Siswi bernama Zihan asal China mengalami gangguan kejiwaan setelah menonton film horor di sekolah. Kegiatan menonton film horor tersebut dilakukan dalam sebuah sesi belajar mandiri.
Melansir infoHealth yang mengutip South China Morning Post, Selasa (4/11/2025), insiden itu terjadi di sebuah sekolah di Hengzhou, Nanning, wilayah otonomi Zhuang. Saat itu, kelas dalam sesi belajar mandiri karena guru yang bersangkutan sedang cuti sementara.
Para siswa lalu usul untuk menonton film dalam sesi belajar mandiri. Setelah mendapat izin dari wali kelas, mereka lantas menonton film horor yang tidak disebutkan judulnya.
Zihan mulai menunjukkan tanda-tanda psikologis aneh, seperti berbicara tidak jelas dan kebingungan mental saat mengobrol tepat pada malam hari setelah menonton film horor itu. Orang tua Zihan panik dan segera melarikannya ke rumah sakit.
Dokter mendiagnosis Zihan mengalami gangguan psikotik akut dan sementara. Kondisi tersebut ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas secara tiba-tiba yang dipicu oleh tekanan psikologis.
Orang tua Zihan meyakini kondisi mental yang diderita putrinya dipicu oleh film horor tersebut. Mereka lantas mengajukan gugatan hukum dan menuntut kompensasi sebesar 30 ribu yuan (Rp 69,7 juta) kepada pihak sekolah karena dianggap lalai memberikan pengawasan pendidikan yang semestinya.
Pengadilan mencatat Zihan tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan jiwa sebelumnya, begitupun keluarganya. Namun pihak sekolah hanya bersedia menanggung 10 persen tanggung jawab karena menganggap Zihan mengalami ‘kondisi khusus’ atau ‘kondisi tersembunyi’ dan tidak ada kaitannya dengan sekolah.
Pihak sekolah menjelaskan telah membeli asuransi tanggung jawab untuk Zihan dengan batas perlindungan sebesar 500 ribu yuan (Rp 1,1 miliar). Asuransi tersebut juga berlaku bagi lebih dari 5 ribu siswa di sekolah itu.
Pengadilan Rakyat Hengzhou akhirnya memutuskan sekolah memikul 30 persen tanggung jawab akibat penyakit yang diderita Zihan. Pihak sekolah juga mesti memerintahkan perusahaan asuransi untuk membayar kompensasi sebesar 9.182 yuan kepada Zihan untuk menutupi kerugian ekonominya.
Pengadilan menyimpulkan gangguan yang diderita Zihan merupakan bentuk kegagalan sekolah dalam melakukan pengawasan. Sementara partisipasi sukarela Zihan juga dianggap sebagai faktor utama yang memperburuk kondisinya.







