Mahasiswi Unima Tewas Tergantung Sempat Surati Dekan soal Dilecehkan Dosen

Posted on

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Mahasiswi Universitas Negeri Manado (Unima) berinisial EMM ternyata sempat mengirim surat yang ditujukan kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) sebelum ditemukan tewas tergantung di Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut). Surat tersebut berisi laporan pelecehan yang dilakukan oknum dosen inisial DM terhadap dirinya.

Dalam surat yang dilihat infocom, korban EMM menuliskannya dengan tulisan tangan. Surat tersebut ditulis pada 16 Desember 2025 dengan keterangan perihal pengaduan dugaan tindak pelecehan.

Surat itu dilengkapi dengan nama, NIM, program studi, fakultas, nomor telepon, serta email korban. Dia turut menyertakan nama terlapor yang berstatus dosen.

“Dengan ini menyatakan bahwa saya mengajukan laporan terkait dengan tindak pelecehan,” tulis korban EMM mengawali suratnya.

EMM kemudian menceritakan kronologi pelecehan yang dialaminya. Dia menyebut kejadian pelecehan terjadi pada 12 Desember 2025 yang dimulai dari percakapan WhatsApp.

Korban mengaku diminta untuk memijat dosen DM dengan dalih capek namun dia menolak. Belakangan DM mengalihkan pembicaraan dan membahas mengenai rekapan nilai yang sebenarnya sudah selesai.

Singkat cerita, korban EMM diajak naik ke mobil dosen DM. Di situlah sang dosen disebut melakukan aksinya melecehkan korban hingga EMM sempat menangis di dalam mobil.

Di akhir suratnya, korban EMM mengaku trauma dan ketakutan setelah mengalami perlakukan tersebut. Dia takut dirinya menjadi pembicaraan orang-orang yang melihatnya naik ke mobil DM sehingga membuatnya tertekan.

“Dampak yang saya dapat adalah trauma dan ketakutan. Saya takut bila bertemu mner (dosen DM), saya malu jika ada mahasiswa yang melihat saya turun atau naik di mobilnya, akan jadi pembicaraan. Saya tertekan dengan masalah tersebut,” tulis korban.

Terkait surat tersebut, infocom telah mengonfirmasi Dekan FIPP Unima, Aldjon Dapa. Namun Aldjon Dapa hingga kini belum memberikan respons.

Korban kemudian ditemukan tewas tergantung di indekosnya, Kelurahan Matani Satu, Kecamatan Tomohon Tengah, Selasa (30/12). Kasat Reskrim Polres Tomohon Iptu Royke Raymon Yafet Mantiri mengatakan korban diduga murni bunuh diri sebab berdasarkan hasil olah TKP dan visum luar tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan.

“Berdasarkan olah TKP itu murni gantung diri,” ujar Royke kepada wartawan, Rabu (31/12).

Kapolres Tomohon AKBP Nur Kholis turut membenarkan korban diduga bunuh diri. Namun dia mengaku tetap mendalami dugaan pelecehan di balik aksi nekat korban mengakhiri hidupnya.

“Kami masih dalam penyelidikan terkait hal itu (bunuh diri dan dugaan pelecehan),” kata AKBP Nur Kholis.

Nur Kholis menegaskan pihaknya profesional dalam menyelidiki penyebab kematian korban. Dia menyebut pihak keluarga korban juga sudah membuat laporan di SPKT Polda Sulut.

“Perkembangan terakhir pihak keluarga membuat laporan di SPKT Polda Sulut. Berarti perkembangan lebih lanjut ranahnya di Polda Sulut,” ujarnya.

Mahasiswi EMM Ditemukan Tewas Tergantung

Korban mengaku diminta untuk memijat dosen DM dengan dalih capek namun dia menolak. Belakangan DM mengalihkan pembicaraan dan membahas mengenai rekapan nilai yang sebenarnya sudah selesai.

Singkat cerita, korban EMM diajak naik ke mobil dosen DM. Di situlah sang dosen disebut melakukan aksinya melecehkan korban hingga EMM sempat menangis di dalam mobil.

Di akhir suratnya, korban EMM mengaku trauma dan ketakutan setelah mengalami perlakukan tersebut. Dia takut dirinya menjadi pembicaraan orang-orang yang melihatnya naik ke mobil DM sehingga membuatnya tertekan.

“Dampak yang saya dapat adalah trauma dan ketakutan. Saya takut bila bertemu mner (dosen DM), saya malu jika ada mahasiswa yang melihat saya turun atau naik di mobilnya, akan jadi pembicaraan. Saya tertekan dengan masalah tersebut,” tulis korban.

Terkait surat tersebut, infocom telah mengonfirmasi Dekan FIPP Unima, Aldjon Dapa. Namun Aldjon Dapa hingga kini belum memberikan respons.

Korban kemudian ditemukan tewas tergantung di indekosnya, Kelurahan Matani Satu, Kecamatan Tomohon Tengah, Selasa (30/12). Kasat Reskrim Polres Tomohon Iptu Royke Raymon Yafet Mantiri mengatakan korban diduga murni bunuh diri sebab berdasarkan hasil olah TKP dan visum luar tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan.

“Berdasarkan olah TKP itu murni gantung diri,” ujar Royke kepada wartawan, Rabu (31/12).

Kapolres Tomohon AKBP Nur Kholis turut membenarkan korban diduga bunuh diri. Namun dia mengaku tetap mendalami dugaan pelecehan di balik aksi nekat korban mengakhiri hidupnya.

“Kami masih dalam penyelidikan terkait hal itu (bunuh diri dan dugaan pelecehan),” kata AKBP Nur Kholis.

Nur Kholis menegaskan pihaknya profesional dalam menyelidiki penyebab kematian korban. Dia menyebut pihak keluarga korban juga sudah membuat laporan di SPKT Polda Sulut.

“Perkembangan terakhir pihak keluarga membuat laporan di SPKT Polda Sulut. Berarti perkembangan lebih lanjut ranahnya di Polda Sulut,” ujarnya.

Mahasiswi EMM Ditemukan Tewas Tergantung