Istri di Gowa Cerita Sosok Tukang Ojek Tewas Dibunuh Sadis KKB di Puncak Jaya

Posted on

Istri tukang ojek asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Nurul Inzana mengisahkan kepedihan saat mendapat kabar suaminya Syafaruddin tewas dibunuh secara keji oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Puncak Jaya, Papua Tengah. Dia menyebut sang suami sempat hilang sebelum akhirnya ditemukan tidak bernyawa di dasar jurang dalam kondisi mengenaskan.

Awalnya Andi Nurul menerima telepon dari adik iparnya bahwa suaminya tidak pulang pada Jumat (11/7) pukul 05.30 Wita. Dia kemudian mencoba menelepon kerabat yang ada di sana, namun terkendala jaringan.

“Itu Daeng Tojeng coba kita telepon biasa dulu karena tidak ada jaringan. Nda lama begitu mungkin lowbet HP-nya atau bagaimana iyakan. Tidak adami kabar sampainya subuh,” kata Andi Nurul saat ditemui wartawan, Senin (14/7/2025).

Nurul mengaku mulai cemas saat sang suami tidak kunjung pulang hingga malam hari. Padahal biasanya almarhum selalu tiba di rumah paling lambat pukul 17.00 Wita.

“Tapi sudah magrib tidak ada pulang-pulang sampainya jam 1 malam ditunggu tidak ada. Akhirnya tunggu besok pagi pergi melapor di Polsek setempat. Sampai jam 11 baru kita dapat kabar (meninggalnya),” tuturnya.

Hati Nurul semakin hancur setelah mendapat kabar kondisi jenazah suaminya. Dia mendapat laporan dari keluarga di Papua bahwa tubuh suaminya penuh luka mengenaskan akibat senjata tajam dan proyektil.

“Menurut autopsi di sana, ada luka bacok di leher, samping bawah dada lutut dua-dua sama kaki sebelah kiri. Ada juga katanya luka bekas luka tembakan di kepala sama busur di dada dua,” jelasnya.

Nurul mengatakan, sang suami sudah bekerja di Papua selama kurang lebih tiga tahun sebagai tukang ojek. Meski jauh dari keluarga, almarhum tetap rutin pulang kampung setiap ada kesempatan.

“Dia sempat pulang bulan 12 (Desember tahun 2024) lalu kembali lagi ke Papua tanggal 15 Januari,” kata Nurul.

“Dia biasanya berangkat kerja jam 6 pagi. Nanti pulang makan siang jam 1 atau jam 2, lalu lanjut kerja lagi sampai jam 5 sore,” tambahnya.

Di mata Nurul, almarhum adalah sosok suami yang bertanggung jawab dan penuh cinta kepada keluarganya. Meskipun dikenal memiliki karakter dingin, namun kasih sayangnya begitu terasa.

“Alhamdulillah saya dipertemukan sama suami saya itu orangnya baik sekali. Walaupun dia karakternya dingin tapi dia sayang sama keluarganya, dia selalu berusaha kasih senang istrinya, kasih senang anaknya. Dia selalu mau berusaha penuhi semua keinginan keluarga. Sosoknya itu dia selalu mau membahagiakan keluarga,” kenangnya sambil menahan tangis.

Kepergian almarhum meninggalkan duka mendalam, terutama bagi keempat anaknya yang masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang ayah. Anak tertuanya kini duduk di bangku kelas tiga SMA, sementara anak bungsu bahkan belum menginjak usia sekolah.

“Yang pertama itu perempuan kelas tiga SMA yang kedua laki-laki kelas 2 SMP yang ketiga itu kelas 3 SD dan terakhir itu umur 4 tahun belum sekolah itu,” ungkapnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya…

Nurul mengaku sempat kesulitan memulangkan jenazah sang suami dari Papua ke kampung halamannya di Gowa. Terutama soal biaya menjadi tantangan besar yang harus dihadapi keluarga.

“Tapi berkat doa semua dukungan keluarga teman-teman, alhamdulillah walaupun sedikit tapi alhamdulillah almarhum bisa kita dapat kembali sampai di makamkan dengan baik,” ucap Nurul.

“Banyak sekali bantuan dari masyarakat walaupun kita tidak kenal tidak ada hubungan darah tapi mereka semua baik membantu,” tambahnya.

“Telah terjadi aksi penganiayaan menggunakan senjata tajam yang diduga kuat dilakukan oleh kelompok KKB pimpinan Lekagak Telenggen terhadap seorang warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek. Aksi penganiayaan korban dinyatakan meninggal dunia,” kata Kepala Operasi Damai Cartenz Brigjen Faizal Ramadhani kepada wartawan, Sabtu (12/7).

Jenazah Syafaruddin tiba di rumah duka di Jalan Poros Pallangga, Kelurahan Tetebatu, Kecamatan Pallangga, Gowa, Senin (14/7) sekitar pukul 13.00 Wita. Sebelumnya, jenazah diterbangkan dari Papua ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Suasana haru menyelimuti rumah duka saat peti jenazah tiba. Jenazah dibawa menggunakan ambulans dan disambut dengan tangis histeris keluarga.