Bulan Syawal memiliki banyak keistimewaan, salah satunya terdapat anjuran menjalankan puasa sunah 6 hari dengan ganjaran pahala yang besar. Akan tetapi, pelaksanaan puasa sunnah ini hanya bisa dilaksanakan di bulan Syawal sehingga penting untuk mengetahui batas akhir bulan ini.
Lantas, bulan Syawal 2025 sampai tanggal berapa?
Selain puasa Syawal 6 hari, umat muslim bisa mengejar amalan lain untuk mendulang pahala sebelum Syawal berakhir. Nah, sebagai acuan agar bulan Syawal tidak terlewat, berikut infoSulsel menyajikan kalender Syawal selengkapnya.
Catat tanggalnya!
Mengacu pada kalender Hijriah 2025 terbitan kementerian Agama RI, tanggal 1 Syawal dimulai pada Senin 31 Maret 2025. Tahun ini, bulan Syawal berlangsung selama 29 hari dan berakhir pada tanggal 28 April 2025.
Terhitung hari ini 23 April 2025, masih tersisa enam hari di bulan Syawal yang bisa dimanfaatkan umat muslim untuk memperbanyak ibadah yang dianjurkan di bulan ini. Salah satunya, puasa enam hari di bulan Syawal.
Puasa sunah Syawal 6 hari bisa dilakukan mulai tanggal 23 hingga 28 April 2025. Bagi infoers yang sudah melakukan puasa Syawal sebelumnya namun belum cukup 6 hari juga bisa memanfaatkan sisa waktu ini untuk mencukupkannya.
Mengutip dari buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah oleh Siti Zumratus Sa’adah, menurut Imam Syafi’i dan Ibnu Mubarak puasa Syawal enam hari dikerjakan secara berturut-turut. Di sisi lain, sebagian ulama berpendapat puasa Syawal 6 hari tidak harus berturut-turut.
Untuk memudahkan mengatur jadwal ibadah di bulan Syawal, berikut kalender Syawal 2025/1446 H:
Sebelum melaksanakan puasa Syawal 6 hari, umat muslim perlu membaca doa terlebih dahulu. Berikut ini bacaan niatnya dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI):
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ سُنَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin an sittatin min syawwalin lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku berniat berpuasa sunnah enam hari bulan Syawwal karena Allah Ta’ala.”
Puasa Syawal 6 hari memiliki sejumlah keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Berikut keutamaannya dirangkum dari buku Panduan Praktis Ibadah Puasa karya Drs E Syamsuddin dan Ahmad Syahirul Alim dan buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun oleh Ustaz Abdul Faqih Ahmad Abdul Wahid:
Umat muslim akan mendapatkan pahala setara dengan berpuasa satu tahun jika mengerjakan puasa Syawal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ
Artinya: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan (maka setara) dengan sepuluh bulan, dan (jika ditambah) puasa enam hari setelah Idul Fitri, itulah yang disebut shiyamus-sanah (puasa setahun penuh). (HR. Ahmad, Ad-Darimi, dan An-Nasa’i)
Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib yang pelaksanaannya tidak luput dari kekurangan. Dengan puasa Syawal, kecacatan dari puasa wajib tersebut dapat disempurnakan.
Membiasakan puasa setelah bulan Ramadhan merupakan tanda bahwa amalan seseorang diterima Allah ST. Sebab, Allah SWT menerima amalan hamba-Nya dengan tanda orang tersebut diberi taufik untuk mengerjakan amalan lain setelah selesai mengerjakan amalan sebelumnya.
Sebagaimana pendapat sebagian ulama salaf bahwa:
“Balasan dari amal kebaikan adalah amal kebaikan selanjutnya. Barang siapa melaksanakan kebaikan, lalu ia melanjutkan dengan kebaikan selanjutnya, maka itulah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula orang yang melaksanakan kebaikan, lalu dilanjutkan dengan melakukan kejelekan, maka inilah tanda ditolaknya atau tidak diterimanya amal kebaikan yang telah dilakukan.”
Mengutip laman MUI, di bulan Syawal, umat muslim juga dianjurkan untuk beri’tikaf khususnya bagi mereka yang tidak sempat melaksanakannya di bulan Ramadhan. Diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW sempat tidak beri’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Hal itu dikarenakan peristiwa pendirian tenda di masjid oleh Sayyidah Aisyah, Hafsah, dan Zainab binti Jahsy. Sebagaimana hadisnya berikut:
فَتَرَكَ الِاعْتِكَافَ ذَلِكَ الشَّهْرَ ثُمَّ اعْتَكَفَ عَشْرًا مِنْ شَوَّالٍ.
Artinya: “Kemudian Nabi tidak beri’tikaf pada bulan Ramadhan tersebut dan beri’tikaf sepuluh hari di bulan Syawal.” (HR. Bukhari)
Meski begitu, amalan ini tetap dianjurkan kepada setiap muslim walaupun sudah melaksanakan i’tikaf penuh di bulan Ramadhan.
Demikianlah ulasan mengenai batas akhir bulan Syawal 2025, lengkap dengan konversi kalendernya. Semoga bermanfaat!