Natal adalah perayaan yang diperingati umat kristiani untuk mengenang kelahiran Yesus Kristus, sebuah momen penuh sukacita, kehangatan, dan kebersamaan. Biasanya, Natal juga dirayakan dengan persembahan drama yang sarat pesan moral dan spiritual.
Alur kisah yang terinspirasi dari pengalaman nyata, nilai kasih, pengharapan, dan kepedulian dapat menjadi ide drama yang ditampilkan saat Natal. Drama Natal bertema kehidupan sehari-hari biasanya menampilkan situasi yang dekat dengan keseharian seperti hubungan keluarga, persahabatan hingga tantangan hidup.
Nah, bagi infoers yang sedang mencari naskah drama Natal tentang kehidupan sehari-hari, di bawah ini infoSulsel menghadirkan kumpulan contoh naskah. Menggunakan alur cerita yang ringan namum penuh makna, membuatnya mudah dipentaskan baik di sekolah, gereja, maupun komunitas.
Yuk, disimak!
Narator:
Di suatu kampung yang bernama Kampung Imam Bonjol hiduplah tiga keluarga lihu sangat harmonis dan saling menghormati. Ketiga keluarga ini berasal dari berbagai suku yakni Batak, Bali dan Jawa. Keluarga pertama, keluarga Bapak Ucok. Keluarga ini merupakan keluarga kaya yang memiliki harta berlimpah dan selalu memanfaatkan keuangannya untuk foya-foya. Bagaimana tidak, Bapak Ucok bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan tekstil terbaik di Indonesia sedangkan sang istri selalu mengikuti perkumpulan ibu-ibu sosialita. Berbeda dengan orangtuanya, anak mereka yaitu Philip sangat pendiam dan tidak suka bermain dengan teman-teman di lingkungannya. Ia lebih memilih mengisi waktunya dengan pelayanan di Gereja. Kemudian keluarga selanjutnya adalah keluarga Bapak Putut dimana keluarga ini berasal dari Bali. Keluarga Ibu Putut hidup berkecukupan dan sederhana berbeda dengan keluarga Bapak Ucok. Mereka memiliki anak bernama Dewa yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman dari Philip. Keluarga Bapak Putut sangat taat beribadah ke Gereja dan selalu menolong orang-orang membutuhkan. Terakhir adalah keluarga Bapak Sugiarto yaitu keluarga yang berasal dari daerah Tegal dan mereka memiliki anak yang bernama Agus. Ternyata keluarga ini begitu dekat dengan keluarga Bapak Ucok. Mereka sering ikut kegiatan Bersama keluarga kaya raya dan memandang sebelah mata keluarga Bapak Putut.
Keluarga Bapak Ucok merupakan keluarga orang kaya yang tidak mengenal Tuhan. Untuk berdoa dan gereja pun mereka tidak pernah karena bagi mereka, kekayaan yang didapat bukan dari Tuhan tapi dari usaha yang mereka kerjakan selama ini. Namun pada suatu hari Tuhan menegus mereka. Penasaran dengan ceritanya? Mari kita saksikan Bersama.
(Suasana pagi hari yang indah di rumah Bapak Ucok saat sedang sarapan)
Bapak Ucok: Pagi Istriku yang cantik, pagi anakku yang tampan. Kek mana tidur kalian semalam? Nyenyak tidak?
Mama Ucok: Pagi husband, nyenyak kali lah sampe malas aku bangun
Philip : Pagi Pak, Mak, nyenyak Pak.
Mama Ucok: Bagaimana Pak bisnis tekstil Bapak sama Amang Burju itu? Lancar gak? Oia, hari ini Mama mau pergi belanja bareng sama teman sosialita mama jadi mama gak bisa jemput kamu di sekolah ya Philip.
Philip : Iya Ma, nanti Philip bareng teman saja
Bapak Ucok: Iyalah, gak usah kau di antar jemput lagi kan kamu su dah besar. Nanti naik taksi online saja kan uang keluarga kita banyak haha.
Philip: Gak usah Pak, lebih baik uangnya kutabung daripada dipakai untuk bayar taksi online. Kan deket juga jarak dari sekolah ke rumah.
Bapak Ucok: jangan khawatir, kita ini orang kaya, uang yang perlu kita bukan kita yang perlu uang. Betul kan mak?
Mama Ucok: sudah Pak, gak usah dipaksa. Memang anak ini susah dibilangin sama orangtua!
Bapak ucok: (geleng-geleng kepala sambil menghela napas)
Bapak Ucok: (selesai sarapan, menghampiri mama) yaudah ma, Bapak ke kantor dulu ya.
Mama Ucok: (sambil menyalim tangan suami) Iya Pak, hati-hati.
Philip : (sambil menyalim tangan mama) Ya udah Ma, aku juga berangkat sekolah dulu..
Mama Ucok: Iya.
Berbeda dengan keluarga Bapak Ucok, Suasana sarapan dirumah Bapak Putut.
Bapak Putut: Pagi semua. Gimana hari ini? Semangat ga?
Mama&Dewa: Semangat dong Pa.
Bapak Putut: Bagus deh kalo gitu, sarapan apa nih ma kita pagi ini?
Mama : Sarapan roti aja pa, mama baru beli nih.
Bapak Putut: (selasai makan roti) Yaudah ma papa berangkat ke kantor dulu ya.
Dewa: (sambil salim mama&papa) Iya ma aku juga berangkat ke sekolah dulu ya. Syallom.
Mama: Iya hati-hati dijalan ya kalian. Janga lup berdoa sebelum bekerja dan sekolah ya. (setelah semuanya pergi)
Mama : Betapa bahagianya hidupku saat ini ya Tuhan, aku memiliki suami yang baik dan setia, aku juga memiliki anak yang rajin, penurut dan taat beribadah, hidupku pun sangat berkecukupan. Oh…betapa sempurnanya hidupku cioitini lihu sunio njidbbip
(Di mall favorite di Jakarta)~~
Mama Ucok:Eh, eda kek mana kabar kau da? Jarang kulihat postingan kau itu di Instagram
Ibu Sugiarto: Baik da, eda gimana?
Mama Ucok: Bae…bae… (sambil pamer barang-barang branded) ehh da, kau lihat gak ini barang-barang ku gunakan ini?! Jam tangan Rolex, Tas Gucci, Sep atu Hermes, dompet Chanel da!! Ini kado dari si Bang ucok my husband loh! Biasa abis dapet bonus dia
Ibu Sugiarto: Wah keren yah da, ini aku masih pakai yang kemarin dulu da. Maklum si suami belum gajian. Proyek Pak Sugiarto masih mandek gara-gara pandemi.
Mama Ucok: Oh, sabar sabarlah da, suamimu kan masih karyawan biasa, sedangkan my husband udah karyawan tinggi lah itu. tangan kanan si bos. Sukanya kasih bonus-bonus gak besar. Sampe bingung aku mau dikemanain uang kami ini saking banyak. Haha
Ibu Sugiarto: Wah beruntung banget da, doakanlah semoga suamiku bonus turun minggu ini. Saya juga sudah gatel mau belanja.
Mama Ucok: Amien…hahaha (tertawa Bersama-sama)
Tidak lama kemudian Ibu Sugiarto dan Mama ucok bertemu dengan Ibu Putut dan PPR gereja. Ibu Putut dan yang lainnya akan pergi untuk membeli perlengapan Natal di gereja.
Mama Ucok: Aduh ketemu Ibu-Ibu yang lagi sok sibuk.
Ibu Putut: Wah, kebetulan ada Mama Ucok dan Ibu Sugiarto. Ayo bu, samakami ikut soalnya kami mau beli perlengkapan Natal gereja.
Mama Ucok: Maaf Ibu kesac PPR, kami berdua gak bisa ikut masih banyak urusan. (sambil senyum sinis dan memamerkan barang2 branded)
Ibu Sugiarto: Iya, maaf ya Bu.
Mama Ucok: Lagipula Natal masih lama bu, sok repot banget. Makna Natal juga Cuma formalitas doang, merayakan kelahiran Tuhan Yesus terus dengerin khotbah pendeta, denger liturgi.jadi gakusah mewah mewah lah Bu. Gak usah lebay bu.
Ibu Putut: Ma, kok begitu ucapan mama. Makna Natal yang sesungguhnya atau sejati adalah kemenangan. Natal sudah seharusnya mengingatkan kita untuk bangkit dari kekalahan dan terus berjuang. Melalui Natal, Allah telah melawat umat-Nya, dan memberikan kemenangan dan keadilan bagi mereka (Lukas 1:50-54). Kemenangan kita yang sesungguhnya baru terjadi saat kedatangan Tuhan Yesus kali kedua, dimana tidak ada lagi dosa, kejahatan, penderitaan, dan sakit penyakit. Melalui peristiwa natal KedatanyaUawirdi kali pertama kita telah mencapai sebuah tahpan kemenangan.
Mama Ucok: Sudahlah Bu, saya gak mau dengerin khotbah Ibu. Panas kuping saya. Mending saya lanjut belanja deh.
Ibu Sugiarto: Permisi Ibu-Ibu.
Ibu Putut hanya bisa memandang kepergian Mama Ucok dan Ibu Sugiarto. Dari lubuk hati, Ibu Putut merasa kasihan mengenai perubahan sikap dari Mama Ucok semenjak kaya.
Selama perjalanan pulang, Philip, Dewa dan Agus pulang bersama dari sekolah. Mereka berbincang-bincang mengenai acara Natal di Gereja. Rencananya tahun ini, kepanitiaan Natal diberikan ke pemuda dan kebetulan kesac Natal tahun ini adalah Dewa.
Dewa: lip, gus jangan lupa ya malam ini kita ada Rapat Natal bareng sama pemuda lainnya.
Philip: iya aku usahakan,soalnya kalian tau kan orangtuaku kaya gimana? Paling gak setuju aku aktif di gereja.
Agus: Nanti aja pas sudah mendekati baru kita hadir. Lagian kita bukan tim inti ini. Mendingan kita ke lounge aja di daerah Jakarta lip. Pasang jedag jedug. Bosen sekolah terus.
Dewa: kalau bisa kalian harus datang. kan kalian tau kalau Natal kita sebentar lagi. Kita kan sudah dipercayakan pegang acara ini jadi kita harus mulai siapin semua-muanya.
Philip & Agus: (Bersama-sama mengucapkan) Iya deh.
Narator: “Begitulah, semenjak menjadi keluarga kaya, Orangtua Philip memang tidak mau lagi di gereja. Bagi Bapak dan Ibu Ucok, Philip sudah mewakili untuk ke gereja. Mereka lebih memilih untuk jalan-jalan ke tempat wisata atau berkunjung ke rumah keluarga besar. Bisa dibilang mereka datang ke gereja hanya 2x dalam setahun yaitu saat Jumat Agung dan Natal.
(di malam hari, suana di sebuah club malam)
(Menggambarkan kondisi Philip dan Agus sedang minum minuman keras)
Philip dan Agus keluar darisebuah club dehacilulid kondisi mabuk.
Agus: Philip, thank you sudah traktir yahh gue puas bgt!
Philip: Okeyy gus sama2. Tapi gue masih gak enak sama dewa loh.
Agus : udah gak usah dipikirin, dia masih ada teman yg lain ko Seksi kita juga gak penting banget. Seksi keamanan.
(Tiba tiba ditengah jalan mereka berdua bertemu dengan Dewa)
Dewa Philip, Kenapa kalian gak datang ke gereja? Kalian kenapa??
Philip sorry kita abis pergi ada urusan.
Agus: Maklum malam minggu juga kan (sambil sempoyongan).
Dewa: hmm. Kal gak boleh begitu. Kita kan tim. Ingat Galatia 6:2 yaitu “Bertolong-tolong menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”.
