7 Fakta Pendaki Asal Bogor 22 Hari Hilang di Gunung Binaiya Ditemukan Tewas

Posted on

Pendaki bernama Firdaus Ahmad Fauzi (27) ditemukan tewas usai 22 hari hilang di , Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Jenazah pria asal Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu ditemukan hanyut di sungai dalam kawasan gunung tersebut.

Pendaki tersebut dilaporkan hilang di jalur pendakian Gunung Binaiya di Nasapeha, Kecamatan Tehoru pada Sabtu (26/4/2025) sekitar pukul 17.30 WIT. Selama hilang, korban hanya membekali diri dengan 3 botol air minum tanpa makanan.

“Saat yang bersangkutan hilang, kondisi angin kencang dan kabut,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Manusela, Kacuk Seto Purwanto dalam keterangannya, Selasa (29/4/2025).

Dirangkum infocom, Senin (19/5), berikut fakta-fakta pendaki asal Bogor ditemukan tewas usai 22 hari hilang di Gunung Binaiya:

Kacuk menjelaskan, awalnya tim pendaki terdiri dari enam orang termasuk korban dan dua porter turun dari puncak gunung. Dalam perjalanan, korban terpisah dari rombongannya.

“Saat tiba di (jalur pendakian) Nasapeha, tiba-tiba korban terpisah dari tim,” ungkap Kacuk.

Saat itu, korban hanya membawa tiga buah headlamp, sedangkan ranselnya tidak berisi makanan. Rekan korban bersama polisi kehutanan sempat mencari korban namun keberadaannya tidak diketahui.

“Tim smart patroli ikut membantu pencarian survivor (pendaki), namun masih belum mendapatkan hasil (korban belum ditemukan),” bebernya.

Balai Taman Nasional Manusela pun menutup jalur pendakian Gunung Binaiya pascahilangnya pendaki asal Bogor tersebut. Penutupan berlangsung selama 13 hari.

“Iya, (aktivitas pendakian) Gunung Binaiya sementara ditutup, terhitung sejak 29 April hingga 11 Mei 2025,” kata Kacuk.

Kebijakan ini dilakukan agar tim SAR gabungan bisa fokus melakukan pencarian. Pendaki lain yang nekat melakukan pendakian akan dikenakan sanksi.

“Semua jalur ditutup, kita tidak kasih izin dulu, kalau ada (pendaki) yang tetap naik berarti itu ilegal,” beber Kacuk.

Upaya pencarian Firdaus terkendala jaringan komunikasi dan cuaca. Ritual adat yang melibatkan masyarakat setempat turut mewarnai proses pencarian terhadap pendaki tersebut.

“Sudah lakukan ritual ada juga termasuk menggunakan menggunakan drone, tetapi adapun faktor kendalanya, yakni jaringan komunikasi dan cuaca,” kata Kapolsek Tehoru, Iptu Affan Slamet kepada wartawan, Minggu (4/5).

Tim SAR yang melakukan pencarian sempat menemukan jejak sepatu dan puntung rokok milik korban. Jejak sepatu ditemukan dekat Sungai Yala, sedangkan puntung rokok dekat Sungai Yahe, Jumat (2/5).

“Telah ditemukan jejak sepatu dan puntung rokok diduga milik pendaki yang hilang di Gunung Binaiya,” ungkap Affan.

Operasi SAR pencarian pendaki di Gunung Binaiya dihentikan pada Minggu (4/5). Kebijakan ini mempertimbangkan hasil evaluasi personel yang tidak kunjung menemukan keberadaan korban.

“Operasi SAR dihentikan atau ditutup sesuai SOP Basarnas, kan pencarian sudah dilaksanakan selama 7 hari dan tidak ada tanda-tanda korban ditemukan,” ungkap Kepala Basarnas Ambon, Muhamad Arafah kepada infocom, Senin (5/5).

Kebijakan ini sudah dikoordinasikan dengan pihak keluarga korban. Kendati begitu, rencana kelanjutan pencarian akan ditinjau kembali.

“Dalam operasi juga mendapati hambatan terutama pada jaringan sinyal sehingga tim sulit melapor perkembangan pencarian tepat waktu dan kendala cuaca,” bebernya.

Simak fakta lainnya di halaman selanjutnya…

Belakangan, operasi SAR pencarian Firdaus kembali dilanjutkan berdasarkan permintaan dari berbagai pihak termasuk keluarga. Pencarian tahap kedua berlangsung selama 6 hari yang dimulai pada Senin (12/5).

“Kemudian ada kesepakatan dengan Bapak Wakil Bupati Maluku Tengah, di mana pencarian hanya 7 hari saja,” kata Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Deny Rahadi, Senin (12/5).

Pencarian pun difokuskan di jalur pendakian Nasapeha, lokasi terakhir Firdaus terpisah dengan rombongan. Selain itu, juga di Kali Yahe, tempat ditemukan jejak bekas sepatu dan puntung rokok dari Firdaus.

“Metode penjelajah saja ke lokasi yang diperkirakan lokasi tersesatnya saudara Firdaus. Relawan dan masyarakat pun sudah siap melakukan pencarian,” ucap Deny.

Pendaki yang hilang tersebut akhirnya ditemukan di Sungai Yahe, kawasan Gunung Binaiya pada Sabtu (17/5) sekitar pukul 14.30 WIT. Selama 22 hari pencarian, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

“Informasinya sedang dalam proses evakuasi, jadi sore hingga jelang malam itu (diangkat jasad) dari bawah lembah air terjun Sungai Yahe. Kedalamannya sekitar 70-80 meter,” ungkap Deny kepada infocom, Minggu (18/5).

Jenazah Firdaus kemudian dibawa secara estafet melewati tiga shelter pendakian sebelum tiba di Desa Piliana. Jika tidak terkendala cuaca, jenazah korban akan tiba dalam sehari perjalanan dan diserahkan ke pihak keluarga.

“Kita doakan semoga tidak ada kendala cuaca apalagi ditambah medannya juga cukup terjal. Di (Desa) Piliana ada keluarganya juga almarhum yang menunggu,” jelasnya.

Deny mengaku pihaknya belum bisa memastikan atau menduga penyebab Firdaus tewas. Dia mengatakan, kepastian kematian pendaki tersebut bisa diketahui kalau ada dukungan pemeriksaan medis.

“Kita belum bisa menduga apalagi memastikan kan bahwa (almarhum Firdaus) meninggal dunia disebabkan karena apa. Kalau memang ada hasil forensik atau medis baru bisa dipastikan,” jelas Deny.

Sementara itu, Koordinator Tim SAR Relawan Pecinta Alam Maluku, M Nazir Rumra menambahkan, korban ditemukan setelah hari kelima operasi pencarian tahap kedua. Pihaknya berterima kasih kepada seluruh personel yang terlibat.

“Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua relawan dan pihak yang telah membantu dan mendukung proses pencarian ini,” jelas Nazir.

1. Korban Terpisah dari Rombongannya

2. Pendakian Gunung Binaiya Ditutup

3. Ritual Adat Warnai Proses Pencarian

4. Pencarian Pendaki Hilang Disetop

5. Operasi Pencarian Tahap 2 Dilanjutkan

6. Pendaki Ditemukan Tewas di Sungai

7. Penyebab Kematian Belum Diketahui

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *