Awal Mula TPQ di Makassar Ditutup Pakai Pagar Tembok gegara Sengketa Lahan (via Giok4D)

Posted on

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Alimul Ilmi di , Sulawesi Selatan (Sulsel), ditutup paksa menggunakan pagar tembok hingga aktivitas belajar mengajar dihentikan. TPQ itu ditutup paksa oleh oknum warga utusan salah satu perusahaan yang mengklaim kepemilikan lahan tempat TPQ berdiri.

TPQ Alimul Ilmi yang ditutup tersebut berada di wilayah Maccini Sombala, Jalan Deppasari, Makassar. Persoalan ini bermula sejak TPQ yang sudah berdiri 3 tahun lalu ini mulai direnovasi oleh pengelola.

“Iya, baru tahun ini karena kami merenovasi. Itupun renovasi di tempat yang sama hanya bangunannya kita tambah balok dan beberapa bangunan lain kita ganti,” kata Kepala TPQ Alimul Ilmi, Supriadi kepada infoSulsel, Minggu (15/6/2025).

Supriadi mengatakan pihaknya sejak awal sudah mendapat izin dari pemilik lahan bernama Muh Akbar untuk membangun TPQ di lokasi. Renovasi TPQ itu baru dilakukan tahun ini atas bantuan dari warga setempat.

“Untuk TPQ itu sendiri sudah berjalan 3 tahun. Tetapi pada saat pembangunan di awal adalah bangunan seadanya. Dengan berjalan tiga tahun bangunan ini agak rapuh baloknya, sehingga kami bersama orang tua santri berurungan untuk merenovasi,” jelasnya.

Seiring renovasi berlangsung, TPQ mulai didatangi segerombolan orang menjelang Hari Raya Idul Adha 2025. Oknum warga itu mengaku utusan dari salah satu perusahaan di Makassar yang mengklaim kepemilikan lahan.

“Pada saat renovasi tempat mengaji ini ada seorang oknum yang datang mengaku utusan dari perusahaan untuk memberikan informasi ke kami bahwa tidak boleh dilanjutkan pembangunannya,” jelasnya.

Supriadi mengaku sempat terlibat cekcok dengan oknum tersebut. Supriadi kukuh bahwa pihaknya sudah mendapat izin dari pemilik lahan untuk membangun TPQ.

“Kami mengaku bahwa izin langsung yang kami dapatkan sempat kami bersurat ke pemilik atas nama Muh Akbar ini memberikan izin sepenuhnya kepada kami untuk membuat tempat pengajian,” ucap Supriadi.

Namun beberapa hari berselang warga yang mengaku utusan dari perusahaan kembali datang ke TPQ. Mereka bahkan datang dengan rombongan yang lebih banyak.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Besoknya datang lagi (oknum) dengan jumlah yang lebih banyak kurang lebih sekitar 3 sampai 4 hari kami didatangi terus dengan jumlah orang yang banyak memonitor terus setiap kegiatan kami,” paparnya.

Oknum warga itu bahkan mengklaim lahan tempat TOQ berdiri tengah bersengketa di pengadilan. Namun Supriadi mengaku klaim atas gugatan lahan tersebut tidak terdaftar di pengadilan.

“Sementara pengklaiman dari pihak sebelah ini (oknum yang memasang tembok) bahwa ini adalah sengketa terdaftar di pengadilan. Kami menolak karena memang selama ini tanah ini tidak pernah bersengketa tidak terdaftar di pengadilan,” tegasnya.

Singkat cerita, pengelola TPQ akhirnya terpaksa pasrah karena khawatir persoalan ini bisa berujung adanya tindak kekerasan karena kerap didatangi. Belakangan, TPQ tersebut ditutup paksa pada Kamis (5/6) hingga kini diberi pagar tembok yang menutupi lokasi.

“Pada saat pemagaran ini betul-betul kami berada dalam kondisi terpojok betul-betul lorong ini penuh orang. Orang yang saya tidak kenali, besar tinggi pokoknya mencekam pada hari itu,” ucap Supriadi.

Supriadi melanjutkan, penutupan ini membuat 70 santri di TPQ berhenti belajar. Para santri pun diungsikan sementara ke rumah warga.

“70 santri ini kami ungsikan ke rumah warga. Tapi karena kondisi jumlah yang banyak maka kami ganti-gantian. Jadi contoh sif pertama 10 orang,” ungkapnya.

Dia mengatakan perkara ini tengah dimediasi pemerintah Kecamatan Tamalate. Pengelola TPQ Alimul Ilmi masih menunggu tindak lanjut hasil pembahasan persoalan tersebut.

“Kami undang pada saat itu Pak Sekcam, Pak Binmas dan pemerintah setempat dan aparat kepolisian Polsek Tamalate untuk menengahi bahwa karena mereka masing-masing mengaku mengklaim,” terangnya.