Bentrokan antarwarga di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), makin sering terjadi beberapa waktu terakhir. Legislator DPRD Makassar pun meminta camat hingga lurah untuk turun tangan dan tidak membiarkan persoalan ini berlarut-larut.
“Kami minta kepada aparat pemerintahan khususnya camat, lurah, untuk mencoba melakukan pendekatan persuasif juga ke tokoh-tokoh muda maupun tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sana,” kata anggota DPRD Makassar Basdir kepada infoSulsel, Senin (22/9/2025).
Dia mengakui banyak mendapatkan laporan soal kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Bahkan dirinya sudah turun langsung berdiskusi dengan tokoh pemuda setempat.
“Iya kacau sekali di sana itu, hampir tiap hari perang akhir-akhir ini. Saya juga turun tangan langsung, saya sudah panggil beberapa teman-teman di daerah layang, Sapiria, Tinumbu (lorong) 148, Lembo, Kandea untuk bisa menahan diri dan jangan terprovokasi,” katanya.
Dia khawatir, warga hanya dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab menciptakan kerusuhan di wilayah itu. Apalagi dari informasi beredar, kata Basdir, tawuran terjadi secara tiba-tiba tanpa pemicu yang pasti.
“Karena saya khawatir, jangan sampai ini ada upaya-upaya memang orang yang ingin menciptakan suasana tidak kondusif di Makassar. Karena tiba-tiba sekali, marak sekali ini satu minggu terakhir. Dan ini anehnya bersamaan, coba bayangkan. Layang, Kandea, Tinombo, Lembo, Sapiria,” jelasnya.
Dia juga berharap tokoh masyarakat khususnya para ketua RT/RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) turun tangan menyikapi persoalan ini. Warga juga diminta menahan diri untuk tidak terprovokasi jika ada pihak yang memancing untuk tawuran.
“Sehingga menurut saya, ini perlu kesadaran dan menahan diri, dan jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang disebar oleh oknum-oknum,” jelasnya.
Sementara untuk solusi jangka panjang, kata dia, OPD Pemkot Makassar terkait diminta melakukan intervensi lewat program daerah. Salah satunya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan pemuda.
“Tentu persoalan pengangguran, persoalan sosial yang ada di sana, ada juga persoalan keterlibatan narkotika. Saya kira kan ada programnya Pak Wali Makassar Creative Hub. Itu yang kita maksimalkan,” katanya.
“Kalau misalnya teman-teman di OPD mampu menerjemahkan programnya Pak Wali, saya kira akan banyak pengangguran yang bisa terakomodir. Kalau semua sudah kerja, sibuk berusaha, saya kira hal-hal negatif itu akan teratasi dengan sendirinya,” pungkas Basdir.
Sementara itu, Camat Tallo Ramli Lallo yang dikonfirmasi terkait bentrok antarwarga itu belum memberikan respons. Ramli Lallo belum menanggapi pesan singkat dan panggilan telepon infoSulsel.
Sebelumnya diberitakan, bentrokan antarwarga makin kerap terjadi di Kecamatan Tallo. Terbaru, polisi mengungkap bentrokan itu diduga dipicu konflik lama sejak 1989 atau 36 tahun silam.
“Tahun 89 (1989) itu masalahnya di sana itu (Tallo),” ucap Kapolrestabes Makassar Kombes Arya Perdana kepada wartawan di Mapolrestabes Makassar, Senin (22/9/2025). Arya ditanya pemicu bentrok yang kerap terjadi di Kecamatan Tallo.
Namun demikian, Arya belum merinci detail persoalan yang dimaksud. Dia sementara akan mengupayakan ada kesepakatan agar konflik tidak terus berlanjut.
“Jadi (kami) berupaya mengumpulkan semuanya untuk dikonsolidasikan untuk ada kesepakatan atau mungkin ada hal-hal yang disepakati supaya tidak ada lagi terjadi perang kelompok,” bebernya.
Diketahui, Kecamatan Tallo memang kerap menjadi lokasi perang kelompok. Warga yang terlibat juga berganti-ganti, mulai dari Kandea vs Layang, Layang vs Lembo, Kandea vs Lembo, hingga Layang Vs Sapiria.
Terakhir, bentrokan dua kelompok warga pecah di Kelurahan Layang, Kecamatan Tallo, Minggu (21/9) sekitar pukul 07.00 Wita. Warga Layang dan Lorong 148 saling serang menggunakan batu, petasan, dan busur hingga membakar satu unit mobil.
Dia khawatir, warga hanya dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab menciptakan kerusuhan di wilayah itu. Apalagi dari informasi beredar, kata Basdir, tawuran terjadi secara tiba-tiba tanpa pemicu yang pasti.
“Karena saya khawatir, jangan sampai ini ada upaya-upaya memang orang yang ingin menciptakan suasana tidak kondusif di Makassar. Karena tiba-tiba sekali, marak sekali ini satu minggu terakhir. Dan ini anehnya bersamaan, coba bayangkan. Layang, Kandea, Tinombo, Lembo, Sapiria,” jelasnya.
Dia juga berharap tokoh masyarakat khususnya para ketua RT/RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) turun tangan menyikapi persoalan ini. Warga juga diminta menahan diri untuk tidak terprovokasi jika ada pihak yang memancing untuk tawuran.
“Sehingga menurut saya, ini perlu kesadaran dan menahan diri, dan jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang disebar oleh oknum-oknum,” jelasnya.
Sementara untuk solusi jangka panjang, kata dia, OPD Pemkot Makassar terkait diminta melakukan intervensi lewat program daerah. Salah satunya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan pemuda.
“Tentu persoalan pengangguran, persoalan sosial yang ada di sana, ada juga persoalan keterlibatan narkotika. Saya kira kan ada programnya Pak Wali Makassar Creative Hub. Itu yang kita maksimalkan,” katanya.
“Kalau misalnya teman-teman di OPD mampu menerjemahkan programnya Pak Wali, saya kira akan banyak pengangguran yang bisa terakomodir. Kalau semua sudah kerja, sibuk berusaha, saya kira hal-hal negatif itu akan teratasi dengan sendirinya,” pungkas Basdir.
Sementara itu, Camat Tallo Ramli Lallo yang dikonfirmasi terkait bentrok antarwarga itu belum memberikan respons. Ramli Lallo belum menanggapi pesan singkat dan panggilan telepon infoSulsel.
Sebelumnya diberitakan, bentrokan antarwarga makin kerap terjadi di Kecamatan Tallo. Terbaru, polisi mengungkap bentrokan itu diduga dipicu konflik lama sejak 1989 atau 36 tahun silam.
“Tahun 89 (1989) itu masalahnya di sana itu (Tallo),” ucap Kapolrestabes Makassar Kombes Arya Perdana kepada wartawan di Mapolrestabes Makassar, Senin (22/9/2025). Arya ditanya pemicu bentrok yang kerap terjadi di Kecamatan Tallo.
Namun demikian, Arya belum merinci detail persoalan yang dimaksud. Dia sementara akan mengupayakan ada kesepakatan agar konflik tidak terus berlanjut.
“Jadi (kami) berupaya mengumpulkan semuanya untuk dikonsolidasikan untuk ada kesepakatan atau mungkin ada hal-hal yang disepakati supaya tidak ada lagi terjadi perang kelompok,” bebernya.
Diketahui, Kecamatan Tallo memang kerap menjadi lokasi perang kelompok. Warga yang terlibat juga berganti-ganti, mulai dari Kandea vs Layang, Layang vs Lembo, Kandea vs Lembo, hingga Layang Vs Sapiria.
Terakhir, bentrokan dua kelompok warga pecah di Kelurahan Layang, Kecamatan Tallo, Minggu (21/9) sekitar pukul 07.00 Wita. Warga Layang dan Lorong 148 saling serang menggunakan batu, petasan, dan busur hingga membakar satu unit mobil.