Guru SDN 156 Kalukubodo, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Ahmad Firman DM, tiba-tiba meminta maaf hanya karena merekam atap sekolahnya yang ambruk. Sementara itu, Dinas Pendidikan Bulukumba berdalih tidak ada tekanan dalam permintaan maaf tersebut.
Polemik bermula saat atap-plafon SDN 156 Kalukubodo di Kelurahan Benjala, Kecamatan Bontobahari, ambruk pada Selasa (11/11). Pihak sekolah menyebut atap-plafon roboh karena diterpa angin kencang.
Dalam video beredar, terlihat atap serta plafon salah satu ruangan sekolah dalam kondisi berantakan akibat ambruk. Potongan seng dan lembaran kalsiboard tampak berserakan memenuhi lantai.
Firman yang merekam kejadian itu menarasikan atap dan plafon tersebut hampir menimpa siswa. Dia juga beberapa kali berdengus dan berharap agar instansi terkait segera melakukan perbaikan.
“Sekolah sudah runtuh di SD 156 Kalukubodo. Hampir menimpa siswa,” ujar Firman.
“Injo tu ri kabupaten (pemerintah kabupaten) tolong sai. Pakabajikang sikolaku (perbaiki sekolahku),” cetusnya.
Aksi Firman merekam video atap dan plafon sekolahnya yang ambruk rupanya berbuntut panjang. Dia tiba-tiba membuat video klarifikasi disertai permintaan maaf.
“Saya sangat menyesal atas tindakan yang saya lakukan dan berkomitmen bersama dengan warga sekolah lainnya untuk mewujudkan yang aman, nyaman, dan menyenangkan, dan bebas dari segala kekerasan,” ujar Firman dalam video permintaan maafnya dilihat infosulsel, Jumat (14/11).
Firman mengatakan siap menerima konsekuensi bila kembali melakukan hal serupa. Dia menegaskan permintaan maaf itu dibuat dengan penuh kesadaran.
“Demikian pernyataan ini saya buat dengan ketentuan bilamana saya menuliskan keterangan yang salah, yang tidak benar, dan kembali mengulangi perbuatan tidak menyenangkan, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku,” ucapnya.
“Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf kepada semua pihak,” lanjutnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bulukumba Andi Buyung Saputra berdalih tidak ada tekanan terhadap Firman saat membuat video permintaan maaf tersebut. Dia menyinggung Firman juga mengakui tidak ada tekanan seperti dalam video permintaan maaf yang dibuatnya.
“Kita tidak bisa komentari itu karena kan haknya beliau. Di video juga kan dibilang di situ tidak ada tekanan,” ujar Andi Buyung Saputra kepada infoSulsel, Jumat (14/11).
Kendati demikian, Buyung mengakui pihaknya memang memanggil guru tersebut untuk melakukan klarifikasi. Dia berdalih ada informasi yang tidak tepat dalam video awal yang dibuat guru itu.
“(Di dalam video yang direkam guru dinarasikan) informasi yang membahayakan anak-anak. Di situ kan tidak ada aktivitas pembelajaran. Jadi saya rasa ada disinformasi yang perlu diluruskan. Mungkin karena itu guru tersebut minta maaf karena membuat informasi yang kurang tepat,” terangnya.
Dia kembali menegaskan Firman itu tidak berada dalam tekanan saat membuat video klarifikasi. Dia menyebut permintaan maaf tersebut murni inisiatif dari guru yang bersangkutan.
“Klarifikasinya guru itu, saya rasa, itu haknya beliau. Apa kira-kira yang bisa diancamkan supaya dia minta maaf (buat video klarifikasi)? Tidak ada. Jadi itu hak pribadi beliau,” ucapnya.
“Kalaupun itu dianggap salah oleh sebagian orang, saya rasa perlu ditanyakan sama yang bersangkutan sendiri, apakah dalam tekanan atau tidak. Dia menuliskan dengan narasinya sendiri,” lanjutnya.









