7+ Kultum Keutamaan Bulan Muharram dan Amalannya: Singkat-Penuh Makna | Info Giok4D

Posted on

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan mulia dalam Islam. Tidak heran jika kultum tentang keutamaan bulan Muharram menjadi tema yang sering diangkat dalam berbagai kajian di berbagai majelis saat memasuki bulan ini.

Menyadur buku Fiqih Ibadah karya Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, bulan Muharram termasuk dalam empat bulan haram, di mana umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Maka dari itu, kultum mengenai bulan Muharram sangat cocok untuk mengingatkan umat agar lebih memperbanyak amal kebaikan selama bulan ini.

Sementara itu, dalam buku Tuntunan Ibadah di Bulan Muharram oleh Ustadz Ahmad Zarkasih Lc, dijelaskan bahwa ada berbagai amalan yang bisa dilakukan di bulan Muharram. Mulai dari puasa sunnah, khususnya puasa Asyura, memperbanyak sedekah hingga mempererat tali silaturahmi.

Keutamaan dan amalan di bulan Muharram ini dapat menjadi materi dakwah yang menarik untuk disampaikan kepada umat. Kultum yang singkat namun bermakna diharapkan dapat menggugah semangat untuk mengisi bulan ini dengan amal shaleh.

Bagi infoers yang hendak menyampaikan dakwah tentang bulan mulia ini, berikut infoSulsel menyajikan kumpulan contoh kultum keutamaan bulan Muharram dan amalannya yang bisa menjadi referensi. Yuk simak selengkapnya.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العٰلَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Amma ba’du.

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah, atas rahmat dan nikmat-Nya, kita dipertemukan kembali dengan bulan yang mulia, yakni bulan Muharram. Bulan ini bukan sekadar penanda awal tahun dalam kalender Hijriah, melainkan salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam.

Pertama, bulan Muharram termasuk empat bulan haram (suci) yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu…” (QS. At-Taubah: 36)

Empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Pada bulan-bulan ini, amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, sementara perbuatan dosa juga lebih besar timbangannya di sisi Allah. Maka, marilah kita perbanyak amal saleh dan jauhi maksiat.

Kedua, bulan ini disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai “Syahrullah” (شَهْرُ اللهِ), yaitu “bulan Allah”, yang menunjukkan kemuliaannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ

“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Karenanya, puasa sunnah di bulan Muharram sangat dianjurkan, terutama pada hari ke-10, yaitu hari ‘Asyura’.

Ketiga, puasa di hari ‘Asyura’ memiliki keutamaan besar, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari ‘Asyura’, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Subhanallah, amalan ringan yang menghapus dosa selama satu tahun penuh.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Memasuki bulan Muharram adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaharui niat, memperbanyak amal kebaikan, berhijrah menuju kehidupan yang lebih baik.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kita kekuatan untuk memanfaatkan bulan yang mulia ini sebaik-baiknya, dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

آمِيْن يَا رَبَّ العٰلَمِيْنَ.

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Amma ba’du.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah mempertemukan kita dengan bulan yang mulia ini, bulan *Muharram. Bulan ini merupakan **awal tahun Hijriah*, bulan yang sangat istimewa, penuh dengan keberkahan, pahala yang dilipatgandakan, serta momentum untuk kita berhijrah memperbaiki diri.

Mengapa bulan Muharram begitu istimewa?

Mari kita tadabburi dan pahami beberapa keutamaan bulan ini:

1. Termasuk Bulan Haram (Suci)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۖ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan-bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Keempat bulan haram tersebut adalah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Disebut “bulan haram” karena pada bulan-bulan ini:

– Allah melipatgandakan pahala amal kebaikan.
– Dosa maksiat pun menjadi lebih berat timbangannya.

Karenanya, kita dianjurkan untuk lebih menjaga perilaku, menjauhi dosa, dan memperbanyak amal saleh di bulan ini.

2. Bulan Allah: Syahrullah (شَهْرُ اللَّهِ)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut bulan ini dengan panggilan yang mulia:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yakni bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Perhatikan, Nabi tidak mengatakan “syahru muharram”, melainkan “syahrullah al-muharram”: bulan Allah, yang menunjukkan betapa besar kemuliaan bulan ini.

Karenanya, sangat dianjurkan bagi kita untuk memperbanyak puasa sunnah di bulan ini, terutama puasa ‘Asyura’ (10 Muharram), juga puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram), atau sesudahnya (11 Muharram), sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

3. Keutamaan Puasa ‘Asyura’

Di antara amalan yang paling utama di bulan Muharram adalah puasa pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari ‘Asyura’, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Bayangkan, dengan satu hari puasa sunnah, Allah akan menghapus dosa-dosa kita yang lalu selama setahun. Maka, jangan sampai kita lewatkan kesempatan mulia ini.

Para ulama juga menganjurkan untuk berpuasa sehari sebelumnya (9 Muharram) atau sehari sesudahnya (11 Muharram) sebagai bentuk penyelisihan terhadap orang-orang Yahudi yang juga berpuasa pada hari itu, sesuai anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

4. Momentum Hijrah Batin

Jamaah yang dirahmati Allah,

Bulan Muharram adalah bulan hijrah, karena di awal Muharram inilah penanggalan Hijriah dimulai, mengingatkan kita kepada hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah ke Madinah.

Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi berpindah dari keadaan buruk menuju keadaan yang lebih baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Seorang yang berhijrah adalah yang meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karenanya, mari kita jadikan bulan Muharram ini sebagai momentum untuk:

– Meninggalkan dosa dan maksiat
– Memperbanyak amal ibadah
– Memperbaiki akhlak
– Menjaga shalat lima waktu
– Meningkatkan silaturahmi
– Memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama manusia

Jamaah yang berbahagia,

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Sungguh bulan Muharram adalah bulan yang istimewa. Marilah kita manfaatkan bulan ini untuk memperbanyak taubat dan istighfar, meningkatkan puasa sunnah, mengisi awal tahun Hijriah dengan amal kebaikan, dan tekad memperbaiki diri.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberi kita kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan, serta menerima semua amal saleh kita di bulan yang mulia ini.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Amma ba’du.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah, pada kesempatan yang penuh berkah ini, kita dipertemukan kembali dengan bulan Muharram, bulan yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bulan yang menjadi salah satu dari empat bulan haram, bulan yang juga disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai “Syahrullah”, bulan Allah.

Bulan ini juga sering dimanfaatkan oleh umat Islam sebagai bulan berbagi, bulan peduli, terutama kepada mereka yang sangat membutuhkan perhatian, seperti anak-anak yatim.

Mengapa kita dianjurkan untuk menyantuni anak yatim, terlebih di bulan Muharram ini?

Pertama, menyantuni anak yatim adalah perbuatan yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ
(وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى)

Artinya: “Aku dan orang yang mengurus anak yatim akan berada di surga seperti ini,”
(lalu beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, seraya merapatkannya.) (HR. Bukhari)

Bayangkan, betapa mulianya kedudukan orang yang mengasuh dan menyantuni anak yatim, hingga dijanjikan kedekatan dengan Rasulullah di surga.

Kedua, anak yatim adalah amanah yang Allah titipkan kepada umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ ٱلۡيَتَـٰمَىٰ ۖ قُلۡ إِصۡلَاحٞ لَّهُمۡ خَيۡرٞۖ

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak-anak yatim. Katakanlah: Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” (QS. Al-Baqarah: 220)

Memperhatikan, mengasuh, menyantuni, dan memperbaiki kehidupan mereka adalah amal yang sangat besar di sisi Allah.

Ketiga, bulan Muharram adalah momentum yang tepat untuk memperbanyak amal kebaikan, karena bulan ini adalah bulan haram yang pahalanya dilipatgandakan. Sehingga berbagi kepada anak yatim di bulan ini menjadi amalan yang sangat mulia.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Sering kita lihat di masyarakat kita, banyak yang mengadakan santunan anak yatim di bulan Muharram, bahkan sering disebut sebagai “Lebaran Anak Yatim”. Ini adalah amalan baik yang perlu kita hidupkan. Bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi hendaknya menjadi wujud kepedulian kita secara berkelanjutan, menyentuh hati mereka dengan kasih sayang, serta memuliakan mereka sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ingatlah, menyantuni anak yatim bukan hanya dengan harta, tetapi juga dengan sikap kasih sayang, perhatian, dan memperlakukan mereka dengan baik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:

فَأَمَّا ٱلۡيَتِيمَ فَلَا تَقۡهَرۡ

“Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.” (QS. Adh-Dhuha: 9)

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Mari kita jadikan bulan Muharram sebagai momentum untuk mengasihi dan menyantuni anak-anak yatim, mendekatkan diri kepada Allah dengan amal yang bermanfaat bagi sesama, menggapai ridha Allah dan surga-Nya dengan amal kebaikan yang terus kita jaga.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang dermawan, yang peduli pada kaum lemah dan anak-anak yatim, serta memberikan kita keistiqamahan dalam berbuat kebaikan, khususnya di bulan yang penuh keberkahan ini.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلْأَيَّامَ وَٱلشُّهُورَ مَوَاسِمَ لِلطَّاعَةِ وَٱلْقُرْبَةِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

Amma ba’du.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan yang penuh kemuliaan ini, yaitu bulan Muharram. Bulan pertama dalam kalender Hijriah yang penuh makna, yang menjadi pengingat bagi kita akan peristiwa agung dalam sejarah umat Islam, yaitu hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah ke Madinah.

Hijrah bukan sekadar peristiwa sejarah atau perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain. Lebih dari itu, hijrah adalah sebuah perjalanan spiritual dan moral, perpindahan dari keadaan yang buruk menuju keadaan yang lebih baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Artinya: “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hijrah yang sejati adalah perubahan diri menuju ketaatan. Dari maksiat menuju taat, dari lalai menuju ingat, dari buruk menuju baik. Inilah ruh hijrah yang hendaknya kita tanamkan dalam hati, terlebih di awal tahun baru Hijriah ini.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Pergantian tahun bukan sekadar pergantian angka, melainkan momentum untuk bermuhasabah, mengevaluasi diri. Sudahkah kita berhijrah secara ruhani? Sudahkah kita memperbaiki diri dalam ibadah, akhlak, dan amal saleh? Inilah saat yang tepat untuk meneguhkan tekad, meninggalkan kemaksiatan, memperbanyak amal kebaikan, dan mempererat hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan keutamaan besar bagi orang-orang yang berhijrah:

وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ فِي ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُواْ لَنُبَوِّئَنَّهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗۖ وَلَأَجۡرُ ٱلۡآخِرَةِ أَكۡبَرُۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ

Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, Kami pasti akan memberikan kepada mereka tempat yang baik di dunia. Dan sungguh, pahala akhirat lebih besar, jika mereka mengetahui.” (QS. An-Nahl: 41)

Marilah kita jadikan bulan Muharram ini sebagai awal langkah perubahan diri. Mari kita isi tahun baru ini dengan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa, lebih istiqamah dalam ibadah, lebih baik dalam akhlak, lebih bermanfaat bagi sesama.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita kekuatan untuk terus berhijrah ke arah yang lebih baik dan menerima semua amal kebaikan kita.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي خَلَقَ الزَّمَانَ وَقَسَّمَهُ إِلَى أَيَّامٍ وَشُهُورٍ، وَجَعَلَ فِي بَعْضِهَا فَضْلًا وَمَزِيَّةً، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَدَّى ٱلرِّسَالَةَ وَنَصَحَ ٱلْأُمَّةَ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أما بعد.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah kesempatan untuk menghirup udara segar di awal tahun baru Hijriah, yang diawali dengan bulan yang penuh kemuliaan, yaitu bulan Muharram. Sungguh, bertambahnya tahun adalah tanda bertambahnya usia kita, yang sesungguhnya mengingatkan bahwa umur yang tersisa semakin berkurang.

Oleh karena itu, setiap awal tahun baru Hijriah adalah waktu yang tepat bagi kita untuk merenung dan bermuhasabah. Sudahkah kita menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah? Sudahkah kita meningkatkan ketakwaan dan memperbaiki amal-amal kita?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الكَيِّسُ مَن دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوتِ، وَالعَاجِزُ مَن أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ الأَمَانِيَّ

“Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya, lalu berangan-angan terhadap Allah.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan bahwa hijrah sejati adalah perubahan dari dalam diri kita. Berpindah dari kelalaian menuju kesadaran, dari keburukan menuju kebaikan, dari maksiat menuju ketaatan.

Bulan Muharram adalah bulan mulia. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram, bulan yang diagungkan oleh Allah, bulan di mana amalan kebaikan dilipatgandakan, dan dosa maksiat menjadi lebih besar hukumannya. Maka sungguh rugi bila kita melewati bulan ini tanpa berusaha memperbaiki diri, tanpa berusaha menjadi lebih taat dan dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hijrah bukan hanya milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat di masa silam. Setiap kita harus berhijrah, setiap saat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bila selama ini kita masih malas dalam shalat, saatnya kita hijrah menjadi pribadi yang menjaga shalat tepat waktu. Bila selama ini kita kurang membaca Al-Qur’an, saatnya kita hijrah untuk mencintai dan mentadabburi Al-Qur’an. Bila selama ini kita gemar bergunjing, marilah kita hijrah menjadi pribadi yang menjaga lisan. Bila selama ini kita sering lalai dalam mencari rezeki yang halal, saatnya kita hijrah menuju jalan yang diridhai Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Perubahan harus dimulai dari hati kita sendiri, dari tekad kuat untuk menjadi lebih baik. Maka bulan Muharram ini adalah saat yang sangat tepat untuk kita memulai langkah hijrah tersebut.

Janganlah kita tertipu oleh angan-angan kosong yang menunda-nunda perubahan. Waktu terus berjalan. Tidak ada yang tahu apakah kita masih akan dipertemukan dengan Muharram tahun depan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita kekuatan iman, keteguhan hati, dan semangat untuk selalu memperbaiki diri dan menjadi lebih taat kepada-Nya di tahun baru Hijriah ini. Semoga kita termasuk dalam golongan hamba yang beruntung, yang senantiasa berhijrah menuju keridhaan-Nya.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُقَلِّبُ ٱللَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ، وَيُبَدِّلُ ٱلْأَحْوَالَ وَٱلْأَعْمَارَ، وَجَعَلَ ٱلشُّهُورَ مَوَاسِمَ لِلْخَيْرَاتِ وَٱلطَّاعَاتِ، نَحْمَدُهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ وَآلَائِهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.

أما بعد.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Waktu adalah anugerah yang sangat berharga dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap info yang berlalu tidak akan pernah kembali, setiap hari yang kita lalui membawa kita semakin dekat kepada pertemuan dengan Allah. Maka berbahagialah orang-orang yang mengisi waktunya dengan amalan yang mendekatkan dirinya kepada Allah.

Saat ini kita tengah berada di bulan yang penuh keutamaan, bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah, yaitu bulan Muharram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di antara empat bulan haram itu adalah bulan Muharram. Bulan ini disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ – “bulan Allah yang suci”. Ini menunjukkan betapa mulia kedudukannya di sisi Allah. Maka selayaknya kita memperbanyak amalan kebaikan di bulan ini.

Salah satu amalan utama di bulan Muharram adalah berpuasa sunnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Puasa di bulan ini sangat dianjurkan, terutama puasa pada hari ‘Asyura’, yaitu tanggal 10 Muharram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa pada hari ‘Asyura’, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Begitu besar pahala yang Allah janjikan bagi orang yang berpuasa di hari tersebut. Bahkan, dianjurkan pula untuk menambahkan puasa sehari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram, atau sehari sesudahnya, agar berbeda dari kebiasaan orang Yahudi yang juga berpuasa di hari ‘Asyura’.

Selain puasa, amalan lain yang sangat dianjurkan di bulan ini adalah memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, memperbanyak shadaqah, menyantuni anak yatim, dan mempererat tali silaturahmi. Karena bulan ini adalah bulan yang dimuliakan Allah, maka hendaknya kita juga memuliakan bulan ini dengan amalan-amalan yang diridhai-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

“Maka janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Yang dimaksud dengan jangan menzalimi diri adalah jangan melakukan dosa. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk memperbanyak amal kebaikan dan meningkatkan ketakwaan. Maka bulan Muharram ini adalah saat yang sangat baik untuk memulai perubahan diri, memperbaiki kekurangan yang ada, dan meningkatkan kualitas ibadah.

Marilah kita manfaatkan kesempatan yang Allah berikan ini. Kita tidak tahu apakah kita akan dipertemukan lagi dengan bulan Muharram yang akan datang. Maka selagi kita masih diberi umur dan kesehatan, marilah kita berlomba dalam kebaikan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima semua amal ibadah kita, memudahkan kita untuk senantiasa istiqamah di jalan-Nya, dan menjadikan kita termasuk golongan hamba-hamba-Nya yang beruntung.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، الْعَلِيمِ الَّذِي لَا يَفُوتُ، الْحَكِيمِ الَّذِي لَا يُخْطِئُ فِي قَضَائِهِ وَحُكْمِهِ، نَحْمَدُهُ عَلَى نِعْمِ الْإِيمَانِ وَالْإِسْلَامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَاتَمُ النَّبِيِّينَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أما بعد.

Hadirin jamaah yang dirahmati Allah,

Waktu terus berjalan. Bulan demi bulan berlalu. Kita baru saja melewati tahun yang lama, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kesempatan kepada kita untuk memulai lembaran baru di awal tahun ini dengan bulan yang mulia, yaitu bulan Muharram.

Pergantian tahun Hijriyah bukanlah sekadar pergantian angka, tetapi momen yang seharusnya kita jadikan sebagai pengingat dan motivasi untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbanyak amalan kebaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

“Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.”

Inilah momen untuk bermuhasabah, untuk mengevaluasi perjalanan hidup kita, amal yang telah kita lakukan, dan sejauh mana kita telah memenuhi kewajiban sebagai hamba Allah.

Allah Ta’ala telah menjadikan bulan Muharram sebagai salah satu bulan yang mulia. Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan… di antaranya ada empat bulan yang haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Bulan Muharram termasuk dalam empat bulan haram, yaitu bulan yang dimuliakan oleh Allah, bulan yang seharusnya menjadi momentum untuk lebih menjaga diri dari dosa dan maksiat, serta memperbanyak amalan kebaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang keutamaan puasa Asyura, yaitu pada tanggal 10 Muharram:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Karena itu, hendaknya kita memperbanyak puasa sunnah di bulan Muharram, khususnya pada hari Asyura, sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat umur dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita.

Namun, amalan kebaikan di bulan ini tidak hanya terbatas pada puasa. Seorang Muslim yang cerdas adalah yang memanfaatkan momentum bulan mulia ini untuk meningkatkan seluruh amal ibadahnya. Di antaranya:

Karena di bulan-bulan haram ini, para ulama menyebut bahwa dosa yang dilakukan lebih besar hukumannya, dan pahala kebaikan yang dikerjakan lebih dilipatgandakan oleh Allah.

Dalam kitab Latha’if al-Ma’arif, Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan bahwa para ulama salaf sangat menjaga diri dan memperbanyak amal kebaikan di bulan-bulan haram, termasuk bulan Muharram, karena mereka paham betapa besar kedudukan bulan ini di sisi Allah.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Kita tidak tahu berapa lama lagi umur kita di dunia ini. Setiap info adalah kesempatan emas untuk menambah bekal ke akhirat. Karena itu, jangan sia-siakan bulan Muharram ini. Jadikanlah sebagai momentum hijrah, bukan sekadar hijrah tempat, tetapi hijrah hati, hijrah amal.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Mari kita mulai perubahan itu. Hijrah menuju amal yang lebih baik, hati yang lebih bersih, akhlak yang lebih mulia. Jangan sampai waktu berlalu tanpa ada perbaikan dalam diri kita.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua, menerima amal-amal kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memberikan kita kekuatan untuk istiqamah di jalan-Nya.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ ٱلْإِنسَانَ وَجَعَلَهُ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَسَخَّرَ لَهُ مَا فِي ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضِ لِيَعْبُدَهُ وَيَشْكُرَهُ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ.

أما بعد.

Hadirin jamaah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Kita saat ini sedang berada di salah satu bulan yang sangat mulia, yaitu bulan Muharram. Tidak semua bulan memiliki keistimewaan di sisi Allah. Ada bulan-bulan tertentu yang Allah pilih untuk ditinggikan derajatnya, dan di antaranya adalah bulan ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan… di antaranya ada empat bulan yang haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri kalian dalam bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita agar tidak menzalimi diri pada bulan-bulan yang dimuliakan, termasuk bulan Muharram. Maksudnya adalah jangan berbuat dosa, jangan melakukan maksiat, dan jangan melanggar perintah Allah. Justru di bulan ini, kita diperintahkan untuk lebih mawas diri, lebih berhati-hati dalam berkata dan bertindak, lebih menjaga hati, lisan, dan anggota badan dari perbuatan dosa.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa larangan untuk menzalimi diri pada bulan-bulan haram itu lebih kuat dibandingkan bulan-bulan lainnya. Karena itu, seorang Muslim yang sadar akan keutamaan bulan ini, seharusnya lebih menjaga dirinya dari maksiat dan dosa.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Terkadang seseorang terjebak dalam dosa bukan karena niat awal, melainkan karena kelalaian. Itulah mengapa di bulan Muharram, kita dianjurkan untuk memperbanyak muraqabah – merasa diawasi oleh Allah setiap saat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقِ ٱللَّهَ حَيْثُمَا كُنتَ، وَأَتْبِعِ ٱلسَّيِّئَةَ ٱلْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ ٱلنَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Sikap mawas diri dari maksiat adalah ciri orang bertakwa. Terlebih di bulan seperti Muharram ini. Jika sebelumnya kita sering tergelincir dalam dosa lisan seperti berkata kotor, gibah, mengadu domba, maka di bulan ini kita harus berhati-hati menjaga lisan. Jika sebelumnya sering lalai dari menjaga pandangan dan pendengaran, di bulan ini hendaknya lebih menjaga penglihatan dan pendengaran dari hal-hal yang haram. Jika sebelumnya malas dalam beribadah, di bulan ini kita tingkatkan kedekatan dengan Allah melalui shalat sunnah, dzikir, dan amal shalih lainnya.

Para ulama salaf dahulu sangat memuliakan bulan-bulan haram, mereka memperbanyak ibadah, lebih berhati-hati dalam pergaulan, menjaga tutur kata, dan sangat mawas diri dari hal-hal yang dilarang Allah.

Allah Ta’ala juga mengingatkan:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Maka jangan sekali-kali kita meremehkan dosa sekecil apa pun. Dosa kecil yang terus diulang, bisa menjadi dosa besar. Sebaliknya, amal kecil yang dikerjakan dengan ikhlas, bisa menjadi besar di sisi Allah.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Marilah kita isi bulan Muharram ini dengan introspeksi, mengoreksi diri. Apakah lisan kita sudah terjaga? Apakah shalat kita sudah kita perbaiki? Apakah hubungan kita dengan sesama manusia sudah baik? Apakah masih ada dosa yang belum kita tinggalkan? Ini adalah momentum untuk memperbaiki semuanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ

“Mujahid sejati adalah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Inilah jihad kita di bulan Muharram adalah melawan hawa nafsu, meninggalkan dosa, memperbaiki diri, dan memperbanyak amal kebaikan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita kekuatan untuk mawas diri, menjaga hati, lisan, dan perbuatan kita dari maksiat, khususnya di bulan Muharram ini, dan semoga kita senantiasa ditetapkan sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Nah, demikian kumpulan contoh kultum tentang keutamaan dan amalan di bulan Muharram sebagai salah satu bulan mulia dalam Islam yang bisa dijadikan referensi. Yuk sampaikan pesan kebaikan kepada umat!

Contoh Kultum #1: Keutamaan Bulan Muharram, Bulan Allah yang Mulia

Contoh Kultum #2: Istimewanya Bulan Muharram, Awal Tahun Baru Hijriah yang Penuh Keberkahan

Contoh Kultum #3: Indahnya Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

Contoh Kultum #4: Hijrah di Bulan Muharram: Awali Tahun Baru dengan Semangat Perubahan

Contoh Kultum #5: Bulan Muharram, Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik dan Lebih Taat

Contoh Kultum #6: Amalan di Bulan Muharram, Meraih Keutamaan di Awal Tahun

Contoh Kultum #7: Meningkatkan Amalan di Bulan Muharram

Contoh Kultum #8: Lebih Mawas Diri dari Maksiat di Bulan Muharram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *