Pernahkah infoers membayangkan bagaimana nasib bangsa ini tanpa perjuangan para pahlawan yang rela mempertaruhkan nyawa? Maka sudah selayaknya mereka kekal dalam sebuah penghormatan.
Puisi Hari Pahlawan menjadi salah satu cara indah untuk menghormati para pejuang yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsa ini. Kata-kata sederhana yang tersusun di dalamnya mengandung pesan-pesan yang menggugah hati, mengingatkan semangat nasionalisme, dan menghadirkan kembali kisah perjuangan yang penuh keberanian.
Setiap 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Tanggal ini dipilih untuk mengenang Pertempuran Surabaya 1945 yang menjadi simbol kegigihan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memperingati hari bersejarah ini. Selain upacara bendera yang menjadi kegiatan utama, membagikan atau mempersembahkan puisi juga bisa menjadi pilihan.
Melalui puisi Hari Pahlawan, nilai-nilai kepahlawanan dapat disampaikan secara emosional dan menyentuh. Bait-baitnya mampu menanamkan rasa bangga terhadap bangsa dan mengajak generasi muda untuk terus menjaga martabat negara.
Nah, buat infoers yang hendak membagikan atau membacakan puisi di Hari Pahlawan, berikut ini kumpulan karya yang bisa dijadikan inspirasi dan referensi.
Yuk simak selengkapnya!
Berikut ini daftar puisi Hari Pahlawan, ada yang singkat, penuh makna, hingga menyentuh Hati:
Oleh: Siti Isnatun M
Di sebuah makam jauh
dari kehidupan
yang tersimpan hanyalah kenangan
akan keabadian yang temaram
Sepotong sunyi menepi
di antara nisan-nisan berjejer rapi
seolah jadi teman yang peduli
menyanyikan sepi tanpa henti
Berkalang tanah engkau para kebanggaan
tenggelam bersama keteladanan
betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
seakan duniamu tlah ikut mati
Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan menggugah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah
Nisanmu yang dulu megah
kini tampak mulai layu dan jengah
bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
tak terusik oleh deretan kisah
Sepotong sunyi terus menggelanyuti taman makammu…
wahai pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
akankah kami bisa berbagi
meski hanya kisah yang tak selesai
dari perjalananmu yang telah usai
Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan (Siti Isnatun M, Umi N, Mukhsin Endah Susanti)
Oleh: Siti Isnatun M
Hari ini kami memandang
wajah-wajah pada bingkai yang terpajang
Menunduk membisikkan doa
dalam semat kenangan akan jasa
Separuh asa kami melayang
dalam bayang-bayang
akan masa yang tlah silam
Darah yang tlah mengalir
Keringat yang tlah bergulir
bagai sebutir safir
dalam ruang yang temaram
Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan
Bukan!
Meski air mata membayangi kenangan
akan pengorbanan yang tlah dipersembahkan
10 November ini
Bersama duka ini
Kami sematkan setangkup doa
Bersama tekad dan asa
Bahwa kami adalah tonggak penerus
untuk jiwa kepahlawananmu yang tulus
Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan (Siti Isnatun M, Umi N, Mukhsin Endah Susanti)
Oleh: Siti Isnatun M
Pahlawankah?
Bila kekuasaan adalah tujuan
kedudukan adalah pamrih
dan kekayaan adalah cita-cita
Pahlawankah?
Bila kepentingan sendiri adalah hal utama
kepentingan rakyat adalah selingan
dan kepentingan keluarga sibuk diperhatikan
Pahlawankah?
Bila keikhlasan bukanlah landasan
tergantikan oleh ketamakan
serta kesombongan dan ambisi yang menuntut pemenuhan
Bertanyalah pada nurani…
Pahlawankah?
Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan (Siti Isnatun M, Umi N, Mukhsin Endah Susanti)
Oleh: Muhammad Sifak Almurtadho
Aku adalah seribu tahun lalu
mencoba melawan semua kalah dan luka untuk kubawa pergi
angkasa surya menompang semua deru ombak derita ringkus habis semuanya!
merenggut semua kalimat asa untuk merdeka
Tanpa ada orang yang tersisa.
Semua tulisan-tulisan dari penyair terkenal ini adalah bukti nyata
kalau dulu negara ini menelan jutaan jiwa sampai merdeka!
Saat ini, negara ini dijajah mati oleh pribumi sendiri Bukannya benar pertanyaanku?
Sudahi semua pertingkaian ini, atau merdeka dua kali?
Ringkus peristiwa!
Kita merdeka karena kita berbeda!
Sumber: Spesial Antologi Puisi bertajuk Hari Kemerdekaan Indonesia (Shinta N, Shavna Agitsni, dkk)
Oleh: Shavna Agitsni
Dengan tegap kau beranikan diri
Melangkah tuk mempertaruhkan diri
Bahkan kau siap mati
Demi kemerdekaan ibu pertiwi
Geram…
Sepertinya itu yang kau rasakan
Negeri ini telah lama tertikam
Dan kini kau akan menikam
Tak tahan untuk bungkam
Telah banyak darah yang mengalir
Seolah bagaikan sihir
Telah banyak goresan luka yang telah mereka ukir
Walau sudah tiada
Tapi namamu akan tetap ada
Walau kau sudah tidak ada di dunia
Jiwamu masih dalam sejarah bangsa
Sumber: Spesial Antologi Puisi bertajuk Hari Kemerdekaan Indonesia (Shinta N, Shavna Agitsni, dkk)
Oleh: Ilham Aziz
Bersimpah cipratan darah
Teriakan berkumandang dimana-mana
“Merdeka atau Mati!”
Begitulah teriakan dari bibir mereka
Kepulan asap beradu dengan tombak runcing
Para srikandi yang berdoa di sepertiga malam
Menunggu sang kekasih pulang membawa kemenangan Sudah,
Sudah berjuta nama tertinggal di medan perang
Teriak para pejuang yang kehilangan teman
Teriak para prajurit melihat rekan mereka bahagia tanpa
merasakan pedihnya sakit
Sudah gugur pahlawanku
Diiringi sorak sorai kemenanganku
Gugur sudah pahlawanku
Hanya tinggal tombak dan nama yang terukir dalam
lisanku
Sumber: Sumber: Spesial Antologi Puisi bertajuk Hari Kemerdekaan Indonesia (Shinta N, Shavna Agitsni, dkk)
Oleh: Alina Yulia Utami
Derap langkah mengiringi kepergianmu
Dihari nan suci ini tanpa diriku
Kau berjuang demi nusa dan bangsa
Demi membela Ibu Pertiwi
Oh pahlawanku
Kau berjuang demi membela ibu pertiwi
Kau korbankan harta bahkan nyawamu
Untuk negeri ini
Demi mempertahankan pancasila dan NKRI
Oh pahlawanku
Begitu besar jasamu
Begitu harum namamu
Terima kasih pahlawanku
Kau bela negeri ini sampai mati
Sumber: Antologi Puisi kemerdekaan, pancasila dan pendidikan? (TPS Amla)
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Oleh: Alwiyah Dwi P
Aku menyaksikan dari jauh
Senjata itu kian menusuk tubuh
Dan kini hanya tinggal separuh
Tak lagi terlihat utuh
Jiwaku terasa ikut terbunuh
Semakin terdengar suara gemuruh
Semakin aku tak bisa menahan peluh
Berjuang dengan semangat penuh
Meski keadaan semakin gaduh
Semangatnya yang semakin rusuh
Dibalik pakaiannya yang lusuh
Masih terdapat semangat yang tetap utuh
Selalu berpegang teguh
Untuk menjaga Indonesia ingin membuatnya runtuh
Sumber: Antologi Puisi kemerdekaan, pancasila dan pendidikan? (TPS Amla)
Oleh Dwi Yuliana
Gugur…
Tujuh Melati Pagar Bangsa kami gugur
Ibu Pertiwi menyeru meletakkan senjata
Tunailah Dharma Bakti mereka
Tak di sangka sebuah Lubang Buaya akhirnya
Apa…
Kata sudah ‘Merdeka’ terucap
Tapi kejadian itu datang merenggut
Melati Pagar Bangsa kami dari Ibu Pertiwi
Tlah usai kami yang meneruskan perjuangan mu
Generasi muda penerus mu berjiwa ksatria
Berwatak Perwira pemimpin bangsa
Tanah dipijak oleh kalian Melati Pagar Bangsa
Agar kami ingat kami berjanji untuk negara ini
Bertanya ‘Apa yang negara berikan pada kami?’
Tetapi kami akan bertanya apa yang telah kami berikan
Sumber: Antologi Puisi kemerdekaan, pancasila dan pendidikan? (TPS Amla)
Oleh: Eli Sulistyowati
Bergelut dengan sengsara
Berbalut rasa menderita
Tenggelam dalam tangis air mata
Terjerat dalam jeruji Belanda
Seakan hari tak kunjung berhenti
Seakan dunia bertema neraka
Seolah nyawa tak ada artinya
Seolah waktu berhenti seketika
Tapi semangat tak pernah padam
Tapi orasi tak pernah bungkam
Demi masa depan yang tak suram
Demi Indonesia tak jadi temaram
Sumber: Antologi Puisi kemerdekaan, pancasila dan pendidikan? (TPS Amla)
Oleh: Moes Subulussalam
Suara desingan peluru tidak menyurutkan langkahmu
Ada yang hendak engkau raih di sudut suasana itu
Kemuliaan yang telah dijanjikan Tuhan-Mu
Atau kematian terbaik yang siap menantimu
Penghargaan untuk apa yang telah engkau kerjakan
Terpatri hanya pada Sang Maha Pengharapan
Untuk apa tersekat dengan kejayaan
Dari makhluk yang sama-sama melakukan penghambaan
Perjuangan membebaskan tanah lahir
Membutuhkan pengorbanan yang tak berakhir
Nilai besar nanti yang akan bergulir
Hanya didapatkan ketika benar-benar terukir
Pahlawan jasamu akan terus terkenang
Oleh mereka yang berharap jadi pemenang
Derap jiwa dan darah yang pernah tergenang
Kejayaan dihasilkan dari berbagai pertarungan
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Moes Subulussalam
Langkahnya tegap dada membusung
Menatap ke depan menyongsong musuh
Tidak ada keraguan walau seinci
Hidup dalam kemuliaan atau syahid yang dia cari
Anak bangsa kiprahmu menanti
Membawa negeri ke kemerdekaan yang hakiki
Jangan lemah engkau membina diri
Musuh yang tidak nampak tetap terpatri
Karyamu yang kau ukir dengan latihan
Melahirkan otot sebagai tanda hasil dari berjuang
Mana ada disebut sebagai pahlawan
Kalau kelenaan selalu terus menghujam
Hidup dalam dunia kemerdekaan
Bukan berarti santai yang menjadi tujuan
Kamu begitu siap untuk diresesikan
Dipecat dari kesatuan batalion yang menyakitkan
Ruh perjuangan yang melingkupi sanubarimu
Kobarkan dengan hasil daya pikirmu
Sebelum waktu yang disematkan padamu
Diambil oleh yang maha tahu
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Moes Subulussalam
Pahlawan
Kata yang paling sering digemakan
Menembus ke seantero angkasa
Membangkitkan jiwa yang lara
Pahlawan
Namamu terdengar bersahutan
Menggerakkan manusia masa depan
Supaya tetap dalam siaran peradaban
Pahlawan
Berkat juangmu negeri ini berkembang
Bersatu dalam berbagai ruang
Merancang berbagai kehidupan yang mapan
Pahlawan
Jiwamu telah menyata dengan para fans
Dari lagu dan cerita yang berkembang
Digerakkan dari studio sang pahlawan
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Moes Subulussalam
Kematian ada di mana-mana
Mereka mencarinya dengan penuh makna
Syahid yang selalu mereka kejar
Karena itu kematian yang paling wajar
Para pahlawan wafat abadi
Di dihidupkan lagi setelah mati
Kehidupannya penuh dengan rezeki
Karena perjuangannya ikhlas tak pernah henti
Sang bidadari siap menanti
Menunggu kekasih yang abadi
Pengorbanan tiada terperi
Hasilnya pun banyak yang menanti
Nama mereka terus berkobar
Dalam jangka waktu yang panjang
Tiada yang tertinggal dibicarakan
Oleh generasi di setiap kesempatan
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Siagian Rosmalia Kristina
Pejuang bangsa kita
Pemberi jalur hidup
Penantang kata mati
Demi bangsa berjuang
Hidup atau mati
Kau pertaruhkan ragamu
Demi selamat bangsamu
Menuju gerbang dunia
Hidup atau mati
Kau melepas jiwamu
Demi tertawa bangsamu
Dalam rasa merdeka
Hidup atau mati
Merekalah jiwa sejati
Peletak mahkota negara
Pengibar tetap sang saka
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Siagian Rosmalia Kristina
Bunga nyawa pejuang
Yang tertabur dalam bangsa
Berkembang lewati asa
Dan mekar dengan indahnya
Bunga nyawa putih
Yang kini tak lagi putih
Berlumur darah perjuangan
Dalam merebut tempat bernaung
Bunga nyawa yang kau korbankan
Demi jutaan bunga baru
Memberi kesempatan tunas baru
Tumbuh dalam lingkup merdeka
Bunga nyawa para pejuang
Yang mekar suci
Perlambang suci
Bagaikan jiwa mereka
Bunga nyawa putih
Yang terkulai layu
Berlumur darah
Demi bunga baru dalam merdeka
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Siagian Rosmalia Kristina
Pernah ada kilau hidup di matamu
Melambangkan detak jantung pembawa harapan
Pancaran sang pelindung
Pernah ada kilauan suka
Dalam matamu pahlawan
Kala bangsa ini damai
Kala inilah tempat pulangmu
Hanya lelah yang terpancar kini
Wahai pahlawan engkau telah berjuang
Hingga relakan kilauan itu
Demi bangsamu yang berkilau
Bermandi keringatmu pahlawan
Bercucur darahmu pejuang
Mahkota kemerdekaan
Diambang menutup matamu
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Oleh: Dewi Sartika
Kusampirkan gundahku pada malam
Gelap tanpa cahaya bintang
Bulan enggan menatap apa yang terjadi
Terdengar rintihan para pejuang kemerdekaan
Rintihan air mata tak lagi dapat di hentikan
Suara jangkrik tak lagi terdengar
Ibu pertiwi sedang sakit
Ibu pertiwi tak lagi baik-baik saja
Ada apa ini?
Apa yang sedang terjadi pada negeriku?
Tak ada lagi tawa
Tak ada lagi canda
Pahlawanku di surga
Bantulah kami dengan doa
Pemuda, kini acuh dengan keadaan
Mereka sibuk dengan cinta butanya
Pahlawanku
jiwa ini rindu akan kebebasan berdemokrasi
Rindu dengan gelak tawa ibu pertiwi
Dengan suara-suara anak bangsa melangitkan lagu
Indonesia raya
Pahlawanku
Masih bisakah aku melihat negeri ini sehat?
Sedang para pejuang bangsa satu persatu telah kembali ke tempat kekal
Tempat dimana para pejuang bangsa seharusnya berada
Sumber: Buku Terima Kasih Pahlawan (Joy Rema Kamaruddin, Moes Subulussalam, Hani Sayf, Siagian Rosmalia Kristina, Dewi Sartika, dkk)
Demikian kumpulan puisi Hari Pahlawan yang bisa jadi inspirasi dan referensi. Yuk pilih dan bacakan dengan khidmat!
