Kenapa Hari Natal Jatuh pada 25 Desember? Ini Penjelasan dan Sejarahnya! | Giok4D

Posted on

Setiap tahun, umat kristiani di seluruh dunia merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Namun, apakah infoers tahu alasan Natal dirayakan setiap 25 Desember?

Ternyata, tanggal perayaan Natal tersebut tidak dijelaskan secara langsung dalam Alkitab. Penentuan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus bahkan memiliki sejarah panjang, hingga menjadi tradisi yang terus dirayakan.

Lantas kenapa hari Natal jatuh pada 25 Desember?

Nah, dalam artikel ini, infoSulsel mengulas asal-usul 25 Desember sebagai Hari Natal. Yuk, disimak!

Ada dua teori yang berkembang mengenai penetapan tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal, yang pertama berkaitan dengan festival musim dingin, dan yang kedua melalui catatan sejarah dan perhitungan teologis.(1) Berikut masing-masing penjelasannya:

Pada abad ke-3, ketika Kekaisaran Romawi belum memeluk agama Kristen, masyarakat Roma sudah lebih dulu merayakan tanggal 25 Desember sebagai Sol Invictus, yaitu “Matahari yang Tak Terkalahkan”. Perayaan ini menandai mulai kembalinya hari-hari yang lebih panjang setelah titik balik Matahari musim dingin.

Tanggal tersebut juga berdekatan dengan Saturnia yakni sebuah festival besar dan populer di Roma, di mana orang-orang berpesta, bersenang-senang, dan saling bertukar hadiah.

Selain itu, 25 Desember juga diyakini sebagai hari kelahiran Mithra, dewa cahaya dan kesetiaan dalam kepercayaan Indo-Eropa. Pada masa itu, penyembahan Mithra sangat populer terutama di kalangan para tentara Romawi.(2)

Sejumlah bukti sejarah menunjukkan bahwa tanggal tersebut sudah dikenal sejak awal masa Gereja Mula-Mula sebagai Hari Kelahiran Yesus Kristus. Sehingga perayaan Natal setiap tanggal 25 Desember bukan ditetapkan tanpa dasar.

Berikut ini beberapa dokumen dan penelitian yang mencatat tentang Hari Kelahiran Yesus Kristus sehingga ditetapkan 25 sebagai hari Natal:

1. Kronograf (354 M)

Kronograf adalah kumpulan tulisan berusia sekitar 1.600 tahun yang memuat catatan peristiwa dan kalender Romawi Kuno. Pada bagian ke-12 terdapat judul “Commemoration Dates of Martyrs”, dan di dalamnya tercantum kalimat: “VIII kal. Ian. Natus Christus di Betlehem Iudeae” yang berarti “Hari kedelapan sebelum Kalender Januari, kelahiran Kristus di Betlehem, Yudea.”

Menurut Rita Wahyu, seorang pengajar dan pemerhati budaya Yahudi, perjanjian Allah dengan Abraham serta hukum Israel menetapkan bahwa setiap bayi laki-laki Yahudi harus disunat dan diberi nama pada hari ke-8 setelah lahir (Kejadian 17:9-14). Yesus pun mengikuti ketentuan ini, seperti dicatat dalam Lukas 2:21.

Jika dihitung mundur delapan hari dari hari penyunatan Yesus, maka hasilnya adalah:

Dari perhitungan tersebut, dalam Kronograf menunjukkan bahwa hari pertama sebagai kelahiran Yesus, jatuh pada 25 Desember.

2. The Coptic Didascalia Apostolorum

Didascalia Apostolorum adalah catatan mengenai aturan dan tata cara hidup umat Kristen pada masa Gereja Awal, yang disusun sekitar abad ke-3 (sekitar tahun 230-250 M). Dokumen ini kemudian diedit oleh Bapa Gereja, Hipolitus, sekitar tahun 250 M.

Pada salah satu bagian dari dokumen ada tertulis “Saudara-saudaraku, peliharalah perayaan kelahiran-Nya (Natal) setiap tahun pada tanggal 25 bulan ke 9 Ibrani (disebut bulan Kislev, yaitu tanggal 29 bulan ke 4 Mesir (disebut bulan Khiyah).

3. Tafsiran Hippolitus dari Roma dan Julius Africanus

Hippolitus dari Roma, lahir sekitar tahun 170-an, dia adalah seorang teolog terkemuka yang diyakini sebagai murid Irenaeus (murid Polakarpus, murid Rasul Yohanes). Pada masa Paus Zephyrinus (199-217), ia dikenal sebagai sosok yang berpengaruh dalam teologi.

Tahun 225 M, Hippolitus menulis tafsiran Kitab Daniel, dan dalam salah satu halamannya ia mencatat “For the first advent of our Lord in the flesh, when he was born in Bethlem, was December 25th Wednesday, while Augustus was in his forty-second year, but from Adam, five thousand and five hundred years.” Hippolitus menganggap penciptaan dari Kristus dan kematiannya adalah pada waktu yang sama, yaitu 25 Maret.

Jika dihitung lamanya kandungan rata-rata janin sebelum dia dilahirkan selama sembilan bulan, maka didapati tanggal 25 Desember sebagai hari Kelahiran Kristus.

Pendapat ini sejalan dengan perhitungan Sextus Julius Africanus, seorang sejarawan Kristen yang hidup di antara abad ke-2 hingga awal abad ke-3. Africanus berpendapat bahwa jika Yesus dikandung pada 25 Maret tanggal yang ia yakini sebagai hari penciptaan maka kelahiran-Nya jatuh sembilan bulan kemudian, yaitu 25 Desember.

4. Abba Demetrius-Anno Martyri (189-232 M)

Pada tahun 198 M, Abba Demetrius, seorang Bapa Gereja dari Mesir, mencatat tanggal kelahiran Yesus dalam sebuah dokumen bernama Anno Martyri. Ia meminta seorang astronom Koptik bernama Batlimeus untuk menghitung waktu kelahiran Kristus berdasarkan penampakan bintang Sirius dan kalender Mesir.

Hasilnya, ia menyimpulkan bahwa Yesus lahir pada tanggal 29 bulan Khiahk, atau setara dengan 25 bulan Tebeth, yang bertepatan dengan 25 Desember menurut kalender Romawi.

5. Klemens dari Aleksandria-Stromata (185 M)

Stromata (bunga rampai) adalah karya ketiga Klemens dari Aleksandria, bagian dari trilogi tulisan yang digunakan sebagai rujukan gerejawi pada masanya. Karya ini pertama kali diterbitkan secara modern pada tahun 1900 dalam bahasa Prancis.

Dalam Stromata, Klemens menulis bahwa Kristus lahir pada hari ke-25 bulan ke-9, yang berarti 25 Pachon dalam kalender Mesir, atau 25 Desember dalam kalender Romawi. Perhitungannya didasarkan pada masa pemerintahan Kaisar Augustus setelah wafatnya Markus Antonius.

6. The Apostolic Constitutions (70 M)

Salah satu dokumen tertua dari abad Mula-Mula yang mencantumkan secara jelas tanggal perayaan penting bagi para pengikut Kristus adalah The Apostolic Constitutions, kumpulan ajaran dan aturan