Suasana duka menyelimuti keluarga Alfia Septiana Asdar (7) yang tewas dalam kebakaran menhanguskan 8 rumah di Kecamatan Tamalate, Kota , Sulawesi Selatan (Sulsel). Sang ibu, Kadinda menceritakan info-info bagaimana kebakaran membakar rumah dan membuat putrinya terjebak.
Kebakaran terjadi di Jalan Teluk Bayur Dalam, RT 05, RW 04, Kelurahan Maccini Sombala, Tamalate, Sabtu (20/9) malam sekitar pukul 23.00 Wita. Kadinda awalnya heran api seketika muncul dari jendela rumahnya.
“Awalnya api ada cuma sedikit. Dari jendela. Tidak tahu juga dari mana, langsung tiba-tiba ada di jendela,” ujar Kadinda kepada infoSulsel di tenda darurat BPBD dekat lokasi kejadian, Senin (22/9/2025).
Dia menyebut ibunya atau nenek Alfia sempat mencoba memadamkan api di jendela. Namun, plafon rumah tua itu tiba-tiba ambruk dan langsung menutup kamar Alfia.
“Pas mati ini (api) yang di jendela, mamaku putar badan, runtuh plafon. Langsung kayak diguyur hujan keras. Langsung tertutup semua (ruang kamar),” katanya.
Api begitu cepat membesar yang membuat Kadinda panik. Dia berusaha merobohkan dinding rumah untuk menyelamatkan anaknya, tetapi gagal.
“Saya berusaha untuk robohkan dinding yang di depan supaya bisa ambil anakku (Alfia), tidak bisa juga,” ucapnya.
Di rumah itu ada 5 orang saat kebakaran terjadi, yakni Kadinda, ibunya, suaminya, Alfia, dan adik Alfia. Kadinda mengaku berhasil menyelamatkan adik Alfia secara tidak sengaja.
“Itu kudapat (adiknya Alfia untuk diselamatkan) karena (tidak sengaja) kuinjak,” akunya.
Saat api membesar, listrik padam dan rumah langsung gelap gulita. Cahaya hanya berasal dari api yang terus berkobar.
“Pas api besar langsung lampu ndak ada (sudah padam). Jadi, penerang itu cuma api yang membara yang bikin cahaya,” beber Kadinda.
Kadinda menuturkan ibunya sempat ingin masuk ke dalam kamar Alfia. Namun, dicegah oleh suaminya karena api sudah menutup seluruh ruangan.
“Mamaku mau masuk, seandainya tidak ditahan sama suamiku, mungkin 2 korbannya,” ungkapnya.
Kebakaran itu berlangsung sangat cepat. Dalam hitungan menit, api sudah melahap seluruh rumah.
“Cepat sekali. Tidak ada 5 menit itu mamaku kasih mati api (yang di jendela), langsung roboh (plafon),” terangnya.
Alfia sempat memanggil sang ibu saat plafon jatuh mengenai tubuhnya. Panggilan itu menjadi momen terakhir yang paling membekas bagi keluarga.
“Kan, dia tidur. Mungkin rasa dijatuhi plafon kasihan. ‘Mama, sakit, Mama’,” ucap Kadinda menirukan teriakan anaknya.
Kini keluarga mengungsi ke rumah kerabat. Alfia telah dimakamkan pada Minggu (21/9) sore setelah Asar.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Itu anak paling pintar, tidak pelit, ceria. Kalau bicara itu dewasa sekali,” kenang sang ibu.
Diketahui, kebakaran menghanguskan 8 rumah warga di lokasi. Total ada 11 kepala keluarga dengan 35 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Warga setempat, Yasir mengaku api cepat membesar karena rumah semi permanen berbahan tripleks. Sebanyak 3 motor juga ikut terbakar dalam kejadian itu.
“Seandainya bilang dilihat ada api kecil, tapi ini sudah di atas api. Materielnya juga (rumah terbakar) tripleks semua. Di samping rumah keliling ada kandang ayam. Ada 3 motor terbakar,” katanya.