Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung membeberkan rumus mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045 di tengah kondisi dunia yang tidak baik-baik saja. Ia menegaskan transformasi ekonomi menjadi kunci agar Indonesia bisa menjadi negara maju.
“Permasalahan-permasalahan yang kita hadapi pada saat ini seperti ketidakpastian geopolitik, ketidakpastian di bidang ekonomi, ada disrupsi teknologi, ada perubahan demografi dan ada juga masalah lingkungan,” ujar CT saat menjadi pembicara dalam Rakernas NasDem, di Hotel Claro Makassar, Sabtu (9/8/2025)
Saat ini, kata CT, GDP Indonesia hampir mencapai USD 5.000 per kapita. Sementara untuk menjadi negara maju pada 2045, angka itu harus melonjak menjadi minimal USD 14.000. Begitu juga partisipasi pendidikan tinggi juga menjadi salah satu faktor penentu.
“Pada 2011, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi baru 18 persen, sementara pada 2024 sudah mencapai 32 persen. Kalau kita ingin menjadi negara maju, tahun 2045 harus jadi 60 persen,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kemiskinan yang penurunannya masih relatif kecil. Pulau Jawa menjadi wilayah dengan jumlah dan persentase penduduk miskin tertinggi. Bahkan, jika menggunakan standar Bank Dunia, 60 persen penduduk Indonesia masuk kategori miskin.
“Bukan cuma menghapus kemiskinan dari data BPS kita, tapi kita ingin meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat kita secara merata,” tegasnya.
Chairul mengungkapkan, mayoritas penduduk Indonesia masih bekerja di sektor pertanian. Pada 2013, tenaga kerja sektor ini mencapai 36 persen dengan kontribusi 15 persen terhadap GDP. Pada 2024, angkanya turun menjadi 28 persen dengan kontribusi 13 persen.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Kalau masyarakat kita pindah dari pertanian ke industri, pendapatannya meningkat empat kali lipat. Dari pertanian ke sektor jasa, enam kali lipat,” jelasnya.
Ekonomi Indonesia, lanjut CT, didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang kontribusinya mencapai 62 persen pada kuartal II 2024. Artinya sektor lain mengalami penurunan kontribusi. Cara meningkatkan kontribusi sektor rumah tangga tentu harus dengan meningkatkan daya belinya.
“Pemerintah pada saat ekonomi lesu, harusnya lebih banyak melakukan atau memompa ekonomi. Bukan malah mencekik. Makin dipompa dia akan makin bergerak ekonomi,” jelasnya.
Ia mencontohkan, Korea Selatan yang pada 1964 memiliki pendapatan per kapita setara Indonesia, hanya USD 100. Namun pada 1994, negara itu melonjak menjadi USD 10.000 pada 2004 atau lebih dari USD 36.000.
“Kenapa bisa demikian? Upaya pemerintah berorientasi pasar, transformasi ekonomi, dan basis industri masa depan. Pendidikan kewirausahaan dimulai dari SMP dan SMA. Semua harus sekolah meski hanya makan satu kali,” tegas CT.
Diberitakan sebelumnya, Chairul Tanjung menjadi pembicara dalam Rakernas NasDem di Makassar. CT membahas mengenai perubahan hingga tantangan Indonesia dalam menghadapi persaingan global.
Chairul mengungkapkan, mayoritas penduduk Indonesia masih bekerja di sektor pertanian. Pada 2013, tenaga kerja sektor ini mencapai 36 persen dengan kontribusi 15 persen terhadap GDP. Pada 2024, angkanya turun menjadi 28 persen dengan kontribusi 13 persen.
“Kalau masyarakat kita pindah dari pertanian ke industri, pendapatannya meningkat empat kali lipat. Dari pertanian ke sektor jasa, enam kali lipat,” jelasnya.
Ekonomi Indonesia, lanjut CT, didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang kontribusinya mencapai 62 persen pada kuartal II 2024. Artinya sektor lain mengalami penurunan kontribusi. Cara meningkatkan kontribusi sektor rumah tangga tentu harus dengan meningkatkan daya belinya.
“Pemerintah pada saat ekonomi lesu, harusnya lebih banyak melakukan atau memompa ekonomi. Bukan malah mencekik. Makin dipompa dia akan makin bergerak ekonomi,” jelasnya.
Ia mencontohkan, Korea Selatan yang pada 1964 memiliki pendapatan per kapita setara Indonesia, hanya USD 100. Namun pada 1994, negara itu melonjak menjadi USD 10.000 pada 2004 atau lebih dari USD 36.000.
“Kenapa bisa demikian? Upaya pemerintah berorientasi pasar, transformasi ekonomi, dan basis industri masa depan. Pendidikan kewirausahaan dimulai dari SMP dan SMA. Semua harus sekolah meski hanya makan satu kali,” tegas CT.
Diberitakan sebelumnya, Chairul Tanjung menjadi pembicara dalam Rakernas NasDem di Makassar. CT membahas mengenai perubahan hingga tantangan Indonesia dalam menghadapi persaingan global.