Puasa Tarwiyah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan dua hari sebelum Idul Adha, tepatnya pada tanggal 8 Dzulhijjah. Puasa ini termasuk salah satu dari amalan yang dianjurkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Berdasarkan hasil sidang isbat penetapan awal Dzulhijjah 1446 H, pemerintah menetapkan 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada hari Rabu, 28 Mei 2025. Maka dari itu, puasa Tarwiyah 2025 dilaksanakan pada hari Rabu, 4 Juni 2025.
Bagi umat Islam yang ingin mengerjakan puasa sunnah ini, berikut bacaan niat puasa Tarwiyah lengkap Arab, Latin, dan artinya. Yuk, disimak!
Dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag), berikut niat puasa Tarwiyah:
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillāhi Ta’ala.
Artinya: “Saya berniat melakukan puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”
Mengutip buku Rahasia Puasa Sunnah oleh Ahmad Syahirul Alim, Lc M Pd I, niat puasa sunnah dapat dilaksanakan mulai Matahari terbenam hingga siang hari selama belum makan dan minum pada pagi harinya. Hal ini berlandaskan pada sebuah riwayat dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha:
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
عن عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ : دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَقُلْنَا لَا قَالَ فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ
Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata; Pada suatu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemui dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” kami menjawab, Tidak.” Beliau bersabda: “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun bersabda: “Bawalah kemari, sungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” (HR. Muslim)
Ketentuan tersebut juga berlaku bagi puasa sunnah Tarwiyah. Namun para ulama membatasi waktu siang hari yaitu sebelum Matahari tergelincir atau condong ke arah barat.
Dikutip dari laman Rumaysho, tidak ditemukan hadits sahih yang menjelaskan secara khusus keutamaan puasa Tarwiyah. Hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan puasa sunnah ini banyak yang tergolong hadits lemah (dhaif) atau bahkan palsu (maudhu’).
Kendati demikian, berpuasa di hari tersebut tetap bisa dilaksanakan dengan dilandaskan pada dalil tentang keutamaan beramal di awal Dzulhijjah. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim).
Dari hadits ini, diketahui bahwa setiap amal saleh, termasuk puasa sunah, sangat dianjurkan dilakukan pada awal Dzulhijjah. Maka, puasa Tarwiyah termasuk amalan yang memiliki keutamaan besar di sisi Allah SWT.
Selain itu, berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah termasuk pada 8 Dzulhijjah merupakan amalan yang dikerjakan Rasulullah SAW. Hadits dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dengan begitu, mengerjakan puasa Tarwiyah sama halnya meneladani Rasulullah SAW.
Itulah niat puasa Tarwiyah lengkap waktu membaca dan keutamaannya. Semoga bermanfaat!