Cerita Sultan 33 Tahun Tinggal di Tallo Makassar-Rumah Dibakar Saat Tawuran

Posted on

Pria bernama Haji Sultan (60) menceritakan suka duka tinggal di kawasan yang kerap menjadi lokasi tawuran di Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Setelah 33 tahun berdamai dengan kondisi di kawasan tersebut, rumahnya hangus dibakar saat tawuran pecah beberapa hari lalu.

“Iya, rumah sendiri ku (yang dibakar waktu tawuran pecah),” ujar Sultan kepada infoSulsel, Sabtu (27/9/2025).

Sultan mengatakan kawasan tempat tinggalnya memang rawan terjadi tawuran antarkelompok. Namun, menurutnya tawuran kali ini jauh lebih parah dari biasanya sebab sejumlah rumah warga dibakar termasuk rumahnya.

“Sering, tapi tidak terlalu parah begini, berapa mi kapolsek (Tallo) di sini itu anak-anak kalau perang kalau malam atau siang cepat diambil tindakan, yang saya bingung sekarang kenapa terlalu lama pembiarannya kapolsek,” imbuhnya.

Sultan mengaku berada di rumah saat terjadi tawuran hingga rumahnya terbakar. Sebelum insiden tersebut, Sultan sudah mengungsi namun hampir setiap hari datang melihat kondisi rumahnya.

“Iya (sebelum terbakar rumah saya sudah mengungsi) tapi tiap hari saya datang untuk mengontrol rumah jaga-jaga memang, kadang bermalam kadang tidak,” bebernya.

Sejak situasi di sekitar rumahnya tidak kondusif, Sultan mengungsi ke rumah adiknya di Jalan Korban 40.000 Jiwa. Dia mengungsi bersama istri dan satu orang anaknya yang saat itu sedang sakit.

“Waktu kejadian saya sendiri, karena ibu haji (istri saya) na rawat anaknya di rumahnya adikka saya sisa 3 orang sisa istri sama anak satu (di rumah),” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sultan menceritakan setelah insiden pembakaran rumahnya, seluruh harta bendanya hangus terbakar. Bahkan, beberapa barang miliknya turut dijarah oleh para pelaku tawuran.

“Ada emas ini saya cari, sementara cari anak-anak, ada mas sekitar 150 gram, yah kelalaian saya itu, karena saya pikir tidak mungkin rumah saya mau dikasih begitu anak-anak (pelaku tawuran bakar rumah),” ucapnya.

“Ada uang tersimpan di rumah sekitar (Rp) 200 Juta. Habis (terbakar) karena tinggal celanaku di badanku, ada motor sama kulkas satu ditarik anak-anak,” tambahnya.

Saat ditanya mengenai penyebab tawuran di kawasan tempat tinggalnya, ia menuturkan situasi biasanya cepat diredam oleh pemerintah setempat dan aparat keamanan. Namun menurutnya, situasi kali ini berbeda.

“Biasa masa lalu dibawa di sini, yah namanya anak-anak remaja janjian (ada) yang bilang di sana (Tallo) perang kalau mau. Perang pernah sedikit ji, secepatnya pemerintah ambil tindakan langsung diredah,” bebernya.

“Barusan saya lihat ini, malahan anggota polisi ikut perang. Maksudnya dia lempari batu, anak-anak perang, maksudnya bukan begitu, cari solusinya cepat, panggil tokoh masyarakat RT-RW, Lurah, Camat duduk bersama,” sambungnya.

Sultan juga menyampaikan keluhannya terkait situasi yang terjadi di sekitar jembatan Layang dekat tempat tinggalnya. Dia mempertanyakan langkah dan solusi dari pihak berwenang karena setiap malam selalu ada petugas di lokasi namun tetap terjadi tawuran.

“Tidak tahu bilang tindakannya apa, malahan mobilnya dipukul mundur. Terus kalau dikasih mundur, sama anak-anak, disuruh warga, yang maju,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, bentrokan antarwarga di Jalan Kandea 3, Kelurahan Bungaejayya Baru, Kecamatan Tallo, pecah pada Selasa (23/9) sekitar pukul 18.30 Wita. Dalam insiden tersebut ada 6 rumah warga hangus terbakar.

“Ada 6 rumah (terbakar). Di belakang (dekat kanal) 2 rumah, di depan (jalan utama) ada 4 rumah. Tidak ada korban jiwa,” kata Komandan Peleton Damkarmat Makassar, Wahyullah kepada infoSulsel di lokasi, Selasa (23/9).

Sebanyak 31 orang warga kemudian mengungsi akibat kebakaran yang terjadi menyusul bentrokan antar kelompok. Menurut data BPBD Makassar, insiden kebakaran ini berdampak pada 7 kepala keluarga.

“Korban terdampak 7 kepala keluarga (KK) atau 31 jiwa,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Makassar Fadli Tahar dalam keterangannya, Kamis (25/9).

Saat ditanya mengenai penyebab tawuran di kawasan tempat tinggalnya, ia menuturkan situasi biasanya cepat diredam oleh pemerintah setempat dan aparat keamanan. Namun menurutnya, situasi kali ini berbeda.

“Biasa masa lalu dibawa di sini, yah namanya anak-anak remaja janjian (ada) yang bilang di sana (Tallo) perang kalau mau. Perang pernah sedikit ji, secepatnya pemerintah ambil tindakan langsung diredah,” bebernya.

“Barusan saya lihat ini, malahan anggota polisi ikut perang. Maksudnya dia lempari batu, anak-anak perang, maksudnya bukan begitu, cari solusinya cepat, panggil tokoh masyarakat RT-RW, Lurah, Camat duduk bersama,” sambungnya.

Sultan juga menyampaikan keluhannya terkait situasi yang terjadi di sekitar jembatan Layang dekat tempat tinggalnya. Dia mempertanyakan langkah dan solusi dari pihak berwenang karena setiap malam selalu ada petugas di lokasi namun tetap terjadi tawuran.

“Tidak tahu bilang tindakannya apa, malahan mobilnya dipukul mundur. Terus kalau dikasih mundur, sama anak-anak, disuruh warga, yang maju,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, bentrokan antarwarga di Jalan Kandea 3, Kelurahan Bungaejayya Baru, Kecamatan Tallo, pecah pada Selasa (23/9) sekitar pukul 18.30 Wita. Dalam insiden tersebut ada 6 rumah warga hangus terbakar.

“Ada 6 rumah (terbakar). Di belakang (dekat kanal) 2 rumah, di depan (jalan utama) ada 4 rumah. Tidak ada korban jiwa,” kata Komandan Peleton Damkarmat Makassar, Wahyullah kepada infoSulsel di lokasi, Selasa (23/9).

Sebanyak 31 orang warga kemudian mengungsi akibat kebakaran yang terjadi menyusul bentrokan antar kelompok. Menurut data BPBD Makassar, insiden kebakaran ini berdampak pada 7 kepala keluarga.

“Korban terdampak 7 kepala keluarga (KK) atau 31 jiwa,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Makassar Fadli Tahar dalam keterangannya, Kamis (25/9).