Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa renungan harian Katolik, Selasa, 18 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Selasa, 18 November adalah peringatan pemberkatan Gereja-gereja Basilik Santo Petrus dan Paulus. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah 2 Mak. 6:18-31, Mzm. 4:2-3,4-5,6-7, dan Luk. 19:1-10.
Renungan Katolik 17 November 2025 mengangkat tema “Kunjungan Penuh Kasih” dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh Yulius Sodah MSC. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Eleazar adalah seorang ahli Taurat yang utama. Ia sudah lanjut umurnya dan terhormatlah tampan rupanya. Ia dibuka mulutnya dengan kekerasan dan begitu dipaksa makan daging babi.
Tetapi dengan mengutamakan kematian terhormat dari pada hidup ternista ia menuju tempat pukulan dengan rela hati, setelah daging itu dimuntahkannya kembali.
Dan demikian mestinya tindakan orang yang berani menolak apa yang bahkan karena cinta kepada hidup sekalipun tidak boleh dikecap.
Tetapi para pengurus perjamuan korban yang tak halal menyendirikan Eleazar, oleh karena sudah lama mereka kenal baik dengan orang itu. Lalu mereka mengajak dia untuk mengambil daging yang boleh dipakai dan yang dapat disediakannya sendiri. Cukuplah kalau dari daging korban itu ia hanya pura-pura makan apa yang dititahkan raja.
Dengan berbuat demikian ia dapat meluputkan diri dari kematian dan mendapat perlakuan baik demi persahabatan lama di antara mereka.
Tetapi Eleazar mengambil keputusan mulia, yang pantas bagi umurnya, bagi kehormatan usianya, bagi ubannya yang jernih dan teramat mulia, pantas bagi cara hidupnya yang jernih sejak masa mudanya dan terlebih pantas bagi perundang-undangan suci yang diberikan oleh Allah sendiri. Dengan tegas dimintanya, supaya segera dikirim ke dunia orang mati saja.
Katanya: “Berpura-pura tidaklah pantas bagi umur kami, supaya janganlah banyak pemuda kusesatkan juga, oleh karena mereka menyangka bahwa Eleazar yang sudah berumur sembilan puluh tahun beralih kepada tata cara asing.
Boleh jadi mereka kusesatkan dengan berpura-pura demi hidup yang pendek dan fana ini dan dalam pada itu kuturunkan noda dan aib kepada usiaku.
Kalaupun sekarang aku lolos dari dendam dari pihak manusia, tetapi tidak dapatlah aku melarikan diri dari tangan Yang Mahakuasa, baik hidup maupun mati.
Dari sebab itu dengan berpulang sebagai lelaki aku sekarang mau menyatakan diri layak bagi usiaku.
Dengan demikian akupun meninggalkan suatu teladan luhur bagi kaum muda untuk dengan sukarela yang mulia mati bagi hukum Taurat yang mulia dan suci itu.” Setelah berkata demikian, Eleazar segera menuju tempat siksaan.
Adapun orang-orang yang mengantarnya ke sana merubah kesudian yang belum lama berselang mereka taruh terhadapnya menjadi permusuhan. Itu dikarenakan oleh perkataan yang baru diucapkan Eleazar dan yang mereka pandang sebagai kegilaan belaka.
Ketika sudah hampir mati karena pukulan-pukulan, maka mengaduhlah Eleazar, katanya: “Bagi Tuhan yang mempunyai pengetahuan yang kudus ternyatalah bahwa aku dapat meluputkan diri dari maut dan bahwa aku sekarang menanggung kesengsaraan hebat dalam tubuhku akibat deraan itu. Tetapi dalam jiwa aku menderita semuanya itu dengan suka hati karena takut akan Tuhan.”
Demikian berpulanglah Eleazar dan meninggalkan kematiannya sebagai teladan keluhuran budi dan sebagai peringatan kebajikan, tidak hanya untuk kaum muda saja, tetapi juga bagi kebanyakan orang dari bangsanya.
Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan? Sela
Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya.
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela
Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN.
Banyak orang berkata: “Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?” Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!
Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”
Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Seorang teman kuliah memutuskan untuk berpacaran dengan teman kelasnya yang dikenal sebagai bad boy. Teman-temannya sangat heran dengan keputusannya ini.
Ketika ditanya alasan memilih laki-laki dengan sifat yang cenderung agak nakal (bukan jahat), dia mengatakan, “Mungkin saja cinta saya bisa mengubah dirinya.” Setelah itu, pacarnya itu memang menunjukkan perubahan-perubahan.
Bagi saya, cara berpikir positif teman saya ini sangat mengagumkan, yakni bahwa kasih dapat mengubah segalanya. Seperti itulah kiranya cara berpikir Yesus terhadap umat-Nya.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini diceritakan berjumpa dengan Zakheus, seorang kepala pemungut pajak, yang terkenal amat kaya. Zakheus kemungkinan sudah mendengar cerita-cerita orang tentang Yesus.
Rasa ingin tahu Zakheus terhadap Yesus mulai mengubah dia. Dia menjadi penasaran dan mencari Yesus.
Ketika Yesus masuk ke Yerikho, sambutan orang-orang terhadap Yesus membuat Zakheus makin penasaran untuk mengenal orang seperti apa Yesus itu. Karena badannya pendek, Zakheus lalu memanjat pohon ara demi melihat Yesus.
Lukas menceritakan bahwa Yesus kemudian melihat Zakheus. Ia merasakan aura positif yang mulai keluar dari diri Zakheus, yakni aura perubahan.
Hasrat Zakheus untuk mengenal lebih jauh ditanggapi oleh Yesus. Dia berkata, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
Zakheus sangat bersukacita mendengar hal itu. Meskipun sering dianggap orang berdosa karena berprofesi sebagai pemungut pajak, dia tidak peduli dengan kata-kata orang tentang dirinya.
Zakheus berubah total secara nyata. Ia membagikan kekayaannya kepada orang miskin, serta mengembalikan uang hasil pemerasan yang dilakukannya.
Kunjungan Yesus yang penuh kasih dan keterbukaan hati Zakheus untuk mengenal dan menerima Yesus menciptakan suasana kegembiraan dan nuansa keselamatan. Perasaan dicintai, dihargai, dan diterima adalah kerinduan setiap orang, yang jika terpenuhi akan menciptakan kehidupan yang bahagia dan positif.
Seperti Zakheus, kita perlu terbuka untuk mengenal dan menerima Yesus yang selalu mau menjumpai kita dengan kasih-Nya. Zakheus mendapatkan kebutuhan terdalamnya untuk dicintai dan diterima, dan itu diperoleh dari Yesus.
Yesus selalu mau berkunjung dan menawarkan kasih-Nya kepada kita. Yang dibutuhkan dari kita adalah keyakinan bahwa kita ini anak-anak Abraham yang dikasihi Bapa.
Tuhan Yesus yang penuh kasih,
kami bersyukur atas kunjungan-Mu yang selalu hadir dalam hidup kami, meski sering kali kami tidak menyadarinya. Hari ini Engkau mengingatkan kami lewat kisah Zakheus, bahwa kasih-Mu mampu mengubah hati, membaharui hidup, dan mengangkat kami kembali menjadi pribadi yang Engkau cintai.
Ajarlah kami memiliki hati yang terbuka seperti Zakheus-hati yang mau mencari-Mu, mendengarkan-Mu, dan membiarkan kasih-Mu bekerja dalam diri kami. Berikanlah kami keberanian untuk melepaskan sikap dan kebiasaan lama yang menjauhkan kami dari terang-Mu.
Tuhan, mampukan kami juga untuk melihat orang lain dengan mata penuh kasih, sebagaimana Engkau memandang Zakheus. Jadikanlah kami pembawa sukacita, pengampunan, dan penerimaan bagi sesama.
Kunjungi dan tinggallah selalu dalam rumah hati kami, sebab tanpa-Mu kami tidak sanggup berjalan.
Kami percaya bahwa Engkau senantiasa menyertai, mengasihi, dan membimbing kami menuju hidup yang baru.
Amin.
Romanus adalah seorang diakon Gereja Sesarea. Oleh sejarawan Eusebius, riwayat hidupnya dihubungkan dengan para martir yang dibunuh di Palestina.
Karena kendatipun ia menjadi martir di Antiokia, namun ia berasal dari Palestina. Santo Yohanes Krisostomus juga memuji-muji dia dalam sebuah tulisannya; demikian juga Prudensius menggubah seuntai syair pujian untuk Romanus.
Maka cukuplah meyakinkan ketenaran diakon Romanus ini. Bagaimanapun juga sumber informasi tentang riwayat hidup Romanus kurang lengkap.
Informasi tentang kemartirannya dihubungkan dengan aksi penganiayaan terhadap umat Kristen pada zaman pemerintahan Kaisar Diokletianus. Pada masa itu diakon Romanus giat memberi peneguhan dan semangat iman kepada umatnya yang dikejar-kejar oleh penguasa.
Bahkan ia berani memberikan peringatan kepada para hakim yang mengadili umatnya, sambil meneguhkan hati umatnya di hadapan sidang pengadilan kaisar. Sadar akan pengaruh Romanus yang besar bagi umat Kristen maka penguasa tidak tanggung-tanggung menangkapnya.
Romanus disesah dan dicambuki, dan kemudian dibakar hidup-hidup. Meskipun api menjalari sekujur tubuhnya, namun Romanus tetap berkotbah menyemangati umatnya agar tetap setia pada imannya dan tetap mencintai Allah.
Raja kemudian menyuruh mengembalikan dia ke penjara untuk disiksa lebih berat lagi: anggota badannya dimasukkan ke dalam lima lobang di sebuah papan alat penyiksaan, dan tubuhnya dibiarkan menggelantung dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya sebagai martir yang tahan uji, Romanus mati dicekik oleh algojo di penjara itu pada tahun 303. Ketabahannya mengagumkan!
Rosa lahir pada tahun 1769. Bersama dengan beberapa suster yang masih hidup setelah masa penganiayaan Revolusi Prancis, Rosa bergabung dengan kelompok Santa Magdalena Sophia Barat.
Lalu mereka berlayar ke tanah-tanah misi Amerika dan berkarya di antara suku-suku Indian di Rocky Mountains. Di sana ia meninggal dunia pada tahun 1852.
Itulah renungan harian Katolik Selasa, 18 November 2025. Semoga bermanfaat!







