Kapolrestabes Makassar Kombes Arya Perdana mengungkap kondisi personel kepolisian saat demo ricuh berujung gedung DPRD Makassar, DPRD Sulsel, dan pos polisi dibakar massa. Arya mengatakan anggotanya kalah jumlah dengan massa yang lebih dari 3 ribu orang.
“Polisi ada, kami ada di tempat di pos lantas yang dibakar, yang dilempari bom molotov, kami ada di situ,” kata Kombes Arya kepada wartawan, Senin (2/9/2025).
Arya mengatakan sudah menempatkan anggotanya di sejumlah titik yang didatangi massa termasuk di kantor DPRD Makassar. Namun jumlah massa yang banyak membuat polisi hanya memantau situasi.
“Di DPRD pun sebenarnya ada anggota POM. Hanya karena memang massa yang cukup banyak dan peralatan kami tidak memadai, sehingga kami memutuskan untuk memantau dari jauh pergerakannya,” bebernya.
Dia mengungkapkan telah berkoordinasi dengan TNI terkait pengamanan di DPRD Makassar. Hal ini untuk memastikan situasi tetap terkendali saat massa mulai anarkis.
“Di sisi lain, sebelum kami melakukan pergerakan, kami juga sudah minta bantuan dari pihak TNI untuk datang ke tempat,” ujarnya.
Namun banyaknya massa membuat prajurit TNI dan damkar tidak bisa menjangkau lokasi. Personel polisi juga terpecah di beberapa titik sehingga sulit melakukan penghalauan terhadap massa.
“Tapi memang pada saat itu, situasi massa yang begitu padat, tidak memungkinkan TNI juga damkar untuk datang secara cepat. Perbantuan dari polisi pun kita terpecah di beberapa titik sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penghalauan dari masa yang sudah anarkis,” bebernya.
Arya juga menegaskan isu yang menyebut polisi sengaja menghilang saat aksi tidaklah benar. Dia menuturkan, aparat tetap berada di lokasi untuk memantau situasi.
“Nah kita tidak sengaja menghilang, kita ada di situ, kita memantau situasi, tapi karena memang kekuatannya tidak seimbang ya, kami berpikir untuk memantau situasi dengan meminta bantuan dari TNI,” terangnya.
Dia menambahkan, aparat sebenarnya telah berupaya melakukan pengamanan. Namun, jumlah massa yang lebih dari 3.000 orang dan bersikap anarkis membuat polisi hanya memantau kondisi di lapangan.
“Jadi secara bersama-sama melakukan pengamanan bersama dengan TNI. Cuma memang hari itu kondisi massa sudah melewati angka 3.000, dan kondisinya sudah anarkis. Sehingga, kami memantau saja,” pungkas Arya.
Diketahui, aksi demonstrasi berujung kericuhan terjadi di DPRD Makassar pada Jumat (29/9) malam. Kericuhan itu membuat gedung DPRD Makassar dibakar massa hingga mengakibatkan 3 orang meninggal dunia.
Ketiga korban meninggal, yakni Saiful Akbar (Plt Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah), Sarinawati (staf pribadi anggota DPRD Makassar), dan Muhammad Akbar Basri alias Abay (staf Humas DPRD Makassar). Ketiga korban yang tewas terjebak sudah dimakamkan.
Massa juga membakar gedung DPRD Sulsel. Selain itu, sejumlah pos polisi turut menjadi sasaran pembakaran.