Masyarakat adat di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) kesal gegara sebagian wilayah adat mereka di sekitar Danau Matano dibanguni Lapangan Golf. Padahal lahan seluas 5 hektare itu masuk kawasan Cagar Budaya.
“Yang diganggu itu 3-5 hektar. Itu 5 hektare dipakai untuk bangun lapangan golf. Sementara pembangunan,” kata Sekretaris Adat To Karungsie’, Hariyadi Tengke dalam rapat dengan Komite II DPD RI di Kantor Gubernur Sulsel, Senin (22/9/2025).
Hariyadi mengatakan kawasan yang dijadikan lapangan golf merupakan situs cagar budaya. Hal itu berdasarkan keputusan Kemendikbud dan diperkuat melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Luwu Timur Nomor 238/D-03/VII/2024 yang terbit pada 20 Juni 2024.
“Tanah adat kami itu di antaranya di (kampung) Pontada dan (kampung) Dongi. Yang jadi masalah itu situs cagar budaya kami sudah hampir hilang, seperti kuburan, tanaman, pohon sagu, bambu, itu diambil jadi kawasan. Itu tidak ada pemberitahuan ke kami,” ungkapnya.
Lanjut Hariyadi, pohon sagu sangat penting bagi masyarakat Luwu karena telah dianggap sebagai simbol kehidupan. Sejumlah artefak pun ikut rusak dan dibiarkan saja di lahan yang dikerjakan perusahaan.
“Sagu itu sangat penting, itu simbol kehidupan kita. Sejumlah artefak pun rusak karena proyek itu,” ungkapnya.