Cindy uda mulai gelisah ga bawa powerbank untuk ngecas.
(tirai dibuka)
Lama mereka berjalan mengikuti peta, besyukur deh ternyata Cika meskipun sifat nya cuek tetapi dia adalah anak pramuka, jadi gampang baca peta. Akhirnya mereka menemukan Kota Betlehem.
Cika: tuhkan nyampe kita di Betlehem, siapa dulu yang pimpin jalan
Luther: eh tapi kita mau cari dimana nih?
Cindy: gimana kalo kita Tanya walikota saja kan dia yang memerintah disini
Mereka pun berjalan menuju kantor walikota, kebetulan sih walikota nya berada di tempat.
Semua ABG: Syalooom pak
Walikota: wah… syalom syalom, masuk adek adek …. Silahkan duduk kalian kesini? Mau ngajuin proposal ya?? Aduh maaf banget adek-adek uda tutup buku….
Sasa: Proposal itu apa ???
(semua melihat kaget kearah sasa)
Luther: Bukan om… eh salah pak… kami kesini mau nyari alamat warga bapak, namanya Maria dan Yusuf.. katanya hari ini mau melahirkan pak tapi kami ga tau alamatnya
Walikota: Maria? Yusuf? Sebentar saya cek dulu (walikota kemudian membuka arsip) oh iyaaa benar mereka warga saya, tapi setahu saya mereka baru pindah dari kediaman yang lama dan belum mendaftar di Dinas Kependudukan alamat baru nya jadi gimana ????
Cindy: yaaah jadi gimana dong pak ??? malah batere saya uda 30% nih
(walikota nampak berpikir keras)
Walikota: Begini saja coba kalian cek ke rumah sakit mana tau mereka sudah bersalin disana
Semua ABG: Oke pak makasih… syaloom
Waduuh… Walikota nya gak tau nih dimana posisi Maria dan Yusuf saat ini. Kira-kira dimana ya mereka. Harapan mereka Cuma satu-satunya petunjuk dari Walikota yaitu rumah sakit… kira-kira mereka menemukan Maria dan Yusuf tidak yaa ??
Setelah lama berjalan.. akhirnya mereka tiba dirumah sakit setempat
Cindy: Permisi mbak…. Syalom
Perawat: Syaloom dek.. ada yang bisa kami bantu??
Cindy: Gini mbak…. Ada powerbank gaak ??????
Perawat: haaaaa powerbank ???
Cika: huuss ngaco.. gini mbak, kami lagi nyari kerabat kami yang mau melahirkan hari ini namanya Maria dan Yusuf, mereka sudah bersalin belum mbak?
Perawat: Oh.. sebentar yaaaa saya lihat (perawat memeriksa daftar).. maaf ya adek-adek gak ada pasien bersalin yang bernama Maria dan Yusuf, mungkin mereka tidak kesini tapi ke Bidan Tradisional
Luther: ooh tidak ada ya mbak??? Yauda deh kami permisi dulu yaa syalommmm
Perawat: syalom adek-adek
Yaaaah… ternyata di rumah sakit juga ngak ada nih.. jadi gimana dong nasib rekan-rekan kita ???
Di tengah-tengah kebingungan mereka pun mencoba bertanya kepada masyarakat setempat apakah mereka pernah kenal sepasang suami istri bernama Maria Yusuf atau mungkin sepasang suami istri yang sedang hamil tua mencari tempat persalinan. Ternyata di semua tempat bersalin dan tempat penginapan tidak ada Maria dan Yusuf
(Layar tutup) – adegan selanjutnya adalah penghayatan narator dan musik Natal
info berganti menit berganti jam, gak terasa rekan-rekan kita uda seharian mencari hingga larut malam. Karena terus menerus berjalan mencari, mereka tidak sadar kalau mereka sudah berada di pinggiran kota. Semua sudah lelah dan memutuskan untuk beristirahat di sebuah padang
(Layar buka)
Saat mereka beristirahat, mereka melihat sepasang suami istri yang berjalan tertatih mencari tempat istirahat karena dalam keadaan hamil besar. Mereka masuk dalam sebuah kandang dan kemudian si Istri melahirkan. Tiba-tiba saja bintang terang bersinar di atas kandang itu, dan mereka pun dengan penuh sukacita akhirnya mendekati kandang itu karena mereka tahu di cerita-cerita natal bahwa Yesus lahir di dalam kandang dan bintang bersinar di atasnya. Ketika mereka sedang dalam sukacita melihat bayi Yesus yang mungil di dalam palungan dihias kain lampin, tiba-tiba datang 3 orang Majus yang datang membawa persembahan kepada bayi Yesus.