Agus: ahh udah yuk lip, kita pulang.
Philip dan Agus pun melanjutkan perjalanan.
Agus: Bye lip. Thank you broh.
Sesampainya dirumah, Philip mendapati mama sedang khawatir.
Mama ucok: hadohh Philip, kamu dari mana sih? Kamu tau bapamu belum pulang! !! Udah jam setengah 12 loh!
Philip : Bertar lagi paling pulang ma.
Mama ucok: Gampang banget kamu bicara, ini mama khawatir karena gak biasanya aja. Mana mama besok mau pergi ke launching tas chanel lagi. Mama udah pesen tas. Bapamu belum kasih duitnya.
Philip : Yaampun ma, kirain khawatir karena Bapa belum pulang ternyata nunggu uangya. (Sambil geleng2 kepala)
(Tusjitiba bel rumah berbunyi.) Tingtong…tingtong…tingtong…
Mama ucok bergegas menuju pintu dan membukanya.
Polisi : Selamat malam apakah benar ini Kediaman rumah Bapa Ucok?
Mama ucok: betul pak, saya istrinya. Ada apa yah dengan suami saya? (Sambil panik)
Polisi: begini bu, suami ibu mengalami kecelakaan di daerah bojong dan sedang ditangani di rumah sakit mentari.
Mama ucok: Apaaaaaaaaa!?????!!!!! Philip bapamu!!! (Menangis histeriss dan akhirnya pingsan)
(Philip pun ikut menangis karena kaget bapa yg disayangi kecelakaan)
Keesokan harinya.
Mama ucok:Pa, kenapa bisa begini sih Pa?! (Sambil menangis)
Philip: iyah pa, kenapa tiba tiba bapa bisa kecelakaan begini.
Bapak ucok: (sambil menangis) maafin bapa ya mama dan anakku sayang. Bapa kecelakaan dalam kondisi banyak pikiran. Bapa kena PHK karena adanya pengurangan karyawan. Sebenernya Bapa udah diinfo kalau akan ada pengurangan karyawan tapi Bapa tidak tau kalau Bapa termasuk karyawan yang dirumahkan. Maafkan bapak lihu 🙁
Mama ucok: kita sudah gak punya apa-apa lagi Pak (sambil menangis)
Philip: (merangkul mama) sabar ma, mungkin ini merupakan teguran Tuhan yang selalu tidak bersyukur.
Beberapa menit kemudian, keluarga Bapak Putut dan Ibu Sugiarto dateng menjenguk Bapa Ucok di rumah sakit.
Bapak Putut:Syallom Bapa Ucok. Bagaimana kabar Bapak ini?
Bapa Ucok: Syallom Pak, beginilah Pak, sudah mendingan kondisi saya. Rencananya siang ini saya sudah diperbolehkan pulang.
Ibu Putut: Puji Tuhan kalau begitu Pal. Kalau boleh tau bagaimana ceritanya, kenapa Bapa bisa ada di rumah sakit?
Bapa Ucok: Begitulah Pak. Musibah. Saya gak fokus mengendarai mobil makanya saya seperti ini. Tapi syukurlah Tuhan masih beri kesempatan saya untuk hidup dan memperbaiki hidup saya.
Mama Ucok: Suami saya kena PHK pak dan semua harta yang kami pun ya dipakai untuk perawatan rumah sakit dan bayar semua hutang.
Bapa Ucok: Benar Pal. Percaya kalau setiap masalah parhiti musibah yang kita alami itu pasti hikmah. Tuhan Sayang Bapa dan keluarga. Inilah waktunya Bapa dan keluarga berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat Pa.
Ibu Putut: Kami turut prihatin dengan keadan Bapa dan keluarga. Bapa dan Ibu tidak perlu perlu khawatir karena Tuhan Yesus pasti menolong kalian. Seperti ada tertulis di Alkitab yaitu 1 Petrus 5:7 “Sehahparbili semua kekhawatanmu kepada-Nya sebab Dia peduli padamu”.
Bapa Ucok: Terimakasih Pak, Ibu sudah memberikan support dan motivasi ke keluarga kami. Kami akan berubah lebih baik.
Bapa Putut: Yasudah Pak, kami pamit pulang dulu. Lekas sembuh pak. Semoga Tuhan Yesus yang angkat setiap rasa sakit yang bapa rasakan saat ini dan cepat pulang kerumah ya Pa.
Bapa Ucok: amien…amien…amien.. terimakasih Pa.
Bapa Putut, Ibu Putut, dan Dewa: (bersamaan) kami Pamit, Shallom.
Seperginya Keluarga Bapa Putut pulang, keluarga Bapa Ucok langsung bergeming dan mehadboinipj setiap kejadian yang mereka alami.
Philip: Pa, Ma. Kayaya bener deh ucapan Bapa dan Ibu Putut. Dari semua yang udah terjadi, sudah saatnya kita harus berubah lebih baik. Mumpung belum fidbid hadyario. Oiiaa sebentar lagi kan Hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus, kita beribadah Bersama yuk Pa, Ma.
Mama Ucok: duh. Philip mama gak dateng deh. Mama malu lah. Udah berdosa banget. Mama jarang bangetgereja, ikut perkumpulan Lembaga wanita juga gak pernah.
Philip: Ma, mama tau gak makna Natal itu apa? Makna natal atau kelahiran Kristus yang sesungguhnya merupakan bukti cinta Tuhan kepada manusia yang berdosa. Bukti cinta Tuhan kepada manusia adalah di mana Bapa mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk datang ke dalam dunia mengambil rupa sebagai manusia, agar manusia terbebas dari dosa. Aku selalu ingat sama ayat dari Yohanes 3:16 ma: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Uawiidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Jadi Tuhan pasti bisa memaafkan setiap kesalahan kita selama ini.
Bapa Ucok: Sepertinya apa yang dikatakan Philip benar ma. Yaudah lip, Natal ini Bapa dan Mama. Kita mulai yang baru, ma.
(Suasana malam Natal di gereja)
Akhirnya, Keluarga Bapa Ucok memulai kehidupan yang baru dan mereka mulai melayani Tuhan bersama dengan jemaat lainnya.
“Saudara-saudara, Tuhan Yesus meninggalkan segala kemulian-Nya di surga dan lahir di kandang hina. Dia memberikan hidup dan nyawa-Nya bagi kita. Maukah kita memberikan hidup kita untuk mengasihi semua orang.
Sumber: Melayani Bersama Keluarga Allah” dari Jemaat HKI Tanggerang
Ada satu keluarga yang cukup berada dan terpandang di lingkungan gereja. Keluarga ini nyaris berantakan. Menjelang Natal, sang ayah sibuk dengan usaha tokonya, sedangkan sang ibu sibuk dengan pelayanan gereja. Si sulung sibuk dengan dirinya sendiri. Tinggallah dua anak yang lain di rumah bersama sang nenek. Keduanya merasa sedih dan kecewa karena kedua orang tua mereka hampir tidak punya waktu untuk mereka. Mereka merindukan kebersamaan dengan orang tua mereka. Akhirnya melalui beberapa peristiwa kecil penuh kasih serta kesabaran dan pergumulan doa sang nenek, keluarga yang nyaris kehilangan damai itu, dapat utuh kembali.
Pemain:
Adegan 1
(Esa berdiri di samping meja di ruang keluarga, menghadap penonton. la sedang mengamati kartu Natal di tanganNya. Nenek duduk di kursi sambil menyulam, Tiba-tiba Niko masuk)
Niko: Mau kirim kartu Natal, Sa? Untuk siapa?
Esa: Untuk guru Sekolah Mingguku
Sayang, tidak ada tulisannya. Aku harus nulis lagi. “Selamat Hari Natal “
(Duduk di kursi lalu menuliskan sesuatu di kartu Natal itu diatas meja).
Yaaa, tempatnya kebesaran! Tolong, Kak! (Memberikan kartu itu kepada kakaknya)
Niko: Ini sih tidak bisa ditulisi lagi. Tukar saja dengan yang lain
Esa: yang lain kecil-kecil
Niko: Biar kecil tidak apa-apa. Tulisannya disingkat saja jadi “X-MAS” (Membuat tanda silang dengan jarinya lalu mengeja kata M-A-S). Singkatan dari “Christmas”. Artinya, sama kok Hari Natal.
Esa: (Menulis di kartunya. Begitu selesai ia berseru senang). Lihat, Kak! Bagus ya! Guru Sekolah Mingguku pasti senang!
Sementara itu, sambil menyulam, Nenek memperhatikan kedua cucunya dengan wajah sedih. Keningnya berkerut. Ketika nenek ingin berbicara, Ayah masuk dengan pakaian rapih sambil menenteng tas, diikuti ibu yang berjalan menuju meja kerjanya.
Nenek: Mau pergi kebaktian?
Ayah: Tidak, mak. Aku harus mengawasi toko. Mungkin sekitar jam 9 atau 10 malam toko baru ditutup. Menjelang Natal, banyak orang berbelanja. Ini Kesempatan baik. Usaha kita akan makin maju dan kita akan mendapat banyak uang. Biarlah malam ini aku tidak ikut kebaktian dulu. Kalau Mak mau pergi, ajaklah anak-anak atau Yusni untuk menemani.
(Menengok kearah Niko dan Esa). Niko, Esa, Ayah berangkat, ya. (Meninggalkan panggung) (Ade muncul berpakaian pesta yang indah).
Esa: (Berdecak kagum sambil memandangi kakaknya). Kakak mau pergi dengan Nenek ke gereja? Cantik sekali!
Ade: Dengan pakaian begini? (Tersenyum). Tentu tidak. Kakak mau ke pesta ulang tahun teman
Niko: Lho, kan habis kebaktian ada latihan koor untuk Natal. Kakak kan anggota koor. Baru lagi!
Ade: Ya, benar. Tapi, Kakak tak mungkin hadir di dua tempat sekaliguis. Sedangkan pesta ulang tahun teman Kakak ini Cuma setahun sekali.
Esa: Natal juga setahun sekali!
Ade: Sudah, ah! Nenek, ibu, aku berangkat. (Meninggalkan panggung)
Ibu : (Tanpa menoleh karena sibuk dengan kertas-kertas di meja). Esa, kalau sudah selesai, simpan kartu-kartu itu ya. Jangan ditinggalkan berantakan di meja Setelah itu, cuci kaki dan tidurlah.
Esa: Ya, bu. Sudah selesai, kok. Ibu temani aku berdoa ya. Ibu kan belum dengar doaku.
Ibu: Aduh, Ibu masih repot. Pekerjaan ibu belum selesai. (Menoleh ke arah Niiko) Niko, temani dulu adikmu tidur.
Niko: (Agak cemberut). Lagi menghafal sandiwara Natal, nih. Kata Ibu, Ibu mau bantu aku latihan Sandiwaranya bagus, bu. Ceriteranya tentang keluarga yang si……… (Ibu menyela)
Ibu: Malam ini Ibu tidak punya waktu Niko. Mengertilah sedikit. Kamu kan sudah besar. Sekarang kamu bantu Ibu. Temani dulu adikmu.
Niko: (Mengeluh dengan kesal) O Ibu. Tiap hari sibuk!
Nenek (Berdiri menghampiri kedua cucunya untuk menenangkan keadaan). Niko, Esa, sama Nenek saja. Nenek masih punya waktu menemani kalian. Terlambat sedikit ke kebaktian, tidak masaalah.
Esa: Nenek mau berceritera?
Nenek (Mengangguk sambil tersenyum).
(Nenek dan kedua cucunya meninggalkan panggung)
Ibu: (Handphone berbunyi. Ibu segera mengangkatnya) Halo! (Diam mendengarkan) O, Bu Yahya (Diam mendengarkan) Aduh, saya lupa. Maaf ya Bu. Besok saya harus masak Ada saudara mau datang. (Diam mendengarkan) Wah! Rupanya penting, ya. Baik saya akan datang besok. Sampai jumpa. (Meletakkan handphone).
(Ibu berdiri dan memikirkan sesuatu).
Ibu : Bi Muti! Kemari dulu!
Ibu Muti: (Tergopoh-gopoh datang) Ya, Bu!
Ibu: Besok, pagi-pagi kamu ke pasar. Belanja ini semua. (Memberi catatan di kertas kecil). Lalu masaklah seperti biasa. Besok ibu akan rapat panitia Natal gereja. Jangan lupa siapkan makan siang untuk bapak dan anak-anak. Setelah itu, bersihkan kamar depan. Mungkin sorenya akan datang tamu. Saudara bapak.
Muti: Baik, bu (Pergi meninggalkan panggung)
Ibu: (bergumam sendiri) Capek. Aku rebahan dulu sebentar. Nanti surat-surat itu aku periksa lagi (Pergi meninggalkan panggung).
Adegan 2
(Ketika Paduan Suara menyanyikan lagu, Nenek duduk seorang diri. Nenek menikmati lagu yang ia dengar sambil menutup mata. Sulamannya ia letakkan di pangkuan. Saat lagu selesai, ia membuka mata dan tertegun sejenak).
Nenek: (Mengusap muka) Oh, seperti mimpi saja. Alangkah indahnya lagu itu. Hanya dalam palungan…….(Meraih Alkitab di meja lalu membaca). Dua ribu tahun yang lalu tak ada tempat bagiNya. Di Bethlehem, tidak! (Menggeleng-gelengkan kepala). Kini, disini pun tidak Apakah begitu juga di rumah-rumah yang lain? Ayah sibuk bisnis, ibu sibuk rapat dan cari dana kesana-sini. Tampaknya, tak ada tempat buat kelahiran Yesus di hati orang-orang. Hingga menulis ucapan selamat Natal, “Merry Christmas” pun tidak ada tempat yang khusus di kartu natal. Nama Kristus disingkat-singkat (Bertopang dagu, merenung dengan wajah sedih).
(Tiba-tiba terdengar langkah orang di pintu. Ayah baru pulang)
Ayah Lho, kok, mak belum tidur? Merenungkan apa? Anak-anak sudah tidur?
Nenek: Niko dan Esa sudah tidur. Ade belum pulang dari pesta ulang tahun temannya.
Ayah: Ya, sudah, Mak tidur saja. Sudah malam. Ade kan sudah besar. Tak perlu dirisaukan. Pesta ulang tahun setahun sekali, tentu sampai malam. Ngomong-ngomong, Mak jadi kebaktian tadi?
(Duduk sambil melepaskan sepatu)
Nenek: (Memandang dengan risau sambil menggeleng-gelengkan
kepala). Bagaimana Mak bisa pergi kalau kalian berdua sibuk dengan urusan masing-masing? Mak jadi tidak mengerti sungguh! Mengapa menjelang Natal kau justru hanya disibukkan dengan bisnis dan toko. Tampaknya kau tidak mempersiapkan diri untuk memperingati karya penyelamatan Allah bagi kita orang berdosa. Bahkan anak-anak pun kau lupakan.
Ayah: (Terperangah). Siapa bilang? Justru aku kerja keras, buka toko sampai malam supaya omzet naik dan kita dapat banyak uang. Kita bisa memenuhi lebih banyak kebutuhan persiapan Natal. Lagi pula, aku bisa memberi karyawanku bonus besar. Bukankah itu juga pelayanan? Apa itu salah?
Nenek: Aku tidak menyalahkanmu, Edy, karena mencari uang lebih banyak. Tapi apakah uang saja yang kita perlukan? Kalau uang…uang….uang terus yang kau pikirkan, sampai kau melupakan keluarga, terlebih lagi ibadahmu kepada Tuhan, apakah itu benar? (Menarik nafas panjang). Ke mana prinsipmu dulu yang memprioritaskan Tuhan dan keluarga?
Ayah: (diam tertunduk) Ya, ya, aku mengerti. Tapi, anak-anak kan sudah besar…. (Mengangkat wajahnya). Sudahlah. Sekarang aku lelah. Aku istirahat dulu ya, mak (Meninggalkan panggung).
Nenek: (Mengelus dada sambil bergumam). Mungkin aku terlalu banyak bicara, padahal ia baru pulang. Aku harus segera mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengannya. Kiranya Tuhan menyadarkannya. (Berdiri mondar-mandir karena gelisah). Sudah malam begini Ade belum pulang? Sekarang sudah hampir jam……
(Terdengar suara motor sebentar. Ade muncul di panggung).
Ade: Belum tidur, Nek? Nungguh Ade, ya? (Merangkul Nenek dengan sikap manja). Pestanya Ramai. Tadi ada acara nge-dance, Nek. Sekarang kakiku pegal.
Nenek: (Memandangi cucunya dengan wajah sedih). Ganti pakaianmu lalu tidurlah. Sudah malam Nenek juga mau tidur.
(Nenek dan Ade meninggalkan panggung)
PS: (Menyanyikan lagu “DI MALAM SUNYI BERGEMA”, Kid. Jmt. 96: 1 & 3)
ADEGAN 3
(Semua anggota keluarga berkumpul, kecuali ayah yang belum pulang dari toko. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Nenek menyulam, Ade dan Esa menambah hiasan di pohon Natal. Niko menghafal sandiwara Natal sementara Ibu sibuk mempelajari kwitansi-kwitansi yang masih berserakan di meja).
Esa: Ayah, lama banget. Katanya mau beli hiasan malaikat.
Niko: He-eh. Sejak punya toko, ayah lupa sama kita semua. Biasanya, jam segini, ayah sudah di rumah. Kita jadi bisa makan sama-sama. Sekarang, sampai jam 9 lewat, belum pulang. Nggak enakya, Nek!
Esa: Aku ingin sekali makan bersama ayah dan ibu. (Melirik Ibu). Ibu mau rapat lagi di gereja? (Mendekati Ibu). Tiap malam rapat terus, rapat apa sih, Bu?
Ade: Hush, anak kecil mau tahu saja urusan orang tua! Ibu kan seksi dana. Ibu mencari uang untuk keperluan perayaan Natal di gereja.
Ibu: Sudah, sudah. Hari ini Ibu tidak rapat. Ibu hanya mau minta dana. Sebentar saja (Berdiri dan bersiap-siap berangkat) Makan dengan Nenek, ya, kalau sudah rapat.
Esa: (Menunjukkan wajah kesal sekaligus sedih) Rapat terus, cari uang terus! (Berlari menuju pangkuan Nenek sambil menahan isak) Nek, Ibu tidak sayang Esa lagi ya? (Akhirnya ia menangis) Hu…hu…..hu
(Ibu berdiri tertegun. Langkahnya terhenti. Nenek diam sambil mengelus-elus Esa. Ade terpaku diam Niko kelihatan ikut sedih, tapi juga kesal)
Niko: Nek, sandiwara yang ku hafal ini, ceriteranya mirip keluarga kita. Anaknya yang paling kecil sakit. Terus, yang bawa ke dokter, pembantu. Soalnya tidak ada orang di rumah waktu itu. (Mendekati dan merangkul Esa) Sudah diam, Sa. Jangan sakit, ya. Nenek sudah tua. Tidak bisa bawa kamu ke dokter. Bi Muti juga sibuk masak di dapur. Kan nggak lucu kalau Pembantu tetangga yang bawa kamu ke rumah sakit.
Ayah: (Naik ke panggung) Jangan kuatir Niko
Yang lain: (Menoleh ke arah Ayah dengan wajah terkejut)
Ayah: (Mendekati Niko) Dari kemarin Ayah merenungkan kata-kata Nenekmu. Ayah sadar, Ayah Bersalah. Ayah kerja keras mencari uang hanya untuk merayakan Natal. Ayah lupa bahwa Tuhan telah datang ke dunia. Kalian pun hampir Ayah lupakan. (Memeluk Niko dan Esa). Maafkan Ayah. Mulai sekarang, Ayah akan memperhatikan kalian semua lagi.
Esa: (Tersenyum) Ayah makan dengan aku lagi?
Ayah: (Mengangguk)
Ibu: Ibu juga minta maaf, Anak-anak. Ibu janji, Ibu akan mengatur waktu agar bisa sesering mungkin menemani kalian. (Merangkul Ade). Ade, kau adalah anak yang tertua. Mari kita menjadi teladan yang baik bagi Niko dan Esa
Ade: Benar, Bu. Ade juga minta maaf. Selama ini Ade hanya mengurus kepentingan diri sendiri.
Nenek: (Bangkit dari duduknya, dipeluknya anak, menantu dan cucu-cucunya dengan berurai air mata. Setelah itu ia melepaskan pelukannya). Kita patut mengucap syukur kepada Tuhan. Dia telah mencurahkan damai kepada kita masing-masing. Kita sudah disadarkan dari sikap yang keliru selama ini.
Esa: (Memandang nenek). Nek, doa nenek terkabul!
Ade: Doa apa, Nek?
Nenek: (Hanya tersenyum tanpa menjawab)
Esa: Waktu itu, selesai berceritera, Nenek berdoa. Mungkin Nenek pikir, Esa sudah tidur. Padahal belum.
Niko: Doanya gimana?
Esa: Tuhan, tolonglah keluarga kami ini. Agar ditengah-tengah kesibukan pelayanan, kami tetap ingat kepadaMu dan dapat memberikan waktu untuk anak-anak. Kami percaya, Yesus lahir ke dunia juga untuk membawa damai bagi setiap keluarga. Habis itu, aku kketiduran.
Niko: Kok, mirip dengan doa di sandiwaraku ini. Cuma di bagian akhirnya ada tambahan. Begini: “Biarlah kami tetap giat melayani Engkau melalui keluarga kami masing-masing. Terima kasih karena Engkau telah turun ke dunia menjadi manusia dalam Kristus Yesus, Juruselamat kami yang lahir kembali di hati kami. Amin.
Semua: (Duduk bersujud setengah lingkaran diiringi nyanyian PS, lagu “Hai Mari Berhimpun”, Kid. Jmt. 109: 1. Pada ayat 2, semua ikut bernyanyi sambil berdiri dan bergandengan tangan).
Narator
Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Bagaimanakah bentuk hubungan dalam keluarga? Bagaimanakah bentuk hubungan antara suami dan istri, orang tua dengan anak, dan anak dengan orang tua? Bagaimana keluarga yang dimaksud dalam Firman Tuhan dan bagaimana mewujudkannya? Mari kita saksikan dalam refleksi natal berikut ini..
Narator:
Firman Tuhan: Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5: 16)
Tetangga 1: Hei jenk…udah dengar tidak, pak berkat punya motor baru… hebat ya..padahal kerjanya kecil-kecilan begitu
Tetangga 2: Oh ya? Hebat donk…berarti usaha mereka lancar-lancar saja
Ibu: Halo ibu-ibu..sedang cerita apa?
Tetangga 2: Ibu sudah punya motor baru yah? Gimana rahasianya supaya sukses?
Ibu: Oh..puji Tuhan… kalau kita rajin berusaha dan selalu berdoa.. Tuhan pasti akan berkati segala usaha kita… permisi yah ibu-ibu..mau masak dulu.. (semua bubar)
Narator
Firman Tuhan: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh (Efesus 5: 22-23)
Bapak: Ma, Natal semakin dekat, kebutuhan semakin banyak… jangan membeli barang yang tidak perlu…
Ibu: lya, pa…mama mengerti maksud papa kok (sambil cerita-cerita)
Narator
Firman Tuhan: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayah dan ibumu-ini
adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus 6:1-4)
Anak 1: (sambil lari-lari) Pa, Natal kali ini ade minta hadiah handphone ya? Teman-teman ade sudah punya HP baru semua
Ibu: Loh, handphone kamu kan masih bagus..pakai saja dulu
Anak 2: lya nih, atau kamu pakai punya kakak saja, nanti kakak yang beli HP baru…ya pa?
Ayah: Kakak.. Ade… (sambil menghela nafas) Kalau masih bisa dipakai, ya pakai saja..kenapa harus beli baru? Memang kalau HP baru menjamin bisa masuk surga?
Narator
Firman Tuhan: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. (Ulangan 6:6-7)
Ayah: Nak, keluarga kita memang kecil… tapi apapun yang kita punyai harus kita syukuri
Ibu: lya, coba lihat keluarga yang lain di luar sana, banyak yang saling tidak peduli akhirnya mereka mulai menjauhi perintah Allah
Ayah : Harta yang paling berharga di dunia ini adalah keluarga kita sendiri… berilah contoh yang baik terhadap sesama kita di luar sana..agar kasih Kristus selalu terpancar.. (semua berpelukan)
Narator
Demikianlah drama natal yang disampaikan oleh kiranya Kasih dan Penyertaan Kristus selalu menerangi kita semua. Biarlah kita semua dapat hidup bersama sebagai keluarga Allah. Tuhan Yesus Memberkati
Daftar Pemain
Menjelang Natal, keluarga Rani hidup sederhana setelah ayah mereka meninggal dua tahun lalu. Mama bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan, sementara Rani dan Adit ingin memberikan hadiah Natal, tetapi tidak punya uang. Dalam perjalanan sehari-hari, mereka mulai belajar bahwa kasih, perhatian, dan kebersamaan jauh lebih berarti daripada hadiah mahal.
Adegan 1 Pagi Hari di Rumah
(Mama sedang menyiapkan sarapan. Rani dan Adit baru bangun.)
Mama: Ayo cepat sarapan, nanti kalian terlambat sekolah.
Rani: Ma, nanti malam kita pasang pohon Natal, ya?
Mama (tersenyum lembut): Kalau Mama pulang tidak terlalu malam, kita pasang, ya.
Adit (pelan ke Rani): Mama pasti capek. Kerjaan lagi banyak.
Rani: Iya… makanya aku pengin kasih Mama hadiah Natal tahun ini.
Adit: Tapi uang dari mana, Ran?
(Keduanya saling tatap, bingung.)
Adegan 2 Di Sekolah / Gereja
(Pak Andi sedang memberi pesan Natal.)
Pak Andi: Anak-anak, Natal bukan hanya soal hadiah. Natal mengajarkan kita berbagi, peduli, dan menunjukkan kasih dalam hal-hal kecil.
Rani (berbisik pada Adit): Berarti kita bisa kasih Mama sesuatu tanpa harus beli.
Adit (mulai punya ide): Hmm… mungkin kita bisa siapkan sesuatu yang bikin Mama senang.
Adegan 3 Sore Hari, di Rumah
(Rani dan Adit pulang. Mama belum ada. Bu Sinta muncul membawa makanan.)
Bu Sinta: Ini Mama kalian titip beli sayur di pasar, tapi lupa bawa pulang. Sekalian Tante antar, ya.
Rani: Terima kasih, Tante.
Bu Sinta: Kamu dan Adit kelihatan kepikiran. Ada apa?
Adit: Kami pengin kasih hadiah buat Mama… tapi kami nggak punya uang.
Bu Sinta: Hadiah itu tidak selalu harus dibeli. Kadang, membantu dan membuat orang tersenyum adalah hadiah paling indah.
(Rani dan Adit saling pandang-mereka dapat ide.)
Adegan 4 Malam Hari, Persiapan Kejutan
(Rani membuat kartu ucapan dan menggambar. Adit membersihkan rumah dan memasang sedikit hiasan Natal sederhana.)
Rani: Adit, kartu buat Mama sudah jadi. Ada ayat dan ucapan terima kasih juga.
Adit: Bagus! Aku sudah rapikan rumah. Ini pasti bikin Mama senang.
(Tiba-tiba pintu terbuka. Mama masuk, terlihat lelah.)
Adegan 5 Kejutan Natal
(Rani dan Adit berdiri di depan Mama.)
Rani & Adit (bersamaan): Selamat Natal, Ma!
Mama: Wah… ini apa?
(Rani memberikan kartu; Adit menunjukkan rumah yang rapi.)
Rani: Ini hadiah Natal kami. Rani tulis kartu untuk Mama…
Adit:…dan aku bersihin rumah supaya Mama bisa istirahat.
(Mama membaca kartu. Matanya berkaca-kaca.)
Mama (tersenyum sambil memeluk mereka): Kalian tahu… ini hadiah terbaik yang pernah Mama terima. Kasih sayang kalian… itu lebih berharga dari apa pun.
(Bu Sinta masuk membawa kue kecil.)
Bu Sinta: Kalau begitu, mari kita rayakan Natal bersama!
(Semua berkumpul. Pak Andi datang menyapa.)
Adegan 6 Penutup
Pak Andi: Natal mengingatkan kita bahwa kasih bisa diwujudkan lewat hal sederhana. Saat kita saling peduli dan hadir satu sama lain, itulah Natal yang sesungguhnya.
(Semua tersenyum. Lampu meredup, musik Natal lembut mengiringi.)
Pemeran & Tokoh:
Adegan:
Si Cakep, Si Kaya, Si Gendut, Si Miskin sedang duduk (berpikir) ada yang melihat ke atas, ada yang bertopang dagu, ada yang memegangi dahinya, dsb…) Narator Natal telah tiba. Beberapa anak sedang duduk dan mereka-reka bingkisan apa yang ingin mereka minta kepada papa-mama merekasebagai hadiah di Hari Natal.
(Si Cakep maju ke depan dan melambaikan tangan ke penonton): “Hai, teman-teman! Biasanya setiap Hari Natal tiba, saya pasti akan dibelikan sepatu dan baju baru oleh mama dan papaku.”
Si Kaya (berdiri, membusungkan dada dan menepuk dada): “Kalau Saya, setiap Hari Natal tiba, saya pasti mendapat mainan yang bagus dan yang palingmahal, karena Mama dan Papa belinya di Mega Mall yang keren. Eh, pernah juga loh, dibeli dari luar negeri….Emm… kolong merat, eh salah…apa sih temen-temen…ya, itu. Konglomerat!”
Si Gendut: “Nah, kalau saya maunya minta coklat yang u…..eenak! Silver queen, tobleron, cadburry..ah, kalau itu sih udah bosen. Pokoknya, sayamau coklat yang istimewa di Hari Natal tahun ini.”
Si Miskin: “Kalau saya, sich, maunya hadiah yang nggak habis-habis, nggak pernah rusak sampai saya besar nanti dan saya nggak perlu beli, jadi gratis aja! Soalnya, papa dan mama lagi nggak punya uang untuk beli hadiahyang mahal-mahal.”
Si Cakep+Kaya+Gendut (mencibir dan mengejek sambil mengacungkan jari telunjuknya dan menggoyangkan tangannya dari atas ke bawah): “Aduh…kasihan deh, lo…”
Si Cakep: “Masa mau minta hadiah yang nggak habis-habis, nggak pernah rusak dan nggak usah beli”
Si Kaya: “Mana ada hadiah seperti itu?”
Si Gendut: “lya, biar sampai dunia ini persegi, nggak bakalan kamu dapat!”
Si Miskin: (tangan bersedakep di depan dada dan memandang ketiga anak itulalu tersenyum) “Kita lihat aja, nanti!”
Narator: Itulah yang dipikirkan mereka. Satu hadiah yang tidak akan rusak, tidak akan habis dan tetap mereka miliki sampai selama-lamanya….Kalian tahu, hadiah apakah itu?
Adegan:
Si Murung Masuk. Si Murung (duduk menekuk lututnya dan meletakkan dagunya di atas kedualututnya dengan wajah sedih): “Hadiah Natal? Mungkin itu tinggal kenangan. Dulu Mama Papa selalu ingat membelikanku hadiah untuk Hari Natal. Tapi sekarang….jangankan hadiah, mereka bahkan tidak ingat padaku lagi…
Si Miskin: “Hai, teman. Kenapa kau kelihatan sedih. Bukankah seharusnyakamu bersukacita menyambut hari kelahiran Yesus.”
Si Murung: “Aku kehilangan papa-mamaku…”
Si Miskin: “Apa? Kehilangan papa-mama? Maksudmu mereka sudah meninggal?”
Si Murung: “Tidak, mereka tidak meninggal. Tetapi mereka terlalu sibuk untuk mengingatku lagi. Senin sampai Sabtu sibuk kerja mencari uang.Minggu mereka sibuk di gereja, katanya sih, pelayanan. Aku sering ditinggal sendirian. Sekarang, Hari Natal pun mereka tidak ingat untuk membelikanku hadiah… I
Si Miskin: “Ya, sudah. Aku akan menemanimu sekarang. Kamu tidak perlu bersedih, bukankah masih banyak hal lain yang bisa membuat kita senang, misalnya lagu Natal yang merdu…cerita Natal yang indah…dan tarian Natal yangceria….
Si Murung: (berdiri dan menatap Si Miskin) “Tunggu! Kau ingat tentang Yesus? Si Miskin (tersenyum) Ya, tentu. Aku sangat mengasihi Yesus.”
Si Murung: “Bukan itu maksudku, tetapi kau…Kau seperti Yesus!! Yesus yang kudengar di Sekolah Minggu. Yesus yang mengasihi semua manusia: yang sakit, yang susah, yang menderita, dan yang kesepian seperti aku ini…”
Si Miskin: “Oh, ya? (menutup mulutnya dengan telapak tangan). Ya, Tuhan. Kenapaaku tidak menyadari kalau aku sudah mendapatkan hadiah yang kekal itu..”
Si C+K+G: “Apa? Kau sudah mendapatkan hadiah itu!? Si Miskin hadiah yang kekal itu. Dia tidak bisa Benar, teman-teman. Aku sudah mendapatkan hadiah yang kekal rusak, tidak pernah habis dan akan menjadi milikku sampai aku besar nanti, bahkan sampai selamanya..”
Si Gendut: “Wah, hebat! Kalau gitu bagi dooong…”
Si Kaya: “Hei, gendut. Aku duluan”
Si Cakep (menarik kedua temannya) “Aku dong yang duluan. Tadi kan yangkeluar panggung aku duluan…”
Si Miskin: “Tenang…Sebenarnya kita semua bisa memilikinya. Hadiah yang kekal itu adalah Yesus. Allah Bapa telah memberikan-Nya kepada kita sebagaihadiah yang kekal.”
Si Murung: “Ya, karena begitu besar kasih Allah kepada kita, maka la mengaruniakan Yesus kepada kita supaya kita selamat dan beroleh hidup kekal (menengok si Miskin) Begitu ‘kan?”
Si Miskin: (mengacungkan jempol) “Hadiah itu bisa kalian miliki, bila kalianmau menerima Dia dalam hati kalian…”
Si Kaya: “Aku mau”
Si Cakep: “Aku mau”
Si Gendut: “Aku juga”
Si Miskin: “Nah, hadiah yang termahal, terindah dan kekal selama-lamanya tidak kita dapatkan di dunia ini, tetapi telah diberikan oleh Allah, yaitu pada malam Natal ketika Yesus turun ke dunia untuk menyelamatkan kita semua.”
Epilog Narator:
Nah, adik-adik. Ternyata hadiah yang kekal itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Semua hadiah di dunia ini akan rusak dan musnah, tetapi Yesus akan menjadi milik kita sampai selama-lamanya. Amin
Demikian drama Natal tentang kehidupan sehari-hari yang bisa menjadi referensi. Selamat menyambut perayaan Natal, infoers!
