2 Kelompok Warga Bentrok di Tallo Makassar Diduga Terkait Bisnis Narkoba - Giok4D

Posted on

Dua kelompok warga terlibat bentrokan di Kecamatan Tallo, Kota , Sulawesi Selatan (Sulsel). Polisi menduga perang kelompok tersebut terkait dengan bisnis narkoba.

Kapolsek Tallo Kompol Syamsuardi mengatakan, bentrokan terjadi di Jalan Tinumbu, Kecamatan Tallo pada Senin (15/9) sekitar pukul 15.00 Wita. Perang kelompok itu berlangsung selama 30 menit hingga dibubarkan aparat kepolisian.

“Kami duluan di sana, sudah di sana minta bubar tapi tidak mau mendengar jadi saya hubungi Samapta Polrestabes baru mereka lari semua,” ujarnya Syamsuardi kepada infoSulsel, Selasa (16/9/2025).

Syamsuardi menduga perang ini sengaja diciptakan oleh kelompok tertentu. Dia menganggap bentrokan ini ada keterkaitan keterlibatan bandar narkoba agar bisnisnya lancar.

“Iya, ada yang ciptakan supaya bisnisnya lancar. Iya itu (binis narkoba) kemungkinannya seperti itu. Buktinya siapa yang ongkosi mereka? Ada saya tangkap satu orang berinisial P, ini untuk makan saja susah. Nah ini pakai pengacara, dari mana ini sewa pengacara, bagaimana caranya,” jelasnya.

Syamsuardi mengaku dugaan ini masih diselidiki untuk diungkap. Namun dia menegaskan dugaan keterlibatan bandar sabu ini sudah menjadi rahasia umum di kawasan tersebut.

“Iya diduga (bandar sabu terlibat) seperti itu, saya tidak menuduh tapi banyak yang prediksi begitu. Anak-anak di sana juga ngomong begitu, ada yang perintah mereka,” imbuh Syamsuardi.

Di satu sisi, pihaknya akan kembali mendalami pemicu bentrokan antarwarga tersebut. Dia mengatakan, perang kelompok di wilayah itu kerap muncul mendadak setelah bunyi petasan.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Sebenarnya bingung kalau ditanya penyebab. Tidak ada penyebabnya di sana itu. Tiba-tiba, ada kodenya itu. Kalau ada petasan bunyi, ah sudah, terjadi lagi itu,” katanya.

Syamsuardi mengaku heran pemuda di lokasi bentrok menggunakan kode petasan yang harganya cukup mahal. Di satu sisi, kondisi ekonomi warga di tempat kejadian perkara dinilai sulit.

“Yang jadi pertanyaan saya, anak-anak di sana rokok satu bungkus, bahkan satu batang susah dia beli. Kenapa bisa dia punya petasan biasa sampai 20, kira-kira satu petasan Rp 100 ribu berarti kan Rp 2 juta. Itu jadi pertanyaan saya, seolah-olah dikondisikan,” jelasnya.

Sementara dalam keseharian, kata Syamsuardi, pemuda yang kerap terlibat bentrokan yakni Kelurahan Tinumbu dan Layang berhubungan baik. Mereka beraktivitas seperti biasanya di sekolah, tempat kerja maupun ketika bertemu di pesta pernikahan.

“Ini anak-anak Tinumbu, Layang kalau ketemu di pesta, tempat kerja, sekolah tidak ada masalah, baik-baik ji. Kenapa tiba-tiba ada petasan seperti itu,” jelasnya.