Banjir di Malangke Lutra, Ancaman Buaya Muncul Sejak Banjir Merendam Wilayah

Posted on

Banjir berkepanjangan yang menggenangi permukiman di Kecamatan Malangke, Kabupaten (Lutra), Sulawesi Selatan (Sulsel), tidak hanya menghambat mobilitas warga. Masyarakat kini dikhawatirkan ancaman bahaya dari kemunculan buaya sejak banjir merendam wilayah tersebut setahun terakhir.

Diketahui, Kecamatan Malangke dilanda banjir sejak April 2024 lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BBPD) Lutra mencatat ada lima desa di Malangke yang terdampak, yakni Putemata, Girikusumah, Petta Landung, Pattimang dan Malangke.

Di tengah banjir berkepanjangan itu, warga di Desa Pattimang digegerkan dengan kemunculan buaya. Buaya dilaporkan masuk kawasan Dusun Belawa Baru, Desa Pattimang pada Sabtu (12/4).

Iye anu tinggal mi memang di situ, (buaya) tinggal terus mi di situ semenjak banjir, na habisi mi ternaknya orang kasihan,” ungkap Kepala Desa (Kades) Pattimang, Andi Sumarni kepada infoSulsel, Minggu (13/4/2025).

Sumarni mengatakan, buaya itu kerap memangsa ternak warga. Warga setempat kini ekstra waspada karena ancaman lain tidak hanya dari bencana banjir, melainkan juga adanya kemunculan buaya.

“Ternak-ternak kayak bebek ji apa na makan (buaya). Cuma biasa juga warga jaga-jaga saja di dekat kandang sapinya,” ucapnya.

Kemunculan buaya itu terekam kamera yang videonya viral di media sosial. Namun Sumarni curiga ada banyak buaya yang sudah berenang di sejumlah titik permukiman yang terdampak banjir.

“Kalau itu yang viral di jalan itu dekatnya Tugu Pattimang. Biasa apa dilihat di belakang rumahnya pak Dusun Pattimang. Na banyak sekali itu buaya berkeliaran di kebun-kebun, banyak sekali,” beber Sumarni.

Sejauh ini pihaknya belum menerima laporan buaya sampai menyerang manusia di wilayahnya. Sumarni meminta warganya tetap berhati-hati selama beraktivitas di luar rumah.

“Ada dulu bekas empang selalu na tempati, cuma tidak nakal ji kasihan (buayanya), palingan ternak-ternak ji yang na ganggu-ganggu,” tutur Sumarni.

Di satu sisi, Sumarni mengaku sejumlah warganya masih ada yang terpaksa mengungsi imbas banjir. Gedung kantor desa menjadi salah tempat pengungsian.

“Ada beberapa di situ (gedung kantor desa mengungsi). Kalau yang lain bertahan ji di rumahnya, na bikinkan itu kayak panrung-panrung (balai-balai) supaya ada na tempati tidur kasihan, na tempati makan,” ucapnya.

Sumarni melanjutkan pihaknya sempat mengusulkan perbaikan 74 rumah yang rusak terdampak banjir ke pemerintah. Anggaran perbaikan bersumber dari dana siap pakai (DSP).

“Tapi yang lulus itu hasil verifikasinya di lapangan itu cuma lebih sekitar 67 ji (rumah dapat bantuan), karena itu rumah yang ditanggung hanya kerusakan 20% ke atas,” ungkap Sumarni.

Dia berharap Pemkab Lutra segera melakukan penanganan terhadap banjir berkepanjangan ini. Menurut Sumarni, pemerintah tengah membuat bendungan sebagai salah satu solusi menangani bencana tersebut.

“Bupati juga saat ini fokus membuat bendungan, katanya sebagian mau dibikinkan sungai-sungai, baru dialihkan sebagian airnya supaya sedikit mi debit air yang ke Malangke,” imbuhnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya….

Kepala BPBD Luwu Utara, Muslim Muhtar menjelaskan, banjir di Kecamatan Malangke tidak hanya terjadi karena curah hujan tinggi. Banjir tidak kunjung surut di wilayah itu turut dipicu akibat jebolnya tanggul.

“Penyebab banjir adalah intensitas dan curah hujan yang tinggi yang diperparah jebolnya tanggul daerah aliran sungai (DAS) Baliase yang kemudian menyatu dengan DAS Masamba yang meluap,” kata Muslim kepada infoSulsel, Sabtu (12/4).

Luapan sungai itu pun berdampak ke desa-desa yang berada di bantaran Sungai Masamba. Dari data BPBD Lutra hingga 12 April, total ada 5 desa di Kecamatan Malangke yang masih terendam banjir.

“(Banjir) di Kecamatan Malangke terjadi sejak awal tahun 2024. Per hari ini jumlah Desa yang masih terendam ada 5 Desa yaitu Desa Putemata, Desa Girikusumah, Desa Petta Landung, Desa Pattimang dan Desa Malangke,” tuturnya.

Banjir juga merendam ratusan rumah dari 5 desa tersebut. Sejumlah warga juga dilaporkan masih mengungsi di tempat aman termasuk memanfaatkan kantor desa.

“Rumah dan lahan usaha tani yang sampai saat ini masih terdampak sebanyak 787 unit rumah dan 1.633 hektare lahan usaha tani,” beber Muslim.

“Warga yang mengungsi akibat kejadian ini untuk sementara dari dua Dusun Desa Putemata sebanyak kurang lebih 30 KK (kepala keluarga) atau rumah,” tambahnya.

Muslim mengatakan pemerintah tengah fokus membuat bendungan di lokasi awal sungai meluap. Pihaknya juga mendata warga terdampak untuk diberikan bantuan perbaikan atau renovasi rumah.

“Saat ini Pemerintah Daerah Luwu Utara bersama pihak Balai masih terus mengupayakan tindakan penanganan bersama masyarakat,” jelas Muslim.

Penyebab Banjir di Malangke Lutra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *