Shalat Idul Adha merupakan salah satu amalan yang dikerjakan umat muslim pada Lebaran Kurban ini. Sebelum melaksanakannya, terdapat sunnah-sunnah yang dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah dan meraih keberkahannya.
Lantas, apa saja sunnah sebelum shalat Idul Adha yang bisa dikerjakan?
Sebagai informasi, shalat Idul Adha dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah 1446 H atau Jumat, 6 Juni 2025. Sebelum melaksanakannya, pahami lebih dulu sunnah-sunnah yang bisa diamalkan berikut yang disajikan infoSulsel.
Yuk, disimak!
Disunnahkan untuk melantunkan takbir pada momen perayaan Idul Adha. Takbiran ini dilakukan mulai Subuh Hari Arafah atau 9 Dzulhijjah hingga petang di akhir Hari Tasyrik.
Adapun Hari Tasyrik berlangsung selama 3 hari berturut-turut pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Hal ini dijelaskan oleh sahabat Nabi SAW, Ali dan Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir dan lainnya. [1]
Pada malam Hari Raya Idul Adha, umat muslim dianjurkan mengisinya dengan berbagai ibadah serta amalan saleh. Sebagaimana diriwayatkan Abu Umamah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَتَى الْعِيدَيْنِ مُحْتَسِبًا لِلَّهِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ .
Artinya: “Barangsiapa melakukan shalat pada dua malam hari raya (fitri dan adha) karena mencari pahala dari Allah, niscaya hatinya tidak mati ketika hati-hati yang lain mati.” [2]
Rasulullah SAW menganjurkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat Idul Adha. Hal ini sebagaimana sunnah ketika hendak berangkat shalat Jumat. [3]
Anjuran tersebut didasarkan pada hadis:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ كَانَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah SAW mandi pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.” [4]
Saat hendak melaksanakan shalat Idul Adha, umat muslim dianjurkan untuk memakai wewangian dan pakaian terbaiknya. Sunnah ini juga diamalkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW. [3]
Diriwayatkan dalam hadis Hasan As Shibti bahwa:
آمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدِ مَا نَجِدُ وَأَنْ نُصْحِيَ بِأَثْمَنِ مَا نَجِدُ
Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami agar pada kedua hari raya memakai pakaian yang terbagus, memakai wangi-wangian yang terbaik dan berkurban dengan hewan yang paling berharga.” (HR. Hakim).
Penting diketahui anjurannya adalah menggunakan pakaian terbaik, bukan pakaian baru. Sehingga tetap bisa menggunakan pakaian lama, tetapi termasuk pakaian terbaik yang kita miliki.
Sebelum shalat Idul Adha tidak dianjurkan untuk makan dan minum. Begitu selesai shalat Idul Adha, umat muslim baru diperkenankan untuk mengisi perut.
Abdullah bin Buraidah meriwayatkan bahwa:
كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم – لا يَعْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلَا يَأْكُلُيَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أَضْحِيَّتِهِ
Artinya: “Rasulullah SAW biasa berangkat shalat Id pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat id baru beliau menyantap hasil kurbannya.” (HR. Ahmad). [4]
Saat berangkat ke tempat Shalat Id, disunnahkan untuk berjalan kaki. Anjuran ini merupakan kebiasaan Rasulullah SAW yang disebut tidak pernah menunggangi hewan tunggangnya saat berangkat shalat Id.
Sebagaimana sahabat Ibnu Umar berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Artinya: “Rasulullah SAW biasa berangkat sholat Id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang juga dengan berjalan kaki.” (HR. Ibnu Majah Nomor 1295). [3]
Berangkat menunaikan shalat Id disunnahkan sedini mungkin kecuali bagi imam. Imam sendiri baru datang bersamaan dengan masuknya waktu sebagaimana hadis Abu Said Al-Khudri:
“Rasulullah pada hari raya idul fitri dan pada hari raya idul adha berangkat ke mushalla (tempat shalat). yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat.” [2]
Saat Hari Raya Idul Adha, umat muslim dianjurkan untuk menunjukkan keceriaan termasuk saat hendak melaksanakan shalat Id. Sebab, Lebaran Idul Adha ini adalah hari kegembiraan.
Hari ini juga menjadi kesempatan bagi sesama muslim untuk mempererat silaturahmi. Salah satu caranya dengan mengunjungi sanak saudara. [3]
Pada momen Lebaran Idul Adha, sering dijumpai orang-orang yang saling mengucapkan selamat. Hal tersebut juga merupakan sunnah bagi umat muslim dan bisa diamalkan saat hendak shalat Idul Adha.
Ungkapan suka cita itu disebut dengan ‘tahniah’ dan bisa disampaikan sebelum shalat Idul Adha. Biasanya tahniah akan datangnya Hari Raya Idul Adha disertai dengan berjabat tangan. [5]
Rasulullah SAW memerintahkan seluruh umat muslim untuk menghadiri pelaksanaan shalat Idul Adha. Termasuk wanita yang sedang haid atau sedang dipingit (dibatasi).
Diriwayatkan oleh Ummu Athiyah bahwa Nabi SAW memerintahkan untuk mengajak keluar wanita haid dan wanita yang dipingit pada Hari Raya. Wanita haid sendiri hadir namun dijauhkan dari tempat shalat.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari berikut:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلَّ
Artinya: Dari Ummu ‘Athiyah berkata, Kami diperintahkan untuk mengajak keluar (wanita) haid dan wanita yang sedang dipingit pada dua hari raya, sehingga mereka bisa menyaksikan jemaah kaum Muslimin dan mendoakan mereka, lalu menjauhkan wanita-wanita haid dari tempat shalat mereka. (HR. Bukhari No: 8.3/338) [6]
Sebelum berangkat shalat Idul Adha dianjurkan pula bagi umat muslim untuk bersiwak. Yaitu menggosok atau membersihkan gigi menggunakan kayu siwak. [7]
Bersiwak secara umum hukumnya sunnah pada setiap saat. Sebagaimana hadis dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
Artinya: “Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.” (Shahih, HR. An Nasa’i, Ahmad, dll) [8]
Itulah sunnah-sunnah sebelum shalat Idul Adha yang bisa dikerjakan untuk meraih keberkahannya. Amalkan, yuk!
Sumber:
1. Buku Fikih Sunnah Jilid 2 oleh Sayyid Sabiq
2. Buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi’i oleh Syaihk Dr Alauddin Za’tari
3. Laman Majelis Ulama Indonesia (MUI) berjudul 5 Amalan Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Idul Adha
4. Buku Fikih Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah oleh Kemenag RI
5. Buku Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah Superkomplet oleh Ibnu Watiniyah
6. Buku Dakwah Cerdas Ramadhan, Idul Fitri, Walimatul Hajj dan Idul Adha oleh Dra Hj Udji Asiyah MSi
7. Kitab Fikih Shalat 4 Mazhab oleh AR Shohibul Ulum
8. Laman Rumaysho berjudul Waktu UtamauntukBersiwak