Mereka sadar apa itu natal, selama ini mereka hanya memikirkan natal menurut mata mereka. Cindy sekeluarga dengan glamour nya, Luther sekeluarga dengan perhitungan untung rugi, Cika yang tidak memiliki semangat, dan Sasa dengan sikap kekanakannya terhadap mamanya. Mereka sadar apa itu natal yang sebenarnya.
Kita tahu bahwa sukacita Natal tidak hanya terletak baik pada hiasan Natal maupun kado saja. Elisabet dalam Perjanjian Baru menyadari sukacita Natal yang sesungguhnya. Dia menyambut Maria dengan Bayi yang dikandungnya dengan sorak-sorai karena dia tahu janji Allah akan sang Penyelamat akan digenapi.
(Layar tutup)
EPILOG
(layar dibuka tanpa dekor dan latar)
Misi mereka berhasil… mereka menemukan bayi Yesus, dan sepanjang jalan mereka hanya merenung, Cindy sudah seperti tidak peduli dengan gadget nya lagi… Ketika mereka berjalan dalam keheningan tiba-tiba ….
Peri: HAAAAAAIIIII princess datang, gimana uda ketemu dengan Bayi Yesus belum ??
Semua ABG: udah princesss
Peri: Nah gitu dong manggilnya kan enak… nah jadi kalian uda tau belum arti Natal itu apa ??? (semua mengangguk).. sekarang tutup mata dan semriwiiiinnnnggggg
(Layar tutup)
Nah untuk endingnya adalah tugas dari Pelayan Firman yang akan membawa kita dalam refleksi Natal.
3. Hadiah Misterius dari Surga
Pemain:
Mika – anak yang penasaran
Riko – sahabat yang gampang panik
Oma Lina – oma bijak tapi suka salah dengar
Malaikat Tarsius – malaikat yang sangat ceroboh
Tetangga (opsional) – satu tokoh tambahan sebagai pemanis
Adegan 1 – Ruang Tamu Rumah Mika
(Mika dan Riko sedang menghias pohon Natal. Mika membuka sebuah kotak besar bersampul emas.)
Riko: (kaget)
Eh, kotak apa itu? Hadiah siapa? Kok besar banget? Jangan-jangan isinya… kucing?
Mika:
Kucing dari mana? Ini tiba-tiba muncul di depan pintu. Nggak ada nama pengirimnya.
Riko:
Kalau tiba-tiba muncul… jangan-jangan hadiah dari… surga?
Mika:
(bercanda) Ya kali Malaikat kirim paket COD.
(Kotak tiba-tiba bergerak.)
Riko: (teriak)
WAAH! Itu bergerak! Mika, itu bukan kucing-itu alien Natal!
Adegan 2 – Kotak Terbuka
(Kotak terbuka. Keluar Malaikat Tarsius dengan sayap kusut dan rambut acak-acakan.)
Malaikat Tarsius:
(Bingung) Aduh… mendaratnya meleset lagi. Harusnya ke kandang domba di Bethlehem, kok nyasar ke rumah kamu?
Mika:
(terkejut) Kamu… Malaikat?
Malaikat Tarsius:
Iya! Malaikat Tarsius-spesialis pengiriman pesan Natal. Tapi sering salah alamat… sedikit.
Riko:
Sedikit? Kamu mendarat di kulkas kita tadi! (tunjuk sayap penuh es)
Malaikat Tarsius:
(cek sayap) Oh… pantas dingin.
Adegan 3 – Masuk Oma Lina
(Oma Lina masuk sambil membawa kue.)
Oma Lina:
Ada apa ribut-ribut? Oma kira ada kambing masuk rumah!
(Lihat Malaikat Tarsius.)
Oma Lina:
Lho, kamu siapa? Anak cosplay?
Malaikat Tarsius:
Saya Malaikat, Oma.
Oma Lina:
Apa? Pelekat? Tempelan kulkas?
Riko:
(ketawa) Oma, bukan pelekat. Malaikat!
Adegan 4 – Misi Malaikat
Malaikat Tarsius:
Saya harus kasih pesan penting Natal: “Damai di bumi dan… “
(berhenti, bingung)
Aduh… catatannya hilang.
(Semua wajah lelah.)
Mika:
Kalau pesannya tentang damai, kasih, dan berbagi… bukannya itu memang pesan Natal setiap tahun?
Malaikat Tarsius:
(terkejut) Wah, kamu lebih hebat dari GPS malaikat! Betul! Itu pesannya!
Adegan 5 – Penutupan Lucu
Malaikat Tarsius:
Sebagai ucapan terima kasih, ini hadiah Natal untuk kalian.
(ambil sesuatu dari tas)
Eh salah… ini sandal Oma. (Oma teriak dari belakang)
(Akhirnya Malaikat memberi bintang kecil menyala.)
Mika:
Terima kasih, Malaikat. Kami akan ingat pesannya.
Malaikat Tarsius:
Bagus! Karena… saya lupa jalan pulang.
(Semua tepuk jidat.)
Oma Lina:
Sudah, sini. Oma antar pakai Google Maps.
4. Para Gembala yang Salah Paham
Pemain:
Gembala Jono – polos, suka salah dengar
Gembala Timo – sok tahu
Gembala Sari – paling pintar tapi mudah kesal
Malaikat Rafael – tegas tapi suka dramatis
Pemilik Penginapan (opsional)
Adegan 1 – Padang Rumput
(Ketiga gembala sedang menjaga domba.)
Jono:
Timo, aku punya firasat malam ini bakal ada yang seru.
Timo:
Seru apa? Domba kita joget TikTok?
Sari:
(Tegang) Kalian tuh ya… kalau nggak bercanda rasanya sakit gigi.
Tiba-tiba cahaya terang muncul.
Jono:
(Teriak) WAAH! UFO!
Adegan 2 – Malaikat Muncul
Malaikat Rafael turun dengan gaya dramatis.
Malaikat Rafael:
Jangan takut!
Jono:
Terlambat! Aku udah takut duluan!
Malaikat Rafael:
Aku bawa kabar baik. Seorang Juru Selamat telah lahir.
Timo:
(ngangguk percaya diri)
Sudah kuduga! Aku kan tadi bilang bakal ada kejadian penting.
Sari:
Kapan kamu bilang?
Timo:
Ya… dalam hati.
Adegan 3 – Salah Paham
Malaikat Rafael:
Pergilah ke Bethlehem! Kalian akan menemukan bayi dibungkus kain dan terbaring di palungan.
Jono:
(angkat tangan)
Satu pertanyaan. “Palungan” itu nama restoran baru?
Sari:
(Jidat tepok)
Palungan itu tempat makan hewan, Jono!
Jono:
Loh… bayi makan rumput?
Timo:
(serius)
Ini bayi spesial, Jon. Mungkin dietnya beda.
Adegan 4 – Menuju Bethlehem
(Ketiganya berjalan sambil membawa hadiah seadanya.)
Timo:
Aku bawa susu kambing. Cocok untuk bayi!
Sari:
Aku bawa selimut. Biar hangat.
Jono:
Aku bawa…
(ambil sesuatu)
Sebiji kentang. Buat jaga-jaga.
Sari:
Buat jaga-jaga apa?!
Jono:
Ya… siapa tahu bayinya lapar!
Adegan 5 – Di Depan Kandang
(Sampai di depan kandang, mereka bertemu Pemilik Penginapan.)
Pemilik:
Ada apa ramai-ramai malam begini?
Jono:
Kami cari bayi yang lahir di… apa tadi? “Restoran Palungan”?
Pemilik:
(restless)
Astagaa… itu KANDANG, Nak!
(Semua tertawa kecuali Jono.)
Adegan 6 – Penutup
(Malaikat Rafael kembali muncul.)
Malaikat Rafael:
Yang penting kalian datang dengan hati yang tulus. Itu hadiah terbaik bagi Sang Juru Selamat.
Jono:
Termasuk kentangku?
Malaikat Rafael:
(berpikir)
Ehm… ya, termasuk kentangmu.
(Semua tertawa dan berdiri melingkar.)
1. Natal di Rumah Kecil Kami
Pemain:
Ayah: Pekerja keras, mulai jarang di rumah
Ibu: Lembut, penyabar
Mira: Anak remaja yang kecewa karena Ayah jarang hadir
Dito: Adik Mira, ceria
Oma Rani: Bijak, penengah
Tetangga (opsional)
Adegan 1 – Ruang Keluarga Rumah Mira
(Ibu dan anak-anak sedang menghias pohon Natal.)
Dito: Bu, Ayah pulang kapan? Katanya mau bantu pasang bintang di atas pohon.
Ibu: (Senyum lembut) Ayah bilang akan pulang lebih cepat hari ini. Kita tunggu ya.
Mira: (Sedikit kesal) Ah, paling juga bohong lagi. Ayah selalu sibuk. Natal tahun lalu juga Ayah telat.
Ibu: Mira… jangan dulu berburuk sangka. Natal itu tentang hati yang mau mengampuni.
Mira: (Sambil menghela napas) Aku cuma… kangen.
Adegan 2 – Datang Oma Rani
(Oma masuk sambil membawa kue natal.)
Oma: Selamat sore cucu Oma! Sudah siap menyambut Natal?
Dito: Sudah, Oma! Tinggal nunggu Ayah…
Mira: Yang mungkin nggak datang lagi.
Oma: (duduk di dekat Mira ) Nak, kamu tahu? Tuhan datang ke dunia juga di tengah keluarga yang sederhana. Nggak semua sempurna, tapi penuh kasih.
Mira: Iya, Oma… tapi rasanya beda kalau Ayah terus nggak ada.
Oma: Justru di momen seperti inilah kita belajar apa itu arti hadir-bukan hanya fisik, tapi juga hati.
Adegan 3 – Ayah Pulang dengan Wajah Lelah
(Pintu terbuka. Ayah masuk membawa tas kerja.)
Ayah: (Suara pelan dan lelah) Papa pulang…
Dito: AYAH!! (lari memeluk)
Ayah: Maaf Papa terlambat… Papa habis rapat mendadak.
Mira: (berdiri, agak menjauh) Ayah selalu punya alasan.
(Suasana hening sejenak.)
Adegan 4 – Ayah Mencoba Menjelaskan
Ayah: (berjalan mendekat Mira) Mira… Papa tahu Papa sering mengecewakan kamu. Tapi Papa kerja keras supaya kalian nggak kekurangan. Bukan berarti Papa nggak sayang.
Mira: (mata berkaca-kaca ) Aku cuma ingin Ayah ada… walau sebentar.
(Ayah memeluk Mira.)
Ayah: Mulai hari ini, Papa janji akan belajar meluangkan waktu. Natal mengingatkan Papa bahwa keluarga adalah hadiah terindah.
Adegan 5 – Menyalakan Pohon Natal
Ibu: Bagaimana kalau kita nyalakan lampu pohon Natal bersama?
Dito: Ayah yang pasang bintang ya!
(Ayah mengangkat Dito untuk memasang bintang. Lampu menyala.)
Oma: Indah sekali. Semoga cahaya Natal juga menyala di hati kita-menerangi, menghangatkan, dan menyatukan keluarga.
Mira:(tersenyum) Selamat Natal, Ayah. Aku senang kamu ada di sini.
Ayah: Selamat Natal, keluarga kecilku.
(Semua berpelukan. Musik Natal lembut terdengar)
2. Hadiah Terbaik untuk Natal Ini
Pemain
Bu Lilis – mama, sabar dan hangat
Pak Anton – papa, sibuk bekerja belakangan ini
Mira – anak perempuan remaja
Reno – adik laki-laki, 10 tahun
Nenek Rina – bijak dan lembut
Bu Darti (tetangga) – ceria dan banyak bicara
ADEGAN 1 – RUANG KELUARGA (SORE)
Bu Lilis menghias pita. Mira dan Reno duduk sambil memegang ponsel.
Bu Lilis: (tersenyum) Hei, kalian nggak mau bantu Mama pasang hiasan di pohon Natal?
Mira: (lesu) Entahlah, Ma. Natal tahun ini… beda aja.
Reno: Iya. Papa pulang larut terus. Tahun lalu Papa yang paling semangat naruh bintang di puncak pohon.
Bu Lilis: (menepuk bahu anak-anak) Papa lagi banyak pekerjaan, tapi Natal tetap indah kalau kita isi dengan hati yang bersyukur.
Anak-anak saling pandang, tapi tetap tampak kecewa.
ADEGAN 2 – RUANG KELUARGA (BEberapa Saat Kemudian)
Nenek Rina masuk membawa toples kue.
Nenek Rina: Wah, kenapa kalian seperti habis kena ombak? Ini rumah atau museum sunyi?
Mira: Oma… rasanya Natal kurang ceria. Papa sibuk terus.
Nenek Rina: (duduk, tersenyum lembut) Dulu waktu Mama kalian kecil, kita bahkan nggak punya uang buat beli pohon Natal. Tapi kita tetap bernyanyi dan saling menghibur. Natal itu bukan soal barang, tapi hati.
Reno: Jadi tanpa hadiah pun bisa senang?
Nenek Rina: Tentu saja. Hadiah itu tambahan. Yang utama adalah kehadiran satu sama lain.
Mira mulai terlihat mengerti.
ADEGAN 3 – PAK ANTON PULANG MALAM
Pak Anton masuk sambil melepas dasi, wajah lelah.
Pak Anton: Maaf semua… Papa pulang telat lagi, ya.
Mira dan Reno mengangguk kecil.
Pak Anton: Kok semua muram begitu? Ada apa?
Mira: Kami kangen Papa yang dulu. Yang suka pasang lampu sambil nyanyi lagu Natal.
Pak Anton terdiam, tampak tersentuh.
Pak Anton: (pelan) Papa sibuk kejar bonus akhir tahun. Papa pikir itu bikin Natal kalian lebih bahagia.
Bu Lilis: (lembut) Tapi yang mereka butuhkan bukan itu, Pa. Mereka butuh kehadiran Papa.
Pak Anton menunduk, menyesal.
ADEGAN 4 – PAGI HARI NATAL
Pak Anton tidak ada di ruang keluarga. Semua terlihat bingung. Tiba-tiba Pak Anton muncul dari dapur membawa pancake berbentuk pohon Natal.
Pak Anton: Selamat Natal! Hari ini Papa nggak kerja. Papa libur khusus buat kalian.
Reno: Yesss! Akhirnya Papa ada di rumah!
Mira: Papa serius nggak kerja hari ini?
Pak Anton: (memeluk keduanya) Iya. Hari ini hanya untuk keluarga.
Nenek Rina tersenyum puas.
ADEGAN 5 – PENUTUP
Keluarga berdiri di depan pohon Natal. Pak Anton mengajak semua memasang bintang di puncak pohon bersama-sama.
Pak Anton: Maafkan Papa, ya. Hadiah terbaik yang Papa punya hanyalah waktu dan kehadiran Papa.
Mira: Itu hadiah terindah, Pa.
Reno: Lebih bagus dari mainan apa pun!
Bu Lilis: (mengusap air mata haru) Natal ini terasa lengkap sekali.
Mereka berpelukan.
Musik “Malam Kudus” mengalun lembut.
Teks penutup:
“Kasih keluarga adalah hadiah terindah yang dibawa Natal.”
3. Tuhan Tidak Tidur
Tokoh:
Reno: Anak bungsu, polos dan lucu
Kirana: Kakak yang cerdas dan sedikit usil
Mama: Lembut dan bijak
Bu Rasti: Tetangga baik tapi sedikit ceroboh
Narasi Awal
Di ruang keluarga, Reno sedang duduk di karpet dengan ekspresi serius. Sementara sang kakak, Kirana, sedang membaca buku di sofa. Pohon Natal kecil di pojok ruangan menyala dengan lampu warna-warni.
Reno: Kira-kira Tuhan itu tidur enggak, ya?
Kirana: (mendongak dari bukunya) Apa sih, Neno? Tuhan tidak tidur, lah. Masa Tuhan tidur? Siapa yang jagain kita kalau begitu?
Reno: Iya, sih… Tapi kalau Tuhan tidak tidur, kapan Dia istirahat? Enggak capek, apa?
Kirana: Sudahlah, jangan tanya yang aneh-aneh. Mending bantu Mama beresin rumah buat Natal besok.
Reno: Kalau Tuhan enggak tidur, berarti Dia tahu aku lupa beresin kamarku kemarin?
Kirana: (menutup buku, menatap tajam) Bukan cuma tahu, Neno. Dia juga tahu kamu ngumpetin keripik di bawah bantal!
Reno: Lho, kok kamu tahu?!
Kirana: Karena aku yang makan keripiknya, hahaha!
(Mama Livia masuk membawa kotak hiasan Natal.)
Mama Livia: Anak-anak, ayo bantu Mama pasang hiasan. Kirana, ambil pita di meja. Reno, kamu gantungkan loncengnya.
Reno: Ma, tadi aku tanya Kak Kirana. Tuhan itu tidur enggak, sih?
Mama: Tidak, sayang. Tuhan selalu berjaga. Dia menjaga kita siang dan malam.
Reno: Kalau begitu, Tuhan tahu aku sering makan cokelat diam-diam, ya?
Kirana: Pasti tahu, Neno. Makanya gigi kamu ompong, tuh!
Mama: Tuhan tahu segalanya, tapi Dia juga pengasih. Kalau kita salah, Tuhan akan memaafkan kalau kita mau berubah.
(Reno merenung, lalu mengambil kotak cokelat dari belakang sofa dan menyerahkannya.)
Reno: Ma, ini cokelat terakhir yang aku sembunyikan. Aku janji enggak makan diam-diam lagi.
Mama: Bagus, Reno. Itulah Natal, mengingatkan kita untuk jadi lebih baik.
(Terdengar ketukan pintu.)
Bu Rasti: Halo… ada orang di rumah?
Reno: Waduh, Bu Rasti lagi. Pasti mau pinjam gula.
Kirana: Atau sendok. Kemarin pinjam sendok garpu belum balikin!
(Mama membuka pintu. Bu Rasti masuk dengan wajah cemas membawa kado kecil.)
Bu Rasti: Bu, maaf ganggu. Saya mau tanya sesuatu. Anak-anak, Tuhan itu benar-benar enggak tidur, ya?
Reno: Iya, Bu. Tuhan enggak pernah tidur. Memangnya kenapa?
Bu Rasti: Soalnya tadi malam saya jatuh waktu pasang lampu Natal, terus saya ngomel-ngomel. Kalau Tuhan dengar… apa Dia marah?
Mama Livia: Tidak, Bu Rasti. Tuhan tidak marah. Tapi Dia ingin kita lebih sabar. Natal ini waktu yang tepat untuk mengingat kasih-Nya.
Bu Rasti: Hmm… kalau begitu Tuhan juga tahu saya lupa balikin sendok garpu, ya?
Kirana: Tahu, Bu. Bahkan mungkin tahu sendoknya dipakai makan mie instan!
(Semua tertawa.)
Bu Rasti: Baiklah… sebagai permintaan maaf, saya bantu pasang hiasan Natal, ya?
(Mereka bersama-sama menghias pohon Natal.)
Reno: Bu Rasti, terima kasih sudah membantu. Aku jadi makin yakin kalau Tuhan enggak pernah tidur. Dia selalu kirim orang baik buat saling menolong.
Kirana: Dan Dia selalu ingatkan kita untuk berbuat baik… termasuk balikin sendok garpu.
Bu Rasti: Iya, iya. Besok saya balikin semua!
Mama: Natal adalah waktu untuk berbagi. Jangan sungkan kalau perlu bantuan.
Reno: (mengangkat tangan semangat) Aku punya ide! Gimana kalau kita kasih kado untuk Tuhan?
Kirana (heran): Kado untuk Tuhan? Gimana caranya?
Reno: Kita berbuat baik sama orang lain! Itu pasti bikin Tuhan senang!
Semua tersenyum setuju.
Mama: Betul. Tuhan tidak tidur. Dia selalu menjaga kita… dan melalui kita, Dia ingin kasih-Nya nyata bagi orang lain.
(Lampu Natal berkilau cerah. Mereka duduk bersama, tertawa dan berbagi cerita.)
Semua: Selamat Natal! Tuhan tidak tidur-Dia selalu mengasihi kita!
Itulah contoh naskah drama Natal berbagai tema lengkap dengan format PDF-nya. Semoga bermanfaat ya infoers!
