BBKSDA Papua Minta Maaf Pembakaran Mahkota Cenderawasih Picu Demo Rusuh

Posted on

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua meminta maaf atas pemusnahan atau pembakaran barang bukti mahkota burung cenderawasih yang memicu demo berujung kerusuhan di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan. BBKSDA berdalih tindakan ini dilakukan agar barang bukti dan temuan itu tidak disalahgunakan.

“Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus atas tindakan pemusnahan cenderawasih opset dan mahkota burung cenderawasih,” kata Kepala BBKSDA Papua Johny Santoso Silaban dalam keterangannya, Kamis (23/10/2025).

Johny mengaku tindakan tersebut telah menimbulkan luka dan kekecewaan di hati masyarakat Papua. Dia menegaskan BBKSDA Papua tidak bermaksud mengabaikan nilai budaya masyarakat.

“Kami sampaikan bahwa langkah tersebut tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan atau mengabaikan nilai budaya dan jati diri masyarakat Papua yang kami hormati sebagai bagian penting dari kekayaan bangsa Indonesia,” tuturnya.

Dia melanjutkan, tindakan pemusnahan dilakukan alam rangka penegakan hukum dan edukasi hukum serta perlindungan satwa liar yang dilindungi negara. Hal ini sesuai mandat Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

“Ke depan kami berkomitmen untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan masyarakat adat Papua agar pelestarian satwa dan pelestarian budaya dapat berjalan beriringan secara harmonis,” jelasnya.

Menurut Johny, barang bukti tersebut merupakan hasil temuan patroli pengawasan terpadu pada 15-17 di sejumlah wilayah di Papua. Patroli ini melibatkan personel gabungan dari BBKSDA, kepolisian, TNI organisasi perangkat daerah, instansi vertikal dan badan usaha.

Sebanyak 58 ekor satwa liar ditemukan dalam keadaan hidup termasuk 54 opset satwa burung cenderawasih kecil dan mahkota buruh cenderawasih kecil. Barang bukti inilah yang kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar pada Senin (20/10).

“Upaya ini bukan berarti mengabaikan nilai dan makna cenderawasih tetapi justru untuk menjaga kelestarian dan kesakralannya sebagai simbol dari identitas masyarakat Papua. Dengan melindungi cenderawasih di habitat alami kita turut menghormati warisan budaya dan kekayaan hayati bangsa Indonesia,”jelas Johny.

Sebelumnya diberitakan, demo berujung kerusuhan terjadi di wilayah Tanah Merah, Boven Digoel, Rabu (22/10). Aksi unjuk rasa ini sebagai bentuk protes terhadap kebijakan BBKSDA Provinsi Papua yang melakukan pemusnahan barang bukti mahkota cenderawasih pada Senin (20/10).

“Aksi tersebut merupakan bentuk protes masyarakat terhadap beredarnya video pemusnahan atau pembakaran cendera mata berbentuk mahkota Cenderawasih oleh pihak BBKSDA Provinsi Papua,” ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Cahyo , Kamis (23/10).

Kerusuhan itu mengakibatkan 3 polisi mengalami luka-luka saat hendak mengamankan massa. Namun Cahyo memastikan tidak ada korban luka dari pihak masyarakat.

“Tiga anggota Polri mengalami luka akibat terkena panah dan senjata tajam saat berupaya menenangkan massa. Saat ini seluruh korban sudah mendapat perawatan medis di RSUD Boven Digoel,” jelasnya.