6 Fakta Penangkapan Hacker ‘Bjorka’: Jual Data Ilegal-Transaksi Lewat Kripto

Posted on

Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menangkap pria berinisial WFT (22) asal Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), yang mengaku hacker ‘Bjorka’. Pelaku mengklaim telah meretas 4,9 juta data nasabah bank hingga melakukan transaksi melalui kripto.

Melansir infoNews, Jumat (3/10/2025), WFT ditangkap di Desa Totolan, Kakas Barat, Minahasa, pada Selasa (23/9). Penangkapan hacker Bjorka bermula saat adanya salah satu bank melaporkan upaya akses ilegal. Kasus itu diperkuat dengan klaim akun X @bjorkanesiaa yang mengaku meretas akun nasabah bank tersebut.

“Itu memposting dengan tampilan salah satu akun nasabah bank swasta dan mengirimkan pesan juga ke akun resmi bank tersebut dan mengklaim bahwa sudah melakukan hack kepada 4,9 juta akun database nasabah,” ujar Kasubdit IV Ditres Siber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco Wijaya Simbolo, Kamis (2/10).

Bjorka sempat ditampilkan polisi saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (2/10). Dia tampak mengenakan baju tahanan warna oranye dan masker.

WFT kini dijerat Pasal 46 juncto Pasal 30 dan/atau Pasal 48 juncto Pasal 32 dan/atau Pasal 51 ayat (1) juncto Pasal 35 UU Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman pidana maksimal 12 tahun penjara.

Dirangkum infocom, berikut 6 fakta penangkapan hacker ‘Bjorka’ yang mengklaim meretas 4,9 juta data nasabah bank:

Herman menjelaskan pelaku diduga berniat melakukan pemerasan terhadap salah satu bank. Pihak kepolisian yang mendapat laporan lalu melakukan penyelidikan mendalam dan bermuara pada sosok pria berinisial WFT asal Minahasa.

“Didapatkan fakta bahwa pelaku adalah pemilik daripada akun X dengan nama Bjorka dan Bjorkanesiaa dan juga kita menemukan barang bukti digital dari komputer dan handphone yang digunakan, berbagai macam tampilan akun nasabah salah satu bank swasta yang digunakan oleh pelaku dan memposting dengan niat untuk melakukan pemerasan,” ungkap Herman.

Herman menceritakan pelaku hendak memeras namun tidak direspons pihak bank tersebut. Uang pemerasan yang diminta belum diberikan pihak bank.

“Perihal pemerasan, faktanya terhadap case yang sedang kita tangani ini belum terjadi, jadi motif dia melakukan adalah untuk melakukan pemerasan, tetapi karena tidak dituruti atau tidak direspons oleh pihak bank, maka pihak bank berupaya untuk melapor ke pihak kepolisian,” tutur Herman.

Herman mengatakan aksi tersebut dilakukan WFT untuk mencari uang memenuhi kebutuhannya. Dia menambahkan pelaku seorang pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan.

“Jadi, motivasinya, yang ini adalah masalah kebutuhan, masalah uang. Jadi motifnya masalah uang. Segala sesuatu yang dikerjakan, sementara yang kita temukan adalah untuk mencari uang,” tutur Herman.

Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus menjelaskan mengenai situs tempat pelaku beraksi. Dia mengatakan WFT mengaku sebagai hacker ‘Bjorka’ dan memiliki beberapa akun di situs dark web.

“Selama ini pelaku itu sudah memiliki akun di beberapa, biasanya kita kenal dengan istilah dark web. Jadi kalau kita lihat lapisan daripada web yang ada saat ini kita ada surface web, kemudian ada deep web, kemudian ada dark web,” kata Fian dalam keterangannya, Kamis (2/10).

Fian menuturkan WFT menjalankan aksinya di situs dark web. Dia mengungkapkan pelaku telah mengeksplor dark web sejak tahun 2020.

“Nah, pelaku kita ini bermain di dark web tersebut, di mana di dark web tersebut yang bersangkutan sudah mulai mengeksplor sejak tahun 2020,” imbuh Fian.

Fian menceritakan pelaku beberapa kali mengubah username miliknya dari Bjorka, menjadi SkyWave, hingga Shint Hunter. Dia mengatakan pelaku terakhir kali mengganti usernamenya pada Agustus 2025 menjadi Opposite6890.

Fian membeberkan WFT menyamarkan data dirinya dengan membuat bermacam-macam email dan nomor telepon. Dia menyatakan Bjorka menggonta-ganti username milikinya untuk mengelabui aparat.

“Jadi tujuan pelaku melakukan perubahan nama ini adalah untuk menyamarkan dirinya, untuk menyamarkan dirinya dengan membuat menggunakan berbagai macam, tentunya email atau nomor telepon atau apapun itu sehingga yang bersangkutan sangat susah untuk dilacak oleh aparat penegak hukum,” ujar Fian.

Fian mengungkapkan pelaku menjual data korbannya senilai puluhan juta melalui dark web. Pelaku mengungkapkan jika harga data korban tergantung pembelinya yang ada di dark web.

“Berapa uang yang didapatkan ini juga kita belum bisa mendapatkan fakta secara jelas. Tapi pengakuannya sekali dia menjual data itu kurang lebih nilainya puluhan juta. Jadi tergantung orang-orang yang membeli data yang dia jual, melalui dark forum,” kata Fian.

Fian menjelaskan WFT mengklaim mendapatkan data institusi luar negeri ataupun dalam negeri, perusahaan kesehatan, hingga perusahaan swasta untuk diperjualbelikan. Dia menuturkan pelaku diduga bertransaksi data ilegal di dark web dengan mata uang kripto.

“Pada saat diperjualbelikan pelaku menerima pembayaran dengan menggunakan crypto currency,” imbuh Fian.

Fian mengatakan pelaku yang diduga hacker ‘Bjorka’ bukan ahli information technology (IT). Dia juga mengatakan WFT tidak tamat sekolah menengah kejuruan (SMK).

“Jadi yang bersangkutan ini bukan ahli IT, hanya orang yang tidak lulus SMK,” kata Fian.

Fian mengatakan WFT belajar IT secara mandiri melalui media sosial (medsos). Dia menuturkan Bjorka mengaku mempelajari cara meng-hacker dari komunitas-komunitas yang ada di medsos.

“Namun sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT, jadi dia mempelajari segala sesuatu itu hanya dari IT, melalui komunitas-komunitas media sosial,” ujar Fian.

Fian menjelaskan hacker Bjorka sempat menjadi sorotan terkait dugaan kebocoran data 6 juta NPWP warga Indonesia termasuk data pribadi beberapa pejabat negara. Dia mengatakan WFT diduga membocorkan data mantan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, mantan Menko Polhukam Mahfud Md, hingga mantan Gubernur DKI Anies Baswedan.

Fian mengungkapkan ‘Bjorka’ bahkan pernah membocorkan data milik Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Dia menegaskan pihaknya masih harus mendalami kasus ini.

“Mungkin (Bjorka yang membocorkan data), jawabannya saya bisa jawab ‘mungkin’, apakah Bjorka 2020, mungkin, apakah dia Opposite6890 yang dicari-cari, mungkin,” pungkas Fian.

1. ‘Bjorka’ Hendak Peras Bank

2. Main Dark Web Sejak 2020

3. Gonta-ganti Username

4. Transaksi Pakai Kripto

5. ‘Bjorka’ Bukan Ahli IT

6. ‘Bjorka’ Diduga Bocorkan Data

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *