Hari Jumat Agung jatuh pada tanggal 18 April 2025. Lantas, apa itu Jumat Agung?
Setiap tahunnya, umat kristiani di seluruh dunia memperingati Jumat Agung sebagai salah satu momen paling sakral. Jumat Agung bukan sekadar hari libur keagamaan, tetapi merupakan waktu bagi umat mengenang pengorbanan Yesus Kristus.
Di balik peringatannya, Jumat Agung memiliki sejarah panjang. Di bawah ini ulasan selengkapnya mengenai sejarah, makna, hingga rangkaian ibadahnya.
Yuk, disimak!
Mengutip dari laman Christianity.com, Jumat Agung adalah momen untuk mengenang hari wafatnya Yesus Kristus. Namun, penyebutan istilah “Jumat Agung” bisa terdengar janggal, karena secara sekilas, hari tersebut lebih tepat disebut sebagai “Jumat yang Buruk” atau istilah lain yang menunjukkan kesedihan.
Justin Holcomb, seorang pastor episkopal, menjelaskan bahwa memang ada beberapa tradisi Kristen yang menggunakan sebutan yang lebih menonjolkan aspek dukanya. Sebagai contoh, dalam bahasa Jerman, hari tersebut disebut Karfreitag, yang berarti “Jumat yang Berduka”.
Sementara itu, dalam bahasa Inggris, banyak yang meyakini bahwa istilah Good Friday berasal dari frasa lama God’s Friday atau “Jumat Tuhan”. Meskipun hari itu dipenuhi penderitaan bagi Yesus, penggunaan istilah Good Friday tetap dianggap tepat.
Sebab, tanpa pengorbanan Yesus di kayu salib, tidak akan ada perayaan kemenangan dalam Paskah. Apa yang terlihat sebagai keberhasilan kejahatan justru menjadi bagian dari rencana Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Sebagaimana ayat Alkitab dalam Roma 3: 25-26, firman Allah berbunyi:
“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya adalah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.”
Dilansir dari National Today, perayaan Jumat Agung berawal dari sebagian besar denominasi Kristen, termasuk Katolik, Ortodoks Timur, Lutheran, dan lainnya. Jumat Agung dikenal sebagai hari yang penuh makna spiritual.
Banyak umat berpuasa, mengikuti kebaktian khusus, dan terlibat dalam prosesi atau ritus keagamaan yang memperingati penderitaan dan kematian Kristus. Jumat Agung merupakan bagian dari Trihari Suci (Triduum Paskah) dan berlangsung selama Pekan Suci, yang berpuncak pada Minggu Paskah.
Di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara yang didominasi umat Katolik dan Anglikan, perayaan ini dijadikan sebagai hari libur nasional. Hal tersebut menandakan pentingnya momen tersebut dalam kehidupan umat beriman.
Tradisi memperingati Jumat Agung telah ada sejak abad ke-4. Praktik puasa dan menahan diri dalam suasana duka adalah cara kuno umat Kristen meratapi kematian Kristus. Meskipun asal usul istilah “Jumat Agung” masih diperdebatkan, beberapa teori menyebutkan bahwa istilah tersebut berasal dari frasa lama “God’s Friday” atau “Jumat Tuhan.”
Ada pula yang meyakini bahwa kata “Agung” dipakai karena makna mendalam dari pengorbanan Yesus-pengorbanan terbesar bagi keselamatan umat manusia. Walaupun hari itu merupakan salah satu hari tergelap dalam sejarah karena penyaliban Yesus, umat Kristen percaya bahwa pengorbanan ini membuka jalan bagi penebusan dosa dan harapan akan kebangkitan.
Dilansir dari laman resmi Gereja Kalvari Jakarta Timur, Jumat Agung memiliki makna mendalam karena mengenang wafatnya Yesus Kristus di kayu salib di bukit Kalvari. Jumat Agung merupakan momen penuh duka, refleksi penebusan dosa, serta saat umat menjalankan pantang dan puasa.
Hari ini diperingati sebagai wujud pengorbanan Yesus yang dengan rela menanggung penderitaan dan mati disalib demi keselamatan umat manusia (1 Yohanes 1:10). Dalam iman Kristiani, hari ini dianggap sangat penting karena menandai momen penebusan dosa umat manusia oleh Yesus melalui kematianNya di kayu salib.
Rasul Paulus menyebut kematian Yesus, penguburan-Nya, dan kebangkitan pada hari ketiga sebagai inti dari Injil dan peristiwa terpenting dalam iman Kristen, yang semuanya telah dinubuatkan dalam Kitab Suci (1 Korintus 15:3).
“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.”
Dalam Ibrani 12:2 dijelaskan bahwa karena sukacita yang menanti di depan-Nya, Yesus rela menanggung salib, sebuah pengorbanan yang membawa pada kebangkitan, keselamatan umat manusia, dan awal dari pemerintahan Allah yang penuh damai dan kebenaran.
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”
Melansir laman National Catholic Register, Ibadah Jumat Agung bukanlah misa Ekaristi, melainkan sebuah upacara khusus yang berfokus pada mengenang penderitaan dan wafatnya Tuhan Yesus.
Karena itu, dalam perayaan ini tidak dilakukan konsekrasi Ekaristi Kudus. Hal ini disebabkan oleh hosti yang telah dikonsekrasi sebelumnya dan disimpan pada malam sebelumnya, yakni saat perayaan Kamis Putih.
Rangkaian ibadah Jumat Agung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Liturgi Sabda, Penghormatan terhadap Salib, dan Ritus Komuni.
Berikut uraian lengkap dari masing-masing bagian:
Bagian pertama dari ibadah ini adalah Liturgi Sabda, yang mencakup tiga bacaan Kitab Suci yang menyoroti pengorbanan Yesus Kristus.
Bacaan pertama adalah nubuat dari Nabi Yesaya mengenai hamba yang menderita. Bacaan kedua diambil dari surat kepada umat Ibrani yang menekankan peran Yesus sebagai Imam dan korban persembahan.
Bacaan ketiga adalah kisah sengsara Tuhan menurut Injil Yohanes. Setelah ketiga bacaan tersebut, imam menyampaikan homili.
Yang menjadi ciri khas Liturgi Sabda Jumat Agung adalah doa umat beriman, yang berbeda dari hari Minggu biasa karena memiliki struktur tetap dengan sepuluh intensi atau maksud doa. Doa-doa ini dimulai dari permohonan untuk gereja dan meluas secara bertahap ke seluruh umat manusia.
Urutan doanya dimulai dengan permohonan bagi gereja, paus, para imam dan umat, kemudian dilanjutkan dengan mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk menerima baptisan.
Selanjutnya, didoakan juga kesatuan umat Kristiani, umat Yahudi sebagai penerima perjanjian pertama, orang-orang yang mengenal Tuhan tanpa mengenal Kristus, hingga mereka yang belum mengenal Tuhan.
Tak ketinggalan, doa yang dipanjatkan untuk para pemimpin pemerintahan serta semua orang yang tengah mengalami kesulitan. Setelah rangkaian doa tersebut selesai, maka bagian Liturgi Sabda pun berakhir.
Elemen penting dalam ibadah Jumat Agung adalah ritus penghormatan terhadap salib. Salib dalam konteks ini menjadi simbol utama ketaatan dan pengorbanan Yesus, sehingga menduduki tempat istimewa dalam perayaan liturgi ini.
Tradisi penghormatan salib ini dipercaya berasal dari abad keempat dan bermula di Yerusalem. Dalam prosesi, seorang imam atau pendeta membawa salib kayu yang awalnya tertutup, kemudian secara perlahan dibuka saat menuju altar.
Setibanya di altar, salib diletakkan di tempat khusus, dan seluruh umat serta selebran diberikan kesempatan untuk menghormatinya-biasanya dengan mencium salib. Karena salib mewakili satu-satunya Tuhan dan Juruselamat, penghormatan ini dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan ketenangan, tanpa tergesa-gesa.
Setelah penghormatan salib selesai, ibadah dilanjutkan dengan penerimaan Komuni oleh umat. Karena Jumat Agung bukan misa Ekaristi, maka tidak ada persembahan, Doa Syukur Agung, maupun konsekrasi yang dilakukan dalam perayaan ini.
Hosti yang diberikan kepada umat berasal dari konsekrasi yang dilakukan pada Kamis Putih. Ritus Komuni diawali dengan persiapan altar, lalu Sakramen Mahakudus dibawa dengan khidmat ke altar.
Imam kemudian memimpin doa, termasuk Doa Bapa Kami. Namun, dalam ritus ini tidak ada salam damai seperti dalam misa biasa. Setelah itu, hosti dibagikan kepada umat. Setelah semua menerima Komuni, Sakramen Mahakudus disimpan kembali, dan perayaan ditutup dengan Doa Pasca-Komuni.
Demikianlah ulasan mengenai Jumat Agung 2025. Semoga bermanfaat, infoers!