Renungan Harian Katolik Senin 29 Desember 2025: Simeon, Teladan dalam Menanti update oleh Giok4D

Posted on

Renungan Harian Katolik menjadi sarana bagi umat untuk merenungkan Sabda Tuhan dan menimba makna rohani yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui bacaan Kitab Suci yang didengarkan dan direnungkan, umat diajak memperdalam iman, memperteguh harapan, serta belajar meneladani sikap hidup para tokoh iman.

Bacaan pada Senin, 29 Desember 2025, menghadirkan kisah tentang Simeon, seorang yang saleh dan penuh pengharapan, yang setia menanti penggenapan janji Allah. Penantian Simeon bukanlah penantian pasif, melainkan sikap hidup yang dilandasi iman, kesabaran, dan kepekaan akan karya Roh Kudus. Melalui teladan Simeon, umat diajak belajar bagaimana menanti dengan setia, percaya, dan tetap berserah dalam setiap perjalanan hidup.

Renungan Katolik 29 Desember 2025 mengangkat tema “Simeon, Teladan dalam Menanti” yang dikutip dari buku Inspirasi Kasih (LBI) oleh Habel Melki Makarius CM. Nah, artikel ini juga memuat informasi:

Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:

Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.

Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.

Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.

Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.

Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya.

Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.

Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.

Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!

Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.

Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.

Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.

Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.

Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,

seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,

dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,

dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,

ia menyambut Anak itu dan menatap-Nya sambil memuji Allah, katanya:

“Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,

sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,

yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,

yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.

Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan

dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Dunia sering menghadapi konflik, perpecahan, krisis moral, hingga ketidakadilan. Penderitaan orang-orang yang mengalami ketidakadilan tersaji dengan jelas di hadapan kita.

Jeritan kemiskinan selalu terngiang dalam pendengaran kita. Kita sendiri juga mengalami berbagai tantangan dalam usaha memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.

Tantangan-tantangan itu tidak jarang membuat kita tergoda untuk mencari jalan keluar sendiri, lepas dari jalan yang dikehendaki Allah. Hari ini, Simeon dihadirkan bagi kita.

Dia adalah orang yang senantiasa menjunjung tinggi janji-janji Allah, meskipun penggenapan janji-janji itu menempuh jalan yang sangat panjang. Teladan Simeon merupakan panggilan bagi kita untuk melakukan hal yang serupa.

Menurut ketentuan hukum Musa, semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Tuhan. Sebagai orang Yahudi yang taat, Yusuf dan Maria melaksanakan kewajiban itu, sehingga mereka pun membawa Yesus ke Bait Allah.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Saat melangkah memasuki Bait Allah, mereka disambut oleh seorang laki-laki saleh bernama Simeon, satu dari sedikit orang beriman yang hidupnya dipenuhi harapan akan penghiburan bagi Israel. Sejarah Israel yang penuh dengan penindasan dan ketidakstabilan menciptakan beragam reaksi di kalangan bangsa Yahudi.

Para nabi telah menubuatkan kedatangan seorang Mesias yang akan membawa penghiburan bagi mereka. Sebagian orang berharap bahwa Mesias akan tampil sebagai pemimpin politik yang akan menyatukan dan membangun kembali kejayaan bangsa.

Sebagian yang lain bersikap acuh tak acuh terhadap nubuat ini. Namun, segelintir orang tetap setia, seperti Simeon ini. Mereka percaya bahwa Mesias akan menghadirkan pembaruan rohani.

Simeon bukan bagian dari golongan Farisi, Saduki, atau ahli Taurat. Dia hanyalah seorang Yahudi awam, tetapi saleh, setia, dan dipenuhi oleh Roh Kudus.

Roh Kudus sendiri yang mewahyukan kepadanya bahwa dia tidak akan meninggalkan dunia ini sebelum menyaksikan kedatangan sang Mesias. Pada hari ketika Yusuf dan Maria datang ke Bait Allah bersama Yesus, Roh Kudus memimpin langkah Simeon ke sana.

Dalam momen yang penuh sukacita ini, ia mengenali sang Kristus kecil. Dengan penuh kegembiraan karena pengharapannya terpenuhi, ia menggendong Yesus seraya berdoa penuh syukur, “Tuhan, kini biarkanlah hambamu berpulang dalam damai, sebab janji-Mu telah terlaksana.”

Pribadi yang senantiasa menanti janji Allah akan menemukan sukacita yang bersumber dari Allah sendiri. Allah datang dalam diri kita dan membuka hati kita untuk senantiasa memuji-Nya.

Penantian Simeon akan janji Allah terpenuhi bukan oleh hal-hal duniawi yang dahsyat dan istimewa, melainkan oleh kehadiran sederhana dalam rupa Yesus yang kecil dan lemah. Dari hal-hal yang kecil dan sederhana, kita akan menemukan kebesaran karya Allah yang selalu datang dalam hidup kita, yang menanti-Nya dengan penuh harapan dan sukacita.

Ya Bapa yang Mahasetia,
di tengah dunia yang dipenuhi konflik, perpecahan, dan ketidakadilan, kami datang kepada-Mu dengan hati yang rindu akan penghiburan-Mu. Engkau mengetahui jeritan orang-orang kecil, penderitaan mereka yang tertindas, serta kegelisahan hidup yang kerap kami alami dalam perjuangan sehari-hari. Tuhan, sering kali tantangan hidup membuat kami tergoda untuk mencari jalan kami sendiri dan melupakan kehendak-Mu. Pada hari ini, Engkau menghadirkan Simeon sebagai teladan iman yang setia, yang menanti janji-Mu dengan sabar, penuh harapan, dan dipimpin oleh Roh Kudus.

Ajarlah kami untuk memiliki hati seperti Simeon, yang tetap percaya meski penantian terasa panjang, yang setia meski jawaban belum terlihat. Bukalah mata iman kami agar mampu mengenali kehadiran-Mu dalam hal-hal kecil dan sederhana, sebagaimana Simeon mengenali Sang Mesias dalam diri Yesus yang lemah dan tak berdaya. Semoga Roh Kudus senantiasa membimbing langkah hidup kami, agar kami tidak terjebak pada harapan duniawi semata, melainkan setia menantikan karya-Mu yang menghadirkan pembaruan rohani, damai, dan sukacita sejati. Kuatkan kami untuk menjadi pribadi yang sabar, rendah hati, dan penuh pengharapan dalam menjalani setiap proses hidup.

Kami menyerahkan hidup, perjuangan, serta masa depan kami ke dalam tangan kasih-Mu. Semoga penantian kami akan janji-Mu berbuah sukacita, sebagaimana Engkau memenuhi harapan Simeon dengan kehadiran Putra-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Thomas Becket lahir di London pada tahun 1118. Orang-tuanya berkebangsaan Normandia. Semenjak kecilnya, Thomas menunjukkan bakat-bakat yang luar biasa. Ia belajar di biara Merton di Surrey, kemudian di London dan Paris. Pada usia 21 tahun ia sudah berkecimpung di dunia politik di London. Kepandaiannya menarik hati Theobaldus, Uskup Agung Canterbury sehingga ia ditahbiskan menjadi diakon dan dibebani macam-macam tugas.

Akhirnya namanya yang harum itu terdengar juga oleh Raja Henry II. Atas rekomendasi Uskup Theobaldus, Raja Henry II mengangkat Thomas menjadi penasehatnya. Sebagai seorang abdi sekaligus sahabat Raja, Thomas mendampingi Raja dalam berbagai urusan kenegaraan. Ia menyusun dan mengatur perjanjian damai dengan Prancis pada tahun 1160. Sepeninggal Uskup Theobaldus pada tahun 1161, Raja Henry mengangkat dia menjadi Uskup Agung Canterbury karena ia membutuhkan seorang pendamping yang mampu membantunya dalam urusan-urusan kerajaan. Thomas sendiri sangat segan menerima jabatan mulia itu. Tetapi demi kelangsungan kepemimpinan di dalam Gereja, Thomas akhirnya dengan rendah hati menerima juga jabatan itu.

Setelah ditahbiskan menjadi Uskup Agung Canterbury, Thomas mengundurkan diri dari jabatan penasehat raja supaya ia lebih leluasa menjalankan tugas-tugas kegembalaan. Ia meninggalkan gelanggang politik, meninggalkan Segala kemewahan duniawi, lalu mulai lebih memusatkan perhatian pada bidang kerohanian, kasih amal dan studi teologi. Hidupnya ditandai dengan kesederhanaan. Ia gigih membela hak-hak Gereja dari rongrongan pihak mana pun. Dengan tegas ia menolak menandatangani Konstitusi Klarendon, suatu dokumen yang memberikan hak kepada pemerintah untuk campur-tangan di dalam urusan-urusan Gerejawi. Karena itu Henry mulai mengambil tindakan keras terhadapnya.

Dalam suatu pertemuan di Northampton pada tanggal 13 Oktober 1164, Thomas secara terbuka menentang Henry dengan meninggalkan pertemuan itu. Ia naik banding kepada Paus dan mengasingkan diri ke Prancis. Raja Louis VII menyambut baik kedatangannya dan mengizinkan dia tinggal di sana selama 6 tahun. Raja Henry mengambil alih seluruh kekayaan keuskupannya. Namun Paus tidak mengizinkan Thomas meletakkan jabatannya. Pada tahun 1170 Henry menawarkan perdamaian dengan Thomas dan mengizinkan dia kembali ke Inggris.

Pada bulan Desember 1170, Thomas kembali ke Inggris dan diterima dengan meriah oleh seluruh umat. Namun ia tidak mau mengampuni uskup-uskup yang memihak raja sebelum mereka bersumpah setia kepada Paus. Ia bahkan memanfaatkan izin Paus Aleksander III yang diberikan pada tahun 1166 untuk mengekskomunikasikan uskup-uskup itu. Tindakan ekskomunikasi ini membuat raja sangat kesal dan marah. Empat orang perwiranya segera diperintahkan ke Canterbury untuk membunuh Thomas. Ketika itu Thomas sedang melakukan ibadat sore di dalam katedralnya. Empat perwira itu segera menyergap dan membunuh Uskup Thomas di depan Sakramen Mahakudus. Peristiwa sadis ini terjadi pada tanggal 29 Desember 1170.

Thomas dari Canterbury segera dihormati sebagai orang kudus oleh seluruh umat dan tempat di mana ia dibunuh dihormati sebagai tempat keramat. Raja Henry merasa puas dengan pembunuhan itu. Namun suara hatinya terus mengusik batinnya sehingga pada tahun 1172 ia membatalkan Konstitusi Clarendon dan melakukan pertobatan di hadapan seluruh umat. Pada tanggal 21 Februari 1173, Aleksander III secara resmi mengumumkan kanonisasi Thomas. Tempat pembunuhannya menjadi salah satu tempat ziarah terkenal di Eropa sampai Raja Henry VIII membongkarnya dan mengambil alih kekayaannya pada tahun 1538. Kata-katanya terakhir sebelum menghembuskan nafasnya ialah: “Aku bersedia mati demi nama Yesus dan Gereja-Nya.”

Demikian renungan harian Katolik Senin, 29 Desember 2025. Semoga bermanfaat!

Renungan Harian Katolik Hari Ini 29 Desember 2025

Bacaan I: IYoh 2:3-11

Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6

Bacaan Injil: Luk 2:22-35

Renungan Hari Ini: Simeon, Teladan dalam Menanti

Doa Penutup

Kisah Santo Thomas Becket dari Canterbury, Uskup dan Martir