7 Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah Lengkap dengan Doanya

Posted on

Umat muslim saat ini telah memasuki pekan kedua bulan Zulkaidah. Bulan kesebelas dalam penanggalan kalender Hijriah ini merupakan salah satu dari empat bulan haram dalam Islam.

Sebagai salah satu bulan yang dimuliakan, Zulkaidah tentunya memiliki sejumlah keutamaan dan keistimewaan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim memanfaatkan momen ini untuk meraih lebih banyak ganjaran pahala melalui berbagai amalan sunah.

Bagi khatib Jumat yang bertugas membawakan khutbah, ini juga menjadi momentum yang tepat untuk menyampaikan tema-tema tentang keutamaan bulan Zulkaidah.

Sebagai referensi, berikut ini kumpulan contoh teks khutbah Jumat tentang bulan Zulkaidah, lengkap dengan bacaan doanya. Yuk, disimak!

Faedah Bulan Dzulqa’dah dan Peristiwa Penting di Dalamnya

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ، وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (سورة التوبة: ٣٦)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Hadirin rahimakumullah,

Allah subhanahu wa ta’ala melebihkan derajat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain. Sebagian manusia, Allah jadikan lebih utama daripada sebagian manusia yang lain. Sebagian tempat, Dia jadikan lebih utama daripada sebagian tempat yang lain. Dan sebagian waktu, Dia jadikan lebih utama dibandingkan dengan sebagian waktu yang lain.

Di antara sebagian waktu yang Allah lebihkan keutamaannya atas sebagian waktu yang lain adalah bulan Dzulqa’dah yang saat ini kita berada di dalamnya.

Di antara keutamaan dan keistimewaan bulan Dzulqa’dah adalah sebagai berikut:

Pertama, Dzulqa’dah adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Disebut Dzulqa’dah disebabkan orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di dalamnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (سورة التوبة: ٣٦)

Maknanya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36).

Kedua, Dzulqa’dah adalah satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ (البقرة: ١٩٧)

Maknanya: “Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan)” (QS al-Baqarah: 197).

Ketiga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu meriwayatkan:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري) –

Maknanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR al-Bukhari).

Keempat, Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya;

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (سورة الأعراف: ١٤٢)

Maknanya: “Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS al-A’raf: 142).

Hadirin rahimakumullah,

Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah dalam lintas sejarah, di antaranya adalah:

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II (Doa)

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Penulis: Ustadz Nur Rohmad
Sumber: NU Jabar

Mencerdaskan Diri dengan Bertafakkur

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يُقَدِّرْ لانْتِهَاءِ عِزَّتِهِ نَحْوًا وَلَا قِطْرًا، وَلَمْ يَجْعَلْ لِمَرَاقِي أَقْدَامِ الأَوْهَامِ وَمَرْمَى سَهَامِ الْأَنْهَامِ إِلَى حِمَى عَظَمَتِهِ مَجْرَى أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَ لَا شَرِيكَ لَهُ يَعْجِزُ قُلُوْبُ الْمُتَفَكِرِينَ عَنْ إِدْرَاكِ جَلَالِهِ نَظْرًا, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ شَهَادَةً تُبَلِّغْنَا تَدَبُّرًا وَتَفَكَّرًا, حَتَّى نَعْلَمَ خَيْرًا وَشَرًا وَنَفْعًا وَضَرًّا وَعُسْرًا وَيُسْرًا، وَفَوْزًا وَخُسْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ وَإِنْ كَانَ لَمْ يَعُدَّ سَيَّادَتَهُ فَخْرًا صَلَاةَ تُبْقِي لَنَا فِي عُرْصَاتِ الْقِيَامَةِ عُدَّةً وَدَخْرًا، وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ أَصْبَحَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فِي سَمَاءِ الدِّينِ بَدْرًا, وَلِطَوَائِفِ الْمُسْلِمِيْنِ صَدْرًا, وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ إِتَّقُوا الله, فَقَدْ فَازَ مَنْ أَعْطَاهُ وَاتَّقَاهُ، وَقَدْ خَابَ مَنْ كَذَّبَهُ وَعَصَاهُ. قَالَ الله تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهِ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً .
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِي اللَّهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَقْدِرُوا قَدْرَهُ (رَوَاهُ الطَّبْرَانِي)

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Pada kesempatan khutbah Jum’at ini, setelah memuji kepada Allah Swt, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, serta sahabatnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Yakni dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dalam kondisi apapun, saat sehat, sakit, kaya, miskin, bahagia, ataupun derita. Karena hanyalah orang-orang yang bertakwa yang memiliki kemuliaan di sisi-Nya. Kekayaan itu tidak akan abadi, kemiskinan pun tidak akan selamanya. Bahagia dan derita, pun juga demikian adanya, datang silih berganti. Hanyalah amal shalih dan ketakwaan seorang hamba, yang dapat mengantarkannya meraih kebahagiaan yang abadi selamanya, hidup bahagia di surga kelak.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Allah Swt telah memerintahkan dalam Al-Quran untuk bertafakkur, merenung. Allah Swt senantiasa memberi pujian atas orang-orang yang setiap saat selalu merenung dan berfikir.

Tafakkur merupakan ibadah yang sangat utama dan begitu besar faedahnya. Allah Swt berfirman:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ الله قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً.

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia. (QS. Ali Imran: 191)

Ibn Abbas Ra menceritakan ada satu kaum memikirkan tentang Dzat Allah Swt, lalu mereka ditegur oleh Nabi Muhammad Saw seraya berkata:

تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ.

Berfikirlah tentang mahluk Allah Swt, jangan berfikir tentang Dzat Allah Swt.
Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa tafakkur satu jam lebih baik dari pada ibadah satu tahun.

تَفَكَّرُ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ. رَوَاهُ إِبْنُ مَاجَه)

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Banyak sekali anjuran bertafakkur baik di dalam Al-Quran maupun Hadits Nabi, ada kejadian yang begitu mengharukan, pada satu malam Nabi Muhammad Saw menangis, entah apa yang membuatnya sampai begitu. Datang Bilal Ra menghampirinya, lalu berkata:”Ada apa, ya Rasul, sampai engkau seperti ini? Bukankah engkau telah diampuni dosa-dosamu, yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi berkata, “Celaka kamu, Bilal, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan Allah Swt telah menurunkan padaku malam ini ayat:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الأَلْبَابِ.

Kemudian Nabi melanjutkan perkataannya, “Sungguh celaka orang yang membaca ayat ini dan tidak tafakkur atau merenungkannya.”

Syekh al-Fudlail mengungkapkan bahwa tafakkur merupakan cermin yang memperlihatkan kebaikan dan keburukan kita. Pernah suatu ketika Nabi Ibrahim As ditanya, “Mengapa engkau terus menerus bertafakkur?” Beliau menjawab, “Tafakkur adalah inti dari akal.”

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Tidak samar lagi bagi kita, bahwa tafakkur adalah sumber pengetahuan. Namun kita hanya mengetahui keutamaannya saja dan tidak mengetahui apa sebenarnya tafakkur itu sendiri. Bagaimana caranya, tentang apa kita bertafakkur, dan apa buah yang bisa diperoleh dari bertafakkur. Imam Al-Ghazali mendefinisikan, tafakkur adalah merenungkan dua hal yang saling berkaitan sehigga bisa menghasilkan satu kesimpulan. Dalam hal ini madkhal (obyek) tafakkur ada empat macam:

Pertama, tentang kemaksiatan, hendaknya setiap saat kita merenung sudah berapa kesalahan yang kita lakukan pada hari ini, mulai dari pagi sampai malam, dan kesalahan-kesalahan pada hari kemarin. Sehingga dengan begitu kita akan menyesalinya dan segera bertaubat serta tidak akan mengulanginya. Dengan kata lain, kita kapan pun dan di mana pun senantiasa muhasabah (mengoreksi diri) sebagaimana kata Rasulullah Saw:

حَاسِبُوا قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا.

Koreksilah kesalahan kalian sebelum kalian dihisab (pada Hari Kiamat).

Kedua, tentang ketaatan kepada perintah Allah Swt. Kita harus melihat diri kita, bagaimana melaksanakan kewajiban-kewajiban kita, terutama ibadah fardu kita. Apakkah sudah terpenuhi syarat dan rukunnya agar diterima di sisi Allah Swt? Bagaimana kita menyempurnakan dan menjaganya agar jangan sampai teledor dalam menjalankannya. Dengan semua ini kita akan bisa dan mampu meningkatkan ibadah kita kepada Allah Swt, ihklas menunaikannya sebagai wujud pengabdian dan rasa syukur kita terhadap-Nya.

Ketiga, tentang sifat-sifat yang tercela. Sudahkah kita membersihkan hati kita dan mengobatinya dari penyakitnya? Separti hasud, ‘ujub, sombong, riya’ dan sebagainya. Kita harus merenung, bagaimana cara membersihkan hati kita? Sehingga dengan kebersihan hati akan semakin mendekatkan kita keharibaan Allah Swt.

Keempat, tentang sifat-sifat mahmudah (terpuji), hendaknya seseorang berpikir, sudahkah ia memiliki sifat-sifat ini, sudahkah ia berprilaku baik, bersyukur, jujur, sabar, khauf, raja’, dan ikhlas dalam beribadah? Hendaknya ia mengetahui terlebih dahulu, ini semua tidak akan mungkin dicapai tanpa ilmu, dan ilmu tak akan bisa diperoleh tanpa tafakkur (berpikir dan merenung).

Imam Al-Ghazali melanjutkan, buah tafakkur ialah ilmu, ahwal (keadaan diri kita), dan amal perbuatan dengan ditopang pengetahuan tersebut. Namun buah tafakkur secara khusus adalah ilmu yang kita peroleh.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

“Dengan i’tibar (mengambil hikmah atau pelajaran) akan bertambah ilmu kita. Dengan zikir akan bertambah kecintaan kita pada Allah Swt. Dari tafakkur akan bertambah takwa kita,” demikian Syeikh Hatim berfatwa. Ditambahkan lagi oleh Imam asy-Syafi’i bahwa: “Berdiamlah sejenak sebelum berbicara, dan menggalilah pengetahuan dengan tafakkur.” Barang siapa yang ucapannya tidak mengandung hikmah, maka tiadalah berguna dia, dan barang siapa diamnya tidak bertafakkur, maka dia termasuk orang-orang yang lalai.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Bila kita menilik ayat:

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُوْنَ.

Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu juga tiada memperhatikan? (QS. Adz-Dzariyat: 21)

Ayat ini mengisyaratkan kita untuk berpikir tentang proses kejadian manusia. Pada mulanya manusia-Nabi Adam As-diciptakan dari tanah kemudian proses selanjutnya “secara terus menerus” berasal dari setetes air yang menjijikkan dan sangat hina. Seandainya dibiarkan sebentar saja, akan rusak oleh hembusan udara. Bagaimana Allah Swt meletakkan dan mencampurnya dengan ovum di dalam rahim, bagaimana pula menjadikannya gumpalan darah, kemudian segumpal daging. Lalu membentuknya dengan wujud yang menakjubkan, diberi telinga, mata, hidung, mulut dan sebagainya. Sehingga menjadi makhluk paling sempurna di antara yang lainnya, sampai pada akhirnya ditiupkanlah ruh di dalamnya. Itu semua telah diutarakan dalam Al-Quran:

إِنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ سُلَالَةٍ أَمْشَاجٍ فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ . ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِيْنٍ . ثُمَّ خَلَقْنَ النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا العَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْ نَاهُ خَلْقًا أَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهِ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Buah dari tafakkur adalah ilmu dan kepahaman tentang hal baru yang belum pernah diketahui sebelumnya. Ketika ilmu sudah diperoleh berubahlah hati nurani. Ketika nurani mengalami perubahan, niscaya berubahlah tingkah laku kita sehingga menjadi lebih baik. Dengan demikian tafakkur merupakan kunci dan permulaan semua kebaikan serta perilaku terpuji. Maka hendaknya kita setiap saat bertafakkur merenung tentang ciptaan Allah Swt. Dengan begitu, kita akan mengetahui keagungan Sang Pencipta. Kita akan lebih bisa menghayati betapa kita hanyalah satu bagian yang kecil dari beraneka ragam mahluk Allah Swt.

وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُولُ ، وَبِقَولِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُونَ : وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.

أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ : قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ. ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ. ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقَبَرَهُ ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Sumber: NU Kota Kediri

Menarik Benang Merah dar Bulan Dzulqa’dah

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

Kaum muslimin,

Wa zumratal mu’min rahimakumullah,

Pada hari jum’at istimewa dan penuh rahmat ini saya mengingatkan kepada hadirin untuk selalu bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmat dan karunia-Nya, dan mengajak untuk selalu bertakwa kepada Allah Swt. Marilah kita selalu istiqamah dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Dengan takwa inilah, semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kemuliaan di sisi Allah Swt.

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa (al-Hujraat: 13)

Jamaah Jum’at rahimakumullah,

Alam dunia yang diciptakan Allah Swt. lalu diisi oleh-Nya dengan makhluk-makhluk, baik manusia, hewan tumbuh-tumbuhan, serta perjalanan dari waktu ke waktu. Kemudian diantara waktu yang Dia ciptakan ada waktu yang diistimewakan, begitu juga diantara makhluknya ada yang diistimewakan. Allah melebihkan yang satu dengan lainnya, baik berkenaan dengan waktu, tempat dan manusia itu sendiri. Allah melebihkan manusia yang satu dengan lainnya dengan takwanya. Allah mengistimewakan sepertiga malam terakhir dengan waktu lainnya. Kemudian, pada sebagian tempat, Allah jadikan lebih utama daripada sebagian yang lain, seperti halnya kawasan tanah haram di Makkah al-Mukarramah, lalu kawasan Raudhah di masjid Nabawi dan kawasan masjid al-Aqsa di Palestina. Kemudian hari jum’at dilebihkan dan diistimewakan oleh Allah dibandingkan dengan hari yang lain dengan gelar khusus sayyidul ayyam (penghulunya hari-hari).

Begitu juga dengan bulan, ada bulan yang diistimewakan dan diutamakan oleh Allah di atas bulan lainnya, seperti halnya keistimewaan bulan Ramadhan dibanding dengan bulan lainya. Begitu juga kelebihan bulan Dzulqa’dah, dimana saat ini kita sedang berada di dalamnya. Bulan ini terdapat keistimewaan apabila dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Dzulqa’dah adalah bulan pertama yang disusun dari urutan bulan-bulan yang diharamkan (diagungkan) oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat at-taubah ayat ke-36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Memang, pada ayat tersebut Allah Swt. tidak menyebutkan secara langsung nama-nama bulan haram (agung) sebagaimana dimaksud. Oleh sebab itu para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang nama-nama bulan yang diagungkan dimaksud pada ayat tersebut. Lalu Rasulullah menjawab sebagaimana sabdanya:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal akhir dan Sya’ban. (Mutafaq Alaih)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Apabila kita memperhatikan tentang kelebihan dan keutamaan bulan Dzulqa’dah dilihat dari sisi sejarah, maka akan kita dapatkan beberapa peristiwa yang mengindikasikan bahwa bulan Dzulqa’dah tersebut memiliki beberapa keistimewaan, sehingga dikategorikan oleh Allah salah satu bulan haram, agung dan mulia, diantaranya:

Pertama, bulan Dzulqa’dah adalah susunan bulan pertama yang disebut oleh Allah dari urutan bulan-bulan mulia (haram) (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab).

Kedua, bulan Dzulqa’dah adalah termasuk dari salah satu bulan-bulan haji, karena Syawal, Dzulqa’dah Dzulhijjah ditetapkan oleh Allah sebagai bulan-bulan haji. Oleh sebab itu bagi kaum muslimin yang sudah berketetapan dan ada kepastian keberangkatannya, maka pada saat masuk bulan Syawal disunnahkan untuk membaca talbiyah, karena bulan Syawal adalah termasuk salah satu bulan haji dan dimulainya waktu pelaksanaan ibadah haji yang lebih lazim disebut miqat zamani.

Ketiga, bahwasannya Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan ibadah umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللهِ صلعم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ

Rasulullah Saw. berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji. (Bukhari).

Keempat, sebagaimana diterangkan dalam kitab tafsir, bahwa bulan Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 142:

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ

Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya (Harun). Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Semoga kita dapat mengambil benang merah atau hikmah dari keistimewaan bulan Dzulqa’dah ini, dan kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan dan menambah pundi-pundi amal shaleh. Kaum muslimin yang sempurna adalah yang senantiasa memanfaatkan momen-momen tertentu untuk meningkatkan amal kebajikan. Waktu tidak akan bisa terulang kembali, maka dari itu jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang ada saat ini, apalagi waktu istimewa dan hari penting. Waktu adalah anugerah yang dianugerahkan Allah untuk orang yang dipercaya, jangan disia-siakan. Sebagaimana Allah bersumpah dengan waktu dalam al-Qur’an surat al-‘Ashr. Hanya orang-orang yang rugi yang menyia-nyiakan waktu.

Semoga kita menjadi orang beruntung karena pandai memanfaatkan waktu, terutama waktu isrtimewa.

Doa:

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Sumber: Laman BDK Palembang Kementerian Agama RI

Mendulang Kebaikan di Bulan Zulkaidah

Khutbah I

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أيها الناس رحمكم الله

Jamaah Jumat yang berbahagia yang dimuliakan oleh Allah..

Pada hari ini, hari Jumat yang mulia, di tempat yang suci ini, mari kita kosongkan hati kita sejenak dari hiruk pikuk dunia, dan menghiasinya dengan iman, takwa dan ilmu syar’i, karena dengan ketakwaan dan keimanan itulah kita akan selamat di hari akhir kelak.

Dalam kalender hijriah, bulan Ramadan bukanlah satu-satunya bulan yang diistimewakan dan diutamakan, namun sejatinya masih ada bulan-bulan yang lainnya yang memiliki keutamaan dan keagungan yang hampir mirip dengan bulan Ramadan, diantaranya adalah bulan-bulan Haram. Eksistensi bulan-bulan ini dan keutamaannya diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Terjemahnya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dakam ketetapan Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan Haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri kalian dalam empat bulan tersebut”. (QS At-Taubah ayat 36).

Ibnu Jarir rahimahullah dalam kitab Tafsirnya memaparkan bahwa empat bulan Haram ini merupakan bulan-bulan yang dihormati dan diagungkan bahkan sejak zaman Jahiliah, yaitu zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Masyarakat Jahiliah mengagungkannya dengan berhenti merampok dan membegal, bahkan menghentikan peperangan antar kelompok dan suku sebesar apapun peperangan tersebut. Bulan-bulan tersebut diselimuti kedamaian dan ketenangan, bahkan seandainya ada seseorang yang telah membunuh orang tua mereka, kemudian orang itu lewat di hadapan mereka, maka niscaya mereka tidak akan berani menggerakkan tangannya sedikitpun untuk membalas dendam, sebagai bentuk pengagungan mereka kepada bulan-bulan tersebut. Bulan-bulan Haram tersebut adalah bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana bentuknya ketika Allah ta’ala menciptakan langit dan bumi, satu tahun itu ada dua belas bulan, empat di antaranya bulan-bulan Haram; tiga bulan Haram datang secara berurutan; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, (dan satu lagi) bulan Rajab Mudhar yang terletak di antara bulan Jumadas sani dan Sya’ban”. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Jamaah Jumat yang berbahagia…

Di atas mimbar Jumat yang mulia ini, kita akan membahas tentang salah satu bulan Haram; yaitu Zulkaidah, dan amalan-amalan yang hendaknya dilakukan pada bulan tersebut agar mendapatkan keberkahannya. Saat ini, kaum muslimin berada di bulan Zulkaidah, yang merupakan gerbang menuju bulan Zulhijjah; sang Bulan Haji. Di antara keunikan kalender hijriah; tahun tersebut dibuka dengan bulan Haram, yaitu Muharram, dan ditutup dengan bulan Haram pula, yaitu Zulhijjah. Dan diantara keunikannya pula, bahwa bulan Haji -yaitu Zulhijjah-, diapit dengan dua bulan Haram; bulan Zulkaidah dan bulan Muharram, diantara hikmahnya adalah; agar orang-orang pada zaman Jahiliah dapat melakukan perjalanan haji dengan aman, tanpa khawatir gangguan sedikitpun dari para gerombolan perampok dan penjahat, sebab pada bulan-bulan tersebut mereka “pensiun” sementara dari pekerjaannya. Semua jenis permusuhan dan peperangan dihentikan, sehingga para jamaah haji di zaman Jahiliah dapat menunaikan ibadahnya di masjidil Haram dengan penuh kekhusyuan dan ketenangan.

Setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pengagungan dan penghornatan kepada bulan-bulan Haram terus berlanjut, kendati dengan cara yang berbeda. Di bulan-bulan Haram sangat dianjurkan untuk meningkatkan intensitas ibadah kepada Allah Azza wajalla, sebab pahala amalan ibadah di bulan-bulan tersebut dilipatgandakan oleh Allah, Abdullah bin Abbas mengatakan,

اِخْتَصّ اللهُ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَجَعَلَهُنّ حُرُمًا، وَعَظَّمَ حُرُمَاتِهِنّ، وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيْهِنَّ أَعْظَمَ، وَجَعَلَ الْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ

Artinya: “Allah memberi kekhususan kepada empat bulan, menjadikannya sebagai bulan-bulan Haram, meninggikan kehormatannya, menjadikan dosa maksiat lebih besar, dan juga menjadikan pahala kebaikan dilipatgandakan.”

Keutamaan suatu waktu dan bulan tertentu, merupakan kesempatan bagi kaum muslimin untuk mendulang kebaikan dan manfaat yang menaungi waktu tersebut, oleh karena itu para ulama salaf terdahulu memanfaatkan bulan-bulan yang mulia dengan memperbanyak ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Abu Utsman An-Nahdi -seorang tabiin yang mulia- menceritakan keadaan ulama salaf dari kalangan Sahabat Nabi dan para Tabi’in dengan mengatakan:

كَانُوا يُعَظِّمُوْنَ ثَلَاثَ عَشَرَات؛ اَلْعَشْرَ الأَخِيْرَ مِنْ رَمَضَانَ وَالْعَشْرَ الْأَوَّلَ مِنْ ذِي الْحِجَّة وَالْعَشْرَ الأَوَّلَ مِنْ مُحَرَّم

Artinya: “Mereka (para ulama salaf) memuliakan tiga sepuluh; sepuluh terakhir bulan Ramadhan, sepuluh awal bulan Dzulhijjah, dan sepuluh pertama dari bulan Muharram.”

Pelajaran yang dapat dipetik dari riwayat ini, bahwa tiga bulan yang disebutkan di dalam riwayat di atas merupakan bulan-bulan yang mulia, bahkan dua bulan diantaranya merupakan bagian dari bulan Haram, dan para ulama terdahulu dari kalangan Sahabat dan para tabiin mengagungkan bulan-bulan tersebut dengan memperbanyak intensitas ibadah kepada Allah Azza wa jalla, sebab harapan untuk dilipatgandakannya pahala kebaikan terbuka lebar.

Sebagian para ulama berpendapat bahwa melaksanakan ibadah umrah di bulan Zulkaidah merupakan sunah, pasalnya hampir semua umrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dilaksanakan di bulan Zulkaidah, beliau melaksanakan ibadah umrah 4 kali, 3 kali diantaranya dilaksanakan di bulan Zulkaidah, Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan ibadah umrah 4 kali dalam hidupnya, 3 kali diantaranya di bulan Zulkaidah, dan satu kali umrah dilakukan bersama dengan ibadah hajinya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, “Tidak diragukan lagi, melaksanakan ibadah umrah di bulan-bulan haji -diantaranya di bulan Zulkaidah-, lebih mulia daripada melaksanakannya di bulan Rajab.”

Jamaah Jumat yang berbahagia…

Sesungguhnya bulan Zulkaidah merupakan gerbang menuju bulan Zulhijjah, dan bulan Zulhijjah merupakan bulan yang lebih mulia lagi, bahkan boleh dikatakan menyamai kemuliaan bulan Ramadan, khususnya 10 awal pertama dari bulan tersebut, sebagaimana dipaparkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalma sabdanya,

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ – ” قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ؟ قَالَ: ” وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلا رَجُلًا خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Artinya: “Tiada hari yang mana amal kebaikan yang dilakukan di dalamnya lebih dicintai oleh Allah Azza wajalla dibandingkan amal kebaikan yang dilakukan di 10 awal di bulan Zulhijjah. Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “apakah pahala amalan jihad fi sabilillah juga tidak lebih dicintai oleh Allah wahai Rasulullah? Bahkan pahala jihad fi sabilillah juga tidak lebih dicintai juga, kecuali orang yang berjihad dengan hartanya dan jiwanya, kemudian tidak ada yang kembali dari keduanya -yaitu mati syahid di medan perang-.” (HR Ahmad).

Ibnu Hibban membuat sebuah bab dalam kitabnya,

ذِكْرُ الْأَخْبَارِ بِأَنَّ عَشْرَ ذِيْ الْحِجّةِ وَشَهْرَ رَمَضَانَ فيِ اْلفَضْلِ يَكُوْنَانِ سِيَّانِ

“Menyebutkan riwayat bahwa 10 awal bulan Zulhijjah dan 10 akhir bulan Ramadan sama keutamaannya.”

Oleh karena itu, mengisi bulan Zulkaidah dengan meningkatkan intensitas ibadah kepada Allah dengan banyak berpuasa, membaca Al-Qur’an, berzikir, bersedekah, salat sunah dsb merupakan pemanasan dan latihan agar dapat maksimal dalam beribadah kepada Allah ketika bulan Zulhijjah datang menjelang.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

يَا اَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Jamaah Jumat yang berbahagia…

Hal yang perlu diwaspadai di bulan Zulkaidah ini adalah maksiat. Bermaksiat kepada Allah terlarang di sepanjang waktu, namun di bulan-bulan Haram lebih besar larangannya, sebab dosa yang ditanggung oleh pelakunya lebih besar, hal ini dijelaskan secara khusus oleh Allah dalam berfirman-Nya:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Maka janganlah kalian menzalimi diri kalian dalam empat bulan tersebut”. (QS At-Taubah ayat 36).

Yang di maksud kezaliman di dalam ayat ini adalah terjerembabnya seseorang ke dalam maksiat, Qatadah berkata:

إِنَّ الظُّلْمَ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ أَعْظَمُ خَطِيْئَةً وَوِزْرًا مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهَا، وَإِنْ كَانَ الظُّلْمُ عَلَى كُلِّ حَالٍ عَظِيْمًا

“Sesungguhnya perbuatan zalim yang dikerjakan di bulan-bulan Haram lebih besar dosanya apabila di bandingkan dengan perbuatan zalim di selain bulan Haram, kendati perbuatan zalim dilarang di semua keadaan dan waktu”. Tafsir Ibnu Katsir 4/148.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ الْمُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Oleh: Luqmanul Hakim Sudahnan, Lc., M.A, Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
Sumber: Wahdah Islamiyah Makassar

Keutamaan Bulan Dzulqa’dah

Khutbah I

ألْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْلعِلْمَ وَاْلعَمَلَ بِهِ مِنْ اَرْفَعِ الدَّرَجَا تِ وَاَهَمِّ اْلمُهِمَّاتِ . وَفَضَّلَ مَنْ عَمِلَ بِهِ بِالْخَيْرَاتِ. اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَمْلاَءُ اْلكاَ ئِنَاتِ. وَبَلَّغَهُ اِلَى اَقْصَى الْغَايَاتِ بِالنَّجَاحَاتِ. وَهَدَاهُ اِلَى اْلاَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ. وَاَشْكُرُهُ عَلىَ سَوَابِغِ نِعَمِهِ اْلمُتَوَاتِرَاتِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً مُبَرَّاءَةً مِنَ الشِّرْكِ وَالتَّوَهُّمَاتِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ السَّادَاتِ وَاْلهَادِيْ اِلىَ الطُّرُقِ اْلخَيْرَاتِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اُولِى اْلفَضَائِلِ وَاْلَكرَمَاتِ. اَمَّا بَعْدُ

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ وَاَطِيْعُوهُ لَعَلّكُمْ تُرْحَمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ. ( التحريم :6)

Hadirin rahimakumullah, jamaah salat jumat yang berbahagia,

Allah subhanahu wa ta’ala melebihkan derajat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain. Sebagian manusia, Allah jadikan lebih utama dari pada sebagian manusia yang lain. Sebagian tempat, Dia jadikan lebih utama daripada sebagian tempat yang lain. Dan sebagian waktu, Dia jadikan lebih utama dibandingkan dengan sebagian waktu yang lain. Di antara sebagian waktu yang Allah lebihkan keutamaannya atas sebagian waktu yang lain adalah bulan Dzulqa’dah yang saat ini kita berada di dalamnya.

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Sebagaimana kita ketahui, bulan Dzulqa’dah adalah satu bulan haram yang diagungkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bulan tersebut disebut bulan haram adalah karena besarnya kehormatan bulan tesebut serta dosa dan pahala di bulan-bulan tersebut juga besar. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Allah mengkhususkan empat bulan dan menjadikannya sebagai bulan-bulan haram, lalu mengagungkan kehormatan di bulan tersebut, menjadikan dosa di dalamnya lebih besar dan menjadikan amal shaleh berpahala lebih besar.” Bulan Dzulqa’dah atau bisa juga dibaca dengan Dzulqi’dah, dinamakan demikian, karena bangsa Arab itu di bulan ini duduk-duduk dan tidak melakukan perang dalam rangka untuk menghormati dan mengagungkannya. Oleh karenanya, Dzulqa’dah ini merupakan bulan yang sunyi senyap bagi Jazirah Arab saat itu, karena biasanya mereka selalu mendengar hiruk pikuk peperangan di antara suku-suku di sana. Mereka adalah bangsa yangmana perang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Sebab lainnya dari dinamakan dengan Dzulqa’dah adalah mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk melakukan perjalanan dalam rangka melaksanakan ibadah haji.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Bulan Dzulqa’dah memiliki sejumlah keutamaan yang selayaknya diketahui oleh setiap muslim. Diantara keutamaan dari bulan Dzulqa’dah adalah:

Pertama, termasuk bulan baram

Bulan Dzulqa’dah merupakan salah satu bulan Haram tanpa ada perselisihan pendapat sama sekali.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. [At-Taubah: 36]

Kemudian dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya masa telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit-langit dan bumi. Satu tahun ada 12 bulan. Di antaranya ada empat bulan haram. Tiga bulan haram itu berurutan yaitu Dzul Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Muharram, lalu Rajab Mudhar yang terletak di antara Jumada (Al-Akhirah) dan Sya’ban.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (3197) dan Muslim (1679)].

Kedua, tidak ada kezaliman kepada orang lain

Bangsa Arab pada masa jahiliyah dahulu amat sangat mengagungkan negeri haram dan bulan-bulan haram. Di antara bentuk pengagungan mereka kepada bulan haram ini adalah mereka tidak menakut-nakuti seorang pun, tidak pula menuntut balas atas darah yang telah dialirkan. Seorang lelaki di bulan haram atau di negeri haram melihat orang yang membunuh ayahnya atau anaknya atau saudaranya itu tidak terpengaruh atau tergerak untuk melakukan serangan kepadanya.

Ketiga, termasuk bulan-bulan Haji

Dzulqa’dah termasuk bulan-bulan haji. Allah Ta’ala berfirman:

…اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ

(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. [Al-Baqarah: 197]Seorang sahabat nabi ﷺ bernama Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Bulan – bulan haji adalah Syawwal, Dzulqa’dah, dan 10 hari bulan Dzulhijjah.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari menyebutkannya di dalam shahihnya (2/141).

Keempat, termasuk bulan yang agung di sisi Allah

Bulan-bulan haram-termasuk di dalamnya bulan Dzulqa’dah adalah bulan-bulan yang agung di sisi Allah.

Di dalam bulan-bulan ini diharamkan melakukan kezhaliman terhadap diri sendiri dengan melakukan kemaksiatan dan melanggar batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah.

Oleh karena itu, Jamaah Jumat rahimakumullah, marilah kita bertakwa kepada Allah pada hari hari di bulan haram ini. Kita agungkan hari-hari di bulan haram ini sebagaimana Allah Ta’ala mengagungkannya. Sesungguhnya bulan haram itu termasuk syiar-syiar Allah Ta’ala. Alla Ta’ala berfirman:

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

Artinya: Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj: 32]

Imam Qatadah rahimahullah berkata, “Sungguh kezhaliman di bulan-bulan haram itu lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kezhaliman di luar bulan haram. Meskipun kezhaliman dalam segala keadaan itu merupakan perkara besar (dosanya) akan tetapi Allah mengagungkan urusan-
Nya sesuai yang Dia kehendaki.”

Hadirin rohimaakumulloh

Salah satu cara mengagungkan Allah SWT. adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah.
Dzikir merupakan pekerjaan hati dan lisan untuk senantiasa bertasbih serta mengagungkan Allah SWT. Ini mengapa manfaat zikir kepada Allah SWT. dapat mendatangkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat yang melimpah.

Manfaat zikir kepada Allah SWT. bisa menenangkan hati, pikiran, jiwa, dan raga seseorang. Ajaibnya lagi, manfaat zikir dapat melancarkan rezeki dan menjauhkan seseorang dari godaan jin. Bahkan zikir adalah salah satu amalan yang sangat disukai oleh Rasulullah SAW. Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-ahzab ayat 41 memerintahkan hambanya untuk berzikir sebanyak-banyaknya. Zikir setelah salat, zikir pagi petang, dan lain sebagainya. “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan zikir yang sebanyakbanyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).

Mudah-mudahan kita yang sedang sama-sama belajar mengamalkan dzikir kepada alloh senatiasa di beri kekuatan untuk terus istiqomah dalam m/engamalkannya sehingga kita menjadi orang-orang yang mengagungkan alloh. Yang akhirnya kita menjadi orangorang yang memperboleh kebahagiaan dunia dan akherat. Amiin ya robbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ. وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ . وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِرَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. ر بَّنَا أَنزِلْنِى مُنزَلًۭا مُّبَارَكًۭا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

عِبَادَاللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Cecep Aipulatif, Khotib Masjid Nurul Asror
Sumber: LDTQN Pondok Pesantren Suryalaya

Tiga Rahasia Bulan Dzulqa’dah

Khutbah I

Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah Yang Berbahagia.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya, kita dapat berkumpul bersama-sama dalam rangka berhimpun dalam majelis Jumat yang mulia ini, guna melaksanakan salah satu rangkaian dari ibadah Jum’at.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah beserta keluarga beliau, para sahabat, tabiin, tabiut-tabiin, dan orang-orang yang senantiasa menghidupkan sunah-sunah beliau hingga hari Kiamat kelak.

Khatib berwasiat khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk jamaah sekalian, marilah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala, takwa dalam arti melaksanakan segala perintah dan mencegah segala larangan-Nya.

Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah Yang Berbahagia.

Kini kaum muslimin berada di bulan Dzulqa’dah. Bulan Dzulqa’dah adalah bulan kesebelas dari urutan bulan hijriah. Bulan ini juga merupakan bulan yang mulia, sebab masuk dalam bulan-bulan haram. Yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya “At-Tafsîr Al-Munîr” menjelaskan bahwa bulan-bulan haram adalah bulan yang Allah muliakan dan utamakan di antara bulan lainnya.

Sebagaimana Allah mengutamakan negeri haram (Makkah dan Madinah) dari negeri lainnya, mengutamakan hari Jumat dari hari-hari lainya, dan memuliakan beberapa manusia untuk mengemban Risalah di antara manusia lainnya.

Dinamakan dengan Dzulqa’dah karena pada bulan ini sudah masyhur di kalangan orang Arab sebagai bulan yang tenang, damai, dan bulan istirahat dari peperangan serta safar.

Ibnu Katsir dalam “Tafsîr Al-Qur’an Al-Adhîm” menjelaskan mengapa dinamakan dengan Dzulqa’dah adalah karena dahulu orang-orang Arab tidak mengadakan perang dan safar pada bulan tersebut.

Pada bulan Dzulqa’dah yang mulia ini sejatinya menyimpan rahasia-rahasia berupa keutamaan kebaikan didalamnya.

Maka sudah selayaknya bagi seorang muslim mengetahui rahasia-rahasia berupa keutamaan bulan Dzulqa’dah sebagai motivasi dorongan untuk senantiasa menambah pundi-pundi kebaikan serta menjadi panduan melaksanakan ibadah yang dianjurkan untuk memberatkan timbangan di Akhirat kelak.

Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah Yang Berbahagia.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menulis satu kutaib atau buku kecil khusus yang membahas faedah bulan mulia ini. Kitab kecil itu diberi judul “Fâidah fÎ Syahri Dzilqa’dah”.

Adapun beberapa rahasia atau keutamaan bulan mulia Dzulqa’dah adalah sebagai berikut:

Pertama, Bulan Dzulqa’dah Adalah Termasuk Bulan Haram.

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajabnya Bani Mudhar yaitu antara Jumadil tsani dan Sya’ban.” (HR. Bukhari)

Bulan-bulan haram adalah bulan yang mulia dan utama, bulan yang agung di sisi-Nya, Allah mengistimewakannya di antara bulan yang lain. Dia memerintahkan hamba-Nya untuk mengagungkannya sekaligus mengharamkan di dalamnya untuk berbuat zalim, maksiat, serta menerjang batasan-batasan Allah.

Allah SWT berfirman

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

“Maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Ayat tersebut adalah penekanan untuk menjauhi perbuatan zalim atau semacamnya, sebab dosa yang dilakukan pada bulan-bulan ini akan dilipat gandakan.

Imam Qatadah menjelaskan bahwa kezaliman yang dilakukan pada bulan-bulan haram adalah merupakan kezaliman yang paling besar, walaupun pada dasarnya kezaliman adalah sesuatu yang dosa juga. Sebab seseorang tersebut telah menodai keagungan bulan-bulan haram. (Jâmi Al-Bayân, Ath-Thabari, 14/239)

Maka marilah berhati hati, mawas diri dan berusaha meninggalkan perbuatan zalim, menerjang batasan-batasan Allah, dan perbuatan maksiat terkhusus pada bulan-bulan haram ini dan pada bulan-bulan lainnya.

Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah Yang Berbahagia.

Kedua, Bulan Dzulqa’dah Adalah Bulannya Umrah.

Umrah adalah ibadah yang mempunyai keutamaan dan pahala yang besar, terlebih apabila seseorang dapat melaksanakan ibadah mulia ini bertepatan pada bulan Dzulqa’dah. Sebab umrah yang ditunaikan pada bulan ini adalah termasuk umrah yang paling utama.

Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya “Lathâiful Ma’ârif” menjelaskan bahwa salah satu tugas atau amal shalih yang dianjurkan untuk dilakukan seorang muslim pada bulan Dzulqa’dah adalah umrah.

Karena terdapat riwayat dari sebagian salaf di antaranya Ibnu Umar, Aisyah, dan Atha’ bahwa mereka mengutamakan umrah yang ditunaikan pada bulan Dzulqa’dah dan Syawal daripada pelaksanaan di bulan Ramadhan. (Lathâif Al-Ma’ârif, Ibnu Rajab, 259)

Sebab bulan Dzulqa’dah termasuk dari bulan haji, dan para fuqaha menganjurkan untuk berumrah pada bulan Dzulqa’dah sebagai bentuk mengikuti (iqtida’) Nabi ﷺ. Sebab beliau ﷺ menunaikan semua umrahnya pada bulan mulia ini kecuali umrah terakhirnya.

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلُّهُنَّ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan umrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah. Kecuali umrah yang beliau laksanakan bersama haji beliau.” (HR. Bukhari)

Maka bagi kaum muslimin yang mempunyai keluasan rezeki untuk berusaha memenuhi seruan kebaikan ini. Semoga kita semua diberi rezeki untuk dapat ziarah mengunjungi tanah suci.

Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah Yang Berbahagia.

Ketiga, Bulan Dzulqa’dah Adalah Bulan Dilipatgandakan Pahala Amal Shalih.

Pada bulan mulia ini Allah lipat gandakan amal-amal perbuatan baik dan buruk seseorang. Maka melihat agung dan besarnya peluang untuk menambah pundi-pundi timbangan kebaikan tersebut, sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih, ketaatan, serta doa kepada Allah.

Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang dinukil oleh Ibnu Rajab Al-Hambali tentang keutamaan bulan-bulan haram, beliau berkata

أَنَّ العَمَلَ الصَالِح وَالأَجْرَ فِي هَذِهِ الحُرُم أَعْظَم

“Sesungguhnya amal shalih dan balasan pahala yang dilakukan pada bulan-bulan haram itu lebih besar daripada bulan-bulan lain.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab, 258)

Maka mari manfaatkan kesempatan emas ini untuk meraup pahala dan kebaikan yang Allah SWT telah janjikan. Mulai dari shalat, sedekah, zikir, membantu orang lain, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Dan di antara ibadah-ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan pada bulan yang istimewa ini adalah ibadah shiyam.

Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa berpuasa pada bulan-bulan haram itu mustahab atau dianjurkan. (Mausu’ah Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyah, 28/95)

صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ، وَصُمْ أَشْهُرَ الْحُرُمِ

“Puasalah pada bulan ramadhan, tiga hari setelahnya, dan pada bulan-bulan haram. ” (HR. Ibnu Majah)

Bahkan diriwayatkan bahwa sebagian Salafus Shalih seperti Ibnu Umar, Hasan Al-Bashri, dan Abu Ishaq mereka semua berpuasa penuh pada bulan-bulan Haram. (Syarah Sunan Abi Dawud, Ibnu Ruslan,10/533)

Sufyan Ats-Tsauri juga memberikan keterangan

الأَشْهُرُ الحُرُمِ أَحَبُّ إِليَّ أَنْ يَصُوم مِنهَا

“Pada bulan-bulan Haram ini aku mencintai untuk berpuasa di dalamnya.” (Lathaiful-Ma’arif, Ibnu Rajab, 258)

Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah Yang Berbahagia.

Inilah beberapa rahasia berupa keutamaan di bulan Dzulqa’dah yang mulia ini, semoga dengan wasilah mengetahui beberapa maklumat ini, semakin menjadikan kita semangat untuk beramal shalih dan berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi larangan-Nya, serta menjadi pribadi-pribadi yang dapat memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya dengan sebaik-baiknya. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

Penulis: Syamil Robbani, Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur
Sumber: Ma’had Aly An-Nuur

4 Keutamaan Bulan Dzulqa’dah

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ، وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (سورة التوبة: ٣٦)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SAW dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Allah SWT melebihkan derajat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain. Sebagian manusia, Allah jadikan lebih utama daripada sebagian manusia yang lain. Sebagian tempat, Dia jadikan lebih utama daripada sebagian tempat yang lain. Dan sebagian waktu, Dia jadikan lebih utama dibandingkan dengan sebagian waktu yang lain.

Di antara sebagian waktu yang Allah lebihkan keutamaannya atas sebagian waktu yang lain adalah bulan Dzulqa’dah yang saat ini kita berada di dalamnya. Di antara keutamaan bulan Dzulqa’dah adalah sebagai berikut:

Pertama, Dzulqa’dah adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Disebut Dzulqa’dah disebabkan orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di dalamnya. Allah SWT berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (سورة التوبة: ٣٦)

Maknanya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36).

Kedua, Dzulqa’dah adalah satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah SWT berfirman:

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ (البقرة: ١٩٧)

Maknanya: “Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan)” (QS al-Baqarah: 197).

Ketiga, Rasulullah SAW tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik RA meriwayatkan:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري) –

Maknanya: “Rasulullah SAW berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.” (HR al-Bukhari).

Keempat, Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya;

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (سورة الأعراف: ١٤٢)

Maknanya: “Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS al-A’raf: 142).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pembuka dari segala amal kebaikan untuk semuanya.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Penulis: Nur Rohmad
Sumber: NU Online Jatim

Meraih Tiga Kemuliaan Dzulqa’dah sebagai Bulan Haram

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

أما بعد : عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Pada hari Jum’at istimewa dan penuh rahmat ini, kami mengajak hadirin untuk selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas berbagai nikmat dan karunia-Nya, dan mengajak untuk selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Marilah kita selalu istiqamah dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Dengan takwa inilah, semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kemuliaan di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa” (Q.S. al-Hujraat: 13)

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Allah Subhanahu wa ta’ala melebihkan derajat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain. Sebagian manusia, Allah Subhanahu wa ta’ala jadikan lebih utama daripada sebagian manusia yang lain.

Pada sebagian tempat, Allah Subhanahu wa ta’ala jadikan lebih utama daripada sebagian tempat yang lain. Dan sebagian waktu, Allah Subhanahu wa ta’ala jadikan lebih utama dibandingkan dengan sebagian waktu yang lain.

Di antara sebagian waktu, yang Allah Subhanahu wa ta’ala lebihkan keutamaannya atas sebagian waktu yang lain, adalah bulan Dzulqa’dah yang saat ini kita berada di dalamnya.

Bulan Dzulqa’dah termasuk Bulan Haram. Apa itu Bulan Haram? Bulan haram adalah bulan yang di dalamnya terdapat keistimewaan.

Bulan Haram merujuk pada empat bulan suci nan mulia dalam kalender Islam, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Keistimewaan bulan-bulan ini diakui dalam ajaran Islam sebagai masa yang dihormati dan dianggap istimewa dalam berbagai konteks.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Di antara keutamaan bulan Dzulqa’dah sebagai salah satu bulan haram yang kita sedang berada di dalamnya sekarang ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Dzulqa’dah adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Disebut Dzulqa’dah disebabkan orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di dalamnya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (سورة التوبة: ٣٦)

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36)

Kedua, Dzulqa’dah adalah satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ (البقرة: ١٩٧)

“Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan)” (QS al-Baqarah: 197).

Ketiga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik Rhadiyallahu ‘anhu meriwayatkan:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري) –

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.” (HR al-Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Dzulkaidah merupakan salah satu asyharul hurum (bulan haram), bulan yang dimuliakan Allah Subhanahu wa ta’ala, selain Muharram, Rajab, Dzulhijah.

Barangsiapa memperbanyak amal saleh di bulan Dzulkaidah, pahala perbuatannya dilipatgandakan.

Abdullah bin Abbas Rhadiyallahu ‘anhu berkata mengenai pahala berlipat ganda bagi amal saleh di bulan Dzulkaidah ketika membahas Surah At-Taubah ayat 36 sebagai berikut:

“Beribadah dan beramal saleh di bulan-bulan haram dilipatkan gandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Demikian sebaliknya, bermaksiat dan berbuat dosa di bulan-bulan tersebut digandakan hukumannya”.

Al Qatadah berkata tentang firman Allah Subhanahu wa ta’ala (Surah At-taubah ayat 36) tentang bulan-bulan haram : { فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ } “maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”:

“Sesungguhnya kezhaliman pada bulan-bulan haram adalah kesalahan yang paling besar dibandingkan pada bulan-bulan lainnya, walaupun semua kezhaliman adalah dosa yang besar, namun Allah berhak membesarkan suatu perkara sesuka-Nya”

Mari kita bersama memperbanyak amal amal sholeh di bulan mulia ini sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala meridhai perjalanan kehidupan kita.

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pembuka dari segala amal kebaikan untuk semuanya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

Do’a Penutup

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ……. عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُو

Oleh: Ust Iwan Abdullah, M.Si
Sumber: Laman DPP Hidayatullah

Demikianlah kumpulan contoh khutbah Jumat bulan Zulkaidah dalam berbagai tema. Semoga bisa menjadi referensi bagi infoers!

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #1

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #2

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #3

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #4

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #5

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #6

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #7

Khutbah Jumat Bulan Zulkaidah #8