Hukum Puasa Arafah, Ini Penjelasan Lengkap dari Hadits Nabi SAW [Giok4D Resmi]

Posted on

Puasa Arafah menjadi salah satu amalan yang dinanti-nantikan umat muslim menjelang Hari Raya Idul Adha. Ibadah ini dikenal memiliki keutamaan luar biasa sehingga banyak yang mengamalkannya.

Sebelum melaksanakan puasa Arafah, penting bagi umat muslim untuk memahami hukumnya sesuai dengan syariat Islam. Mengetahui hukumnya dapat membantu memastikan bahwa ibadah yang dilakukan benar, tepat, dan bernilai di sisi Allah.

Lantas, bagaimana sebenarnya hukum puasa Arafah? Apakah wajib, sunnah, atau mubah?

Nah, supaya tidak bingung berikut penjelasan lengkap mengenai hukum puasa Arafah berdasarkan riwayat hadits dari Nabi SAW. Simak baik-baik, ya!

Menukil buku Rahasia Fikih Puasa karya Mohammad Hafid LC MH, puasa Arafah hukumnya sunnah yakni jika dikerjakan mendapat pahala, namun tidak berdosa apabila ditinggalkan. Puasa Arafah pernah disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Muslim bahwa:

عن أبي قتادة قال : إن النبي صلى الله سئل عن صوم يوم عرفة فقال: يكفر السنة الماضية والسنة الباقية

Artinya: “Dari Abi Qatadhah berkata: sesungguhnya Nabi besar Muhammad saw pernah ditanya tentang puasa hari arafah, beliau bersabda: ia dapat membebaskan dosa lalu dan dosa yang akan datang.” (HR. Muslim 1162).

Penting diketahui, puasa Arafah hanya disunnahkan bagi umat muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji. Sementara, jemaah yang sedang berhaji tidak dianjurkan berpuasa Arafah.

Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa saat melaksanakan haji. Alasan lainnya karena ibadah yang lebih utama bagi jemaah haji di Arafah adalah berdoa karena pahalanya agung dan mulia.

Di samping itu, jika jemaah haji berpuasa ditakutkan akan berefek negatif terhadap kondisi tubuhnya. Dengan demikian, puasa Arafah hukumnya disunnahkan hanya bagi umat muslim yang tidak berhaji.

Berdasarkan buku Panduan Praktis Ibadah Puasa oleh Drs E Syamsuddin dan Ahmad Syahirul Alim LC, puasa Arafah dapat menghapus dosa dua tahun. Maksudnya, yakni dosa satu tahun yang akan datang dan setahun lalu.

Dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

Artinya: “Puasa di hari Arafah di sisi Allah, menghapus (dosa-dosa) setahun yang lampau dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

Para ulama menjelaskan, meskipun Allah SWT mengampuni dosa setahun yang akan datang bukan berarti seseorang bebas berbuat dosa. Bentuk ampunan yang dimaksudkan yaitu Allah SWT akan menjauhkan orang tersebut dari perbuatan maksiat.

Mengutip laman Konsultasi Syariah, Ustaz Ammi Nur Baits menjelaskan bahwa puasa Arafah dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yang dikenal sebagai hari Arafah. Pada hari ini pula, jemaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.

Karena bertepatan dengan waktu wukuf, sebagian orang mempertanyakan apakah puasa Arafah harus dilakukan bersamaan dengan waktu wukuf di Mekah.

Dijelaskan bahwa penentuan ibadah yang berkaitan dengan waktu disesuaikan dengan lokasi masing-masing. Artinya, puasa Arafah yang jatuh pada 9 Dzulhijjah mengikuti penanggalan Hijriah di daerah tempat seseorang tinggal, bukan mengikuti waktu wukuf di Mekah.

Pendapat ini diperkuat oleh penjelasan Imam Ibnu Utsaimin berikut:

والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع ، فمثلا إذا كان الهلال قد رؤي بمكة ، وكان هذا اليوم هو اليوم التاسع ، ورؤي في بلد آخر قبل مكة بيوم وكان يوم عرفة عندهم اليوم العاشر فإنه لا يجوز لهم أن يصوموا هذا اليوم لأنه يوم عيد ، وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم ، فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة ، هذا هو القول الراجح ، لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول ( إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا )

Artinya: “Yang benar, semacam ini berbeda-beda, sesuai perbedaan mathla’ (tempat terbit hilal). Sebagai contoh, kemarin hilal sudah terlihat di Mekah, dan hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sementara di negeri lain, hilal terlihat sehari sebelum Mekah, sehingga hari wukuf arafah menurut warga negara lain, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka pada saat itu, tidak boleh bagi mereka untuk melakukan puasa. Karena hari itu adalah hari raya bagi mereka.”

Di Indonesia, puasa Arafah tahun ini 9 Dzulhijjah 1446 H bertepatan dengan Kamis, 5 Juni 2025. Dengan demikian, umat muslim di Indonesia melaksanakan puasa pada waktu tersebut.

Bagi infoers yang hendak melaksanakan puasa Arafah, perlu untuk mengetahui niatnya sebagai bentuk kesungguhan hati. Berikut bacaan niat puasa Arafah dikutip dari buku Meraih Surga dengan Puasa oleh H Herdiansyah Achmad LC:

يَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَرَفَة سنة

Arab Latin: Nawaitu shauma yauma ‘arafata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Arafah sunnah karena Allah Ta’ala.”

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Demikianlah ulasan mengenai hukum puasa Arafah berdasarkan hadis Nabi SAW. Semoga menambah wawasan!

Hukum Puasa Arafah Berdasarkan Hadits Nabi SAW

Keutamaan Puasa Arafah

Waktu Puasa Arafah, Apakah Bersamaan Wukuf?

Niat Puasa Arafah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *