Hari Santri Nasional pada 22 Oktober biasanya diperingati dengan menggelar upacara atau apel di lingkungan sekolah atau pesantren. Amanat menjadi bagian penting dari pelaksanaan upacara maupun apel.
Peringatan Hari Santri Nasional tersebut merupakan bentuk penghormatan terhadap peran besar para santri dalam sejarah perjuangan dan pembangunan negeri. Hari Santri bukan sekadar momentum seremonial, tetapi juga menjadi refleksi atas semangat jihad intelektual, nasionalisme, dan nilai-nilai keislaman yang dibawa oleh para santri di berbagai bidang kehidupan.
Amanat pembina upacara atau apel yang disampaikan dalam peringatan Hari Santri memiliki peran penting, terutama untuk menginspirasi para santri agar memahami nilai-nilai kepesantrenan dan semangat kebangsaan.
Oleh karena itu, infoSulsel menyiapkan 7 contoh amanat Hari Santri 2025 yang bisa digunakan oleh guru, ustaz, atau pembina pesantren dengan berbagai tema.
Yuk simak selengkapnya!
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati para kiai, ustaz, ustazah, guru, dan seluruh santri yang saya banggakan.
Alhamdulillah, hari ini kita bisa berkumpul bersama di pagi yang penuh berkah ini untuk memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025.
Hari yang istimewa, bukan hanya untuk para santri, tapi juga untuk seluruh bangsa Indonesia.
Kalau kita bicara tentang Hari Santri, tentu kita ingat peristiwa besar di tahun 1945. Saat itu, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dari Nahdlatul Ulama mengeluarkan Resolusi Jihad, yaitu seruan kepada umat Islam, terutama para santri, untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah.
Dari pesantren-pesantren, para santri berangkat ke medan pertempuran. Mereka berjuang bukan karena ingin disebut pahlawan, tapi karena cinta tanah air dan ingin melihat Indonesia benar-benar merdeka.
Nah, sekarang tahun 2025. Indonesia sudah lama merdeka. Kita tidak lagi mengangkat senjata, tapi semangat jihad itu tidak boleh padam.
Tantangan kita hari ini berbeda. Jihad kita sekarang adalah berjuang lewat ilmu, akhlak, dan karya.
Inilah makna tema Hari Santri tahun ini: “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.”
Artinya, santri harus ikut menjaga kemerdekaan ini agar tidak hanya sekadar bebas dari penjajahan, tapi juga benar-benar membawa kemajuan, kesejahteraan, dan kehormatan bagi bangsa Indonesia di mata dunia.
Santri masa kini tidak cukup hanya pandai ngaji, tapi juga harus melek teknologi, peka terhadap perubahan, dan punya semangat belajar yang tinggi.
Kita harus jadi generasi yang bisa menggabungkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan.
Kita harus bisa membuktikan bahwa santri bukan hanya ahli dalam hal keagamaan, tapi juga mampu menjadi ilmuwan, pengusaha, guru, dokter, bahkan pemimpin bangsa.
Bapak Ibu, teman-teman, dan anak-anaku sekalian,
Kita tahu, dunia sekarang sedang berubah sangat cepat.
Teknologi berkembang pesat, informasi datang dari mana-mana. Kadang yang benar dan yang salah bercampur.
Di sinilah peran santri dibutuhkan.
Santri harus jadi penuntun moral, penjaga akhlak, dan pelita di tengah kegelapan zaman.
Santri harus bisa menunjukkan bahwa nilai-nilai pesantren-seperti sopan santun, kejujuran, disiplin, dan cinta damai-tetap relevan, bahkan penting di tengah modernisasi.
Mengawal Indonesia Merdeka juga berarti menjaga persatuan dan kebhinekaan.
Santri itu harus bisa jadi perekat, bukan pemecah.
Kalau ada perbedaan, santri hadir membawa kedamaian.
Kalau ada masalah, santri hadir memberi solusi.
Santri tidak boleh hanya diam, tapi harus aktif memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Itu juga bentuk jihad-jihad sosial dan jihad kemanusiaan.
Kita juga harus ingat, banyak tokoh besar bangsa ini yang lahir dari pesantren.
Ada KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Gus Dur, Buya Hamka, dan banyak lagi.
Mereka semua menunjukkan bahwa santri bisa berperan besar dalam membangun negeri.
Dan tugas kita sekarang adalah meneruskan perjuangan itu.
Meneruskan dengan belajar sungguh-sungguh, menjaga akhlak, dan berbuat baik di mana pun kita berada.
Santri Indonesia punya potensi besar.
Kita punya jumlah yang banyak, semangat yang kuat, dan nilai yang luhur.
Kalau semua santri di seluruh Indonesia bersatu, belajar dengan sungguh-sungguh, dan berkarya dengan niat yang tulus, saya yakin Indonesia bisa menjadi bangsa yang disegani di dunia.
Itulah makna dari “Menuju Peradaban Dunia.”
Kita tidak hanya ingin menjadi penonton, tapi ingin menjadi pelaku, bahkan pemimpin dalam peradaban dunia yang beradab dan bermartabat.
Hadirin yang berbahagia,
Hari ini, mari kita jadikan peringatan Hari Santri sebagai momentum untuk memperkuat tekad dan semangat.
Mari terus belajar, berjuang, dan berkarya dengan semangat jihad yang sesuai zaman.
Jaga akhlak, jaga ilmu, dan jaga cinta tanah air.
Karena Indonesia yang maju hanya bisa terwujud jika santrinya tangguh, berilmu, dan berakhlakul karimah.
Terakhir, saya ingin mengajak semua yang hadir di sini untuk bersama-sama mengucapkan:
Selamat Hari Santri 2025!
Mari kita terus Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati para guru, para kiai, para ustaz dan ustazah, serta seluruh santri dan hadirin yang berbahagia.
Alhamdulillah, puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, hari ini kita dapat bersama-sama memperingati Hari Santri Nasional 2025, sebuah momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia untuk mengenang jasa besar para santri dan ulama dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri sebagai bentuk penghormatan terhadap lahirnya Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945 di Surabaya. Resolusi ini menyerukan kewajiban bagi umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Dari semangat inilah, gelombang jihad fi sabilillah berkobar di dada para santri dan rakyat Indonesia untuk menegakkan kedaulatan negeri tercinta.
Namun, jihad pada masa kini bukan lagi mengangkat senjata melawan penjajah berseragam. Jihad santri masa kini adalah perjuangan melawan kebodohan, kemiskinan, kemalasan, dan ketidakjujuran. Jihad hari ini berarti berkontribusi nyata dalam membangun bangsa melalui ilmu, akhlak, dan karya.
Santri harus menjadi pelopor perubahan, menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman sekaligus kebangsaan.
Peran santri di era modern ini semakin kompleks. Dunia digital dan globalisasi membuka peluang sekaligus tantangan besar. Santri dituntut beradaptasi tanpa kehilangan jati diri, memegang teguh nilai-nilai keulamaan sambil menguasai teknologi, sains, dan bahasa dunia. Santri tidak hanya ahli dalam kitab kuning, tetapi juga harus tanggap terhadap perkembangan zaman-mampu berinovasi di bidang pendidikan, ekonomi, hingga lingkungan sosial.
Inilah bentuk adaptasi semangat Resolusi Jihad dalam konteks kekinian: berjuang dengan ilmu dan integritas untuk kemaslahatan umat.
Santri juga memiliki peran penting dalam menjaga moral bangsa. Di tengah arus deras media sosial dan budaya instan, santri harus menjadi penyejuk, penuntun, dan teladan.
Sikap tawadhu, disiplin, dan cinta tanah air yang diwarisi dari pesantren harus terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, santri menjadi benteng nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang kokoh.
Hadirin yang berbahagia,
Tahun 2025 ini, tema Hari Santri adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri.” Tema ini menegaskan bahwa semangat jihad harus diwujudkan dalam kontribusi nyata-baik di dunia pendidikan, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan. Santri harus hadir di setiap lini pembangunan, menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai keadilan, toleransi, dan kedamaian.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan para kiai dan santri terdahulu. Jadikan Hari Santri bukan sekadar peringatan seremonial, tetapi momentum untuk meneguhkan komitmen bahwa santri selalu siap menjaga keutuhan bangsa, memperjuangkan kemajuan umat, dan berperan aktif dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Akhirnya, marilah kita jadikan semangat Hari Santri 2025 sebagai pengingat bahwa perjuangan tidak pernah usai. Mari terus berjuang dengan pena, dengan doa, dan dengan karya.
Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan keberkahan kepada seluruh santri, ulama, dan seluruh bangsa Indonesia agar senantiasa istiqamah di jalan-Nya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat Hari Santri 2025 – Jihad Santri Jayakan Negeri!
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati para kiai, ustaz, ustazah, guru, serta seluruh santri yang saya banggakan.
Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena hari ini kita bisa bersama-sama memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025.
Sebuah momen penting untuk mengenang sejarah perjuangan para santri yang ikut mengawal lahirnya dan berdirinya Republik Indonesia.
Kita tidak boleh lupa, Hari Santri lahir dari sejarah besar yang terjadi di tahun 1945. Saat itu, KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad, menyerukan kepada umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dari pesantren-pesantren, ribuan santri turun ke medan perjuangan. Mereka membawa semangat jihad, bukan hanya dengan senjata, tapi juga dengan doa, keberanian, dan keikhlasan.
Sekarang, perjuangan itu tidak lagi dalam bentuk peperangan fisik.
Namun, semangat jihad santri tidak boleh padam.
Jihad kita hari ini adalah jihad menuntut ilmu, jihad menjaga akhlak, jihad melawan kebodohan dan kemalasan.
Santri masa kini harus bisa berperan aktif dalam membangun bangsa.
Inilah makna dari tema Hari Santri tahun ini: “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.”
Santri masa kini adalah penjaga kemerdekaan, sekaligus pembawa peradaban.
Kita menjaga kemerdekaan dengan ilmu dan akhlak. Kita membawa peradaban dengan karya, prestasi, dan keteladanan.
Santri tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tapi juga menjadi bagian dari masa depan bangsa.
Dunia butuh sosok yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa damai-itulah jati diri santri sejati.
Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, santri harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.
Santri harus hadir sebagai penyejuk di tengah perbedaan, menjadi perekat di tengah perpecahan, dan menjadi contoh dalam kebaikan.
Nilai-nilai pesantren seperti kejujuran, kesederhanaan, tawadhu, dan semangat kebersamaan harus terus dijaga dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bapak Ibu dan para santri yang berbahagia,
Hari Santri bukan hanya tentang mengenang sejarah, tapi juga tentang menatap masa depan.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk meneruskan perjuangan para ulama dan kiai pendahulu kita.
Mari kita isi kemerdekaan ini dengan prestasi dan karya yang bermanfaat.
Mari kita buktikan bahwa santri bisa menjadi pemimpin, inovator, dan pembawa perubahan yang membawa Indonesia menuju peradaban dunia yang bermartabat.
Akhir kata, saya ucapkan Selamat Hari Santri Nasional 2025.
Semoga semangat perjuangan dan keikhlasan para santri selalu hidup dalam diri kita semua.
Mari kita terus Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Anak-anakku yang Bapak/Ibu banggakan,
Alhamdulillah, pagi ini kita bisa berkumpul bersama di lapangan sekolah tercinta untuk memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025.
Hari yang sangat istimewa, bukan hanya bagi para santri di pesantren, tapi juga bagi kita semua-karena semangat santri adalah semangat bangsa Indonesia.
Anak-anakku,
Kalau kita menengok ke belakang, sejarah Hari Santri lahir dari peristiwa besar tahun 1945. Saat itu, para ulama dan santri ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan lewat Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh KH Hasyim Asy’ari.
Mereka berani bangkit melawan penjajah, bukan karena ingin dikenal, tapi karena cinta pada agama dan tanah air.
Bayangkan, anak-anak muda seumur kalian dulu, berani mengorbankan tenaga, waktu, bahkan nyawa demi Indonesia.
Sekarang, perjuangan itu tidak lagi dalam bentuk perang fisik.
Kita tidak lagi mengangkat senjata, tapi kita punya “jihad baru” – yaitu berjuang lewat belajar, berakhlak baik, dan berbuat bermanfaat untuk sesama.
Karena membangun bangsa tidak cukup dengan kecerdasan, tapi juga dengan akhlak dan kejujuran.
Anak-anakku,
Tema Hari Santri tahun ini adalah “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.”
Artinya, tugas kita sebagai generasi penerus adalah menjaga kemerdekaan ini dengan cara yang sesuai zaman.
Kalian tidak perlu pergi berperang, cukup jadilah pelajar yang disiplin, rajin belajar, sopan pada guru, dan peduli terhadap teman.
Dari sikap-sikap kecil itulah akan lahir pribadi yang tangguh dan berjiwa santri sejati.
Ingat, santri bukan hanya mereka yang tinggal di pesantren.
Santri adalah siapa saja yang meneladani nilai-nilai pesantren-jujur, rendah hati, cinta ilmu, dan cinta damai.
Jadi, anak-anakku semua bisa menjadi santri di sekolah ini.
Belajarlah sungguh-sungguh, jangan mudah menyerah, dan gunakan teknologi dengan bijak.
Kalau kalian rajin belajar dan menjaga akhlak, itu artinya kalian sedang ikut membangun Indonesia.
Bapak ingin kalian ingat satu hal:
Bangsa yang besar bukan hanya punya orang pintar, tapi punya orang baik.
Ilmu tanpa akhlak akan melahirkan kesombongan, tapi ilmu yang disertai akhlak akan melahirkan kemajuan.
Maka, jadilah pelajar yang tidak hanya cerdas di kepala, tapi juga lembut di hati.
Anak-anakku sekalian,
Mari kita jadikan semangat Hari Santri ini sebagai pengingat bahwa perjuangan belum selesai.
Kita masih harus berjuang melawan kemalasan, kebodohan, dan sikap acuh tak acuh.
Mulailah dari diri sendiri: datang tepat waktu, hormati guru, bantu teman, dan terus belajar meski kadang lelah.
Karena setiap langkah kecil menuju kebaikan, itulah wujud cinta kita pada Indonesia.
Akhirnya, Bapak ucapkan:
Selamat Hari Santri Nasional 2025!
Semoga semangat santri selalu hidup di hati kalian semua.
Mari kita terus belajar, memperbaiki diri, dan membangun bangsa ini dengan ilmu dan akhlak mulia.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Anak-anakku yang Bapak banggakan,
Hari ini, tanggal 22 Oktober, kita memperingati Hari Santri Nasional 2025.
Peringatan ini bukan sekadar seremonial, tapi momentum untuk mengenang perjuangan para santri dan ulama yang ikut menjaga kemerdekaan Indonesia melalui Resolusi Jihad tahun 1945.
Mereka berjuang dengan semangat cinta tanah air yang luar biasa – dan semangat itu harus kita lanjutkan.
Anak-anakku,
Tahun ini tema Hari Santri adalah “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.”
Maknanya, kita sebagai generasi muda harus menjaga kemerdekaan dengan cara zaman sekarang: belajar dengan sungguh-sungguh, berakhlak baik, dan menjadi pelajar yang bermanfaat.
Karena membangun bangsa tidak hanya dengan tenaga, tapi juga dengan pikiran dan karakter.
Kita semua bisa menjadi santri – tidak harus tinggal di pesantren, tapi dengan meneladani nilai-nilainya: jujur, disiplin, cinta ilmu, dan hormat pada guru.
Kalau kalian rajin belajar dan menjaga akhlak, kalian sudah ikut berjuang untuk Indonesia.
Ingatlah, anak-anakku,
Bangsa yang besar tidak hanya butuh orang pintar, tapi juga butuh orang baik.
Ilmu yang disertai akhlak akan membawa kemajuan bagi negeri ini.
Maka teruslah belajar, perbaiki diri, dan jadikan semangat santri sebagai bekal menuju masa depan yang lebih baik.
Selamat Hari Santri Nasional 2025!
Semoga semangat juang santri selalu hidup dalam diri kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati para dewan guru, staf sekolah, dan anak-anakku semua yang saya banggakan,
Alhamdulillah, pada pagi yang cerah ini, kita kembali berkumpul untuk memperingati Hari Santri Nasional 2025.
Peringatan ini bukan hanya acara seremonial, tapi momentum untuk mengingat perjuangan para santri dan ulama yang ikut merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, para santri membuktikan bahwa semangat cinta tanah air dan keimanan bisa menjadi kekuatan besar bagi Indonesia.
Anak-anakku yang Bapak/Ibu cintai,
Kalian semua, para pelajar, adalah santri masa kini.
Santri yang tidak hanya bisa membaca kitab, tapi juga bisa membaca dunia.
Santri yang tidak hanya pandai dalam pelajaran agama, tapi juga tanggap terhadap perkembangan zaman.
Santri yang mampu memanfaatkan teknologi untuk menebar kebaikan dan menciptakan karya bermanfaat.
Anak-anakku,
Kita hidup di era digital yang penuh peluang, tapi juga penuh tantangan.
Teknologi bisa menjadi alat untuk belajar dan berkarya, tapi juga bisa menjadi jebakan jika disalahgunakan.
Maka, menjadi santri digital berarti menggunakan teknologi dengan bijak.
Gunakan ponsel, internet, dan media sosial bukan untuk hal sia-sia, tapi untuk menambah ilmu, berbagi inspirasi, dan membantu orang lain.
Ingat, satu postingan bisa membawa manfaat, tapi juga bisa menimbulkan mudarat.
Karena itu, jadilah santri yang beretika di dunia digital.
Jaga lisan dan tulisan, sebagaimana kalian menjaga ucapan di dunia nyata.
Itulah bagian dari akhlak santri sejati.
Santri juga berarti mandiri dalam karya.
Artinya, kalian harus berani mencoba, berani berkreasi, dan tidak hanya menunggu perintah.
Mulailah dari hal kecil – membuat tulisan, membuat karya seni, atau mengembangkan ide sederhana yang bisa bermanfaat.
Mandiri bukan berarti berjalan sendiri, tapi mampu berdiri di atas kaki sendiri dengan percaya diri dan tanggung jawab.
Bangsa Indonesia membutuhkan santri-santri modern seperti kalian.
Santri yang bisa menulis kode, bukan hanya menulis doa;
santri yang bisa membuat karya digital, bukan hanya mengonsumsi konten;
santri yang kreatif tapi tetap berakhlak dan rendah hati.
Anak-anakku yang saya banggakan,
Bapak/Ibu tahu, kadang kita mudah tergoda oleh kemudahan teknologi – lupa belajar, malas berusaha, bahkan terjebak dalam hal-hal yang tidak berguna.
Padahal, kalau kalian mau, teknologi bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang cerah.
Dari pesantren, dari sekolah, dari kamar kecil kalian sekalipun – bisa lahir karya yang menginspirasi dunia.
Banyak tokoh muda sukses yang memulai dari hal sederhana, tapi konsisten dan jujur pada proses.
Itulah semangat santri: pantang menyerah, terus belajar, dan selalu berbuat baik.
Hari Santri ini juga menjadi pengingat bahwa santri tidak hanya menjaga agama, tapi juga membangun bangsa.
Menjadi santri berarti siap berjuang untuk kemajuan Indonesia.
Dan perjuangan itu dimulai dari diri sendiri – dari cara kita belajar, bersikap, dan berbuat setiap hari.
Kalau kalian disiplin, sopan, dan mau belajar sungguh-sungguh, itu juga bagian dari jihad di zaman modern.
Jadi, mari kita jadikan semangat Hari Santri tahun ini sebagai dorongan untuk lebih semangat belajar dan memperbaiki akhlak.
Karena bangsa ini tidak hanya butuh orang pintar, tapi juga butuh orang baik.
Santri sejati adalah mereka yang menjaga ilmunya dengan akhlak, dan mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan.
Anak-anakku,
Hari ini, mari kita teguhkan niat menjadi santri digital mandiri dalam karya.
Gunakan teknologi untuk belajar, bukan untuk malas.
Gunakan kreativitas untuk menebar manfaat, bukan mencari sensasi.
Gunakan waktumu untuk berkarya, bukan sekadar bermain.
Karena masa depan bangsa ini ada di tangan kalian – para generasi muda yang berjiwa santri, berakal cerdas, dan berhati bersih.
Selamat Hari Santri Nasional 2025!
Semoga semangat juang para santri terus hidup di dada kita semua.
Jayalah santri Indonesia, jayalah pendidikan, jayalah negeri kita tercinta!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang saya hormati para dewan guru, staf sekolah, dan anak-anakku semua yang saya banggakan,
Alhamdulillah, pada pagi yang penuh berkah ini kita bersama-sama memperingati Hari Santri Nasional 2025.
Peringatan ini adalah bentuk penghargaan atas perjuangan para santri dan ulama yang telah ikut menjaga keutuhan dan kemerdekaan bangsa sejak masa perjuangan, terutama melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.
Tahun demi tahun, semangat itu terus hidup dan menjadi inspirasi bagi kita semua – bahwa santri bukan hanya simbol keagamaan, tetapi juga penjaga moral dan pemersatu bangsa.
Anak-anakku yang Bapak/Ibu cintai,
Santri sejati bukan hanya pandai membaca kitab, tapi juga pandai menjaga adab.
Adab kepada guru, orang tua, dan sesama manusia adalah cermin dari ilmu yang berkah.
Kalau kalian berilmu tapi tidak beradab, maka ilmu itu kehilangan cahaya.
Karena itu, jadikan akhlak sebagai pakaian utama kalian – sopan dalam berbicara, rendah hati dalam berteman, dan hormat kepada siapa pun tanpa memandang status.
Inilah ciri santri sejati yang membedakan antara tahu dan bijak, antara pandai dan beradab.
Anak-anakku,
Sebagai santri dan pelajar Indonesia, kalian juga punya tanggung jawab besar untuk menjadi agen Islam Wasathiyah, atau Islam yang moderat.
Islam Wasathiyah artinya Islam tengah – Islam yang menolak sikap berlebihan, baik dalam bentuk radikalisme maupun liberalisme.
Radikalisme menutup diri dari perbedaan, sedangkan liberalisme sering kali melebur tanpa batas.
Keduanya sama-sama berbahaya jika tidak dikendalikan dengan ilmu dan kebijaksanaan.
Santri harus hadir sebagai penengah, sebagai penerang.
Santri harus bisa menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam, bukan sumber pertikaian.
Sebarkan kebaikan, bukan kebencian.
Bicara dengan lembut, bukan dengan marah.
Dan yang terpenting, jadilah generasi yang mampu meneladankan kerukunan antarumat beragama.
Kita semua hidup di negeri yang beragam – suku, budaya, dan agama – dan tugas santri adalah menjaga agar perbedaan itu menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan.
Anak-anakku yang saya banggakan,
Santri Indonesia juga memegang peran penting sebagai jembatan antara tradisi dan modernitas.
Kalian adalah generasi yang hidup di dua dunia sekaligus – dunia turats (warisan keilmuan Islam klasik) dan dunia digital modern yang terus berkembang.
Tugas kalian adalah menjaga agar keduanya bisa berjalan beriringan.
Belajar agama, tapi juga melek teknologi.
Paham kitab, tapi juga paham realitas zaman.
Jangan pernah merasa bahwa menjadi santri berarti tertinggal dari kemajuan dunia.
Justru sebaliknya, santri harus bisa membuktikan bahwa nilai-nilai Islam mampu menjadi dasar kemajuan.
Teknologi dan ilmu pengetahuan tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan moral dan keimanan.
Dan santri-lah yang memiliki bekal untuk menjaga keseimbangan itu – menjaga ilmu tetap beradab, dan menjaga kemajuan tetap bermakna.
Anak-anakku sekalian,
Kita semua tahu, di dunia yang serba cepat ini, orang mudah sekali tersulut emosi dan perbedaan pandangan.
Kadang di media sosial, ada orang yang cepat menuduh, menghina, bahkan mencaci tanpa berpikir panjang.
Santri sejati tidak boleh ikut-ikutan.
Santri harus menjadi penenang, bukan penyulut.
Harus menjadi penjaga kedamaian di lingkungan sosialnya.
Mulailah dari lingkungan sekolah, keluarga, dan pertemanan.
Jika ada yang berselisih, jadilah penengah.
Jika ada yang marah, jadilah penyejuk.
Jika ada yang sedih, jadilah penghibur.
Karena keberadaan santri seharusnya membawa damai di mana pun ia berada.
Anak-anakku yang Bapak/Ibu banggakan,
Mari kita jadikan Hari Santri ini sebagai pengingat untuk memperbaiki diri.
Mari berlatih menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, dan bermanfaat bagi sesama.
Bangsa Indonesia membutuhkan santri seperti kalian – santri yang tidak hanya pandai membaca, tetapi juga mampu menebarkan nilai-nilai Islam yang menenangkan hati.
Kalianlah penerus perjuangan ulama.
Dan perjuangan itu hari ini diwujudkan dengan belajar sungguh-sungguh, menjaga sikap, serta berkontribusi untuk negeri.
Akhirnya,
Mari kita tanamkan dalam hati bahwa menjadi santri berarti menjadi teladan.
Teladan dalam tutur kata, dalam akhlak, dalam ilmu, dan dalam menebar kedamaian.
Mari jadikan diri kita santri yang moderat, mandiri, dan membawa manfaat bagi semua umat.
Karena dari pesantren, dari madrasah, dari sekolah seperti ini – akan lahir generasi penerus bangsa yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa damai.
Selamat Hari Santri Nasional 2025.
Semoga semangat para santri dan ulama terus hidup dalam diri kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nah, demikianlah kumpulan contoh amanat Hari Santri yang dapat digunakan saat upacara maupun apel pada peringatan HSN 22 Oktober 2025. Semoga bermanfaat, infoers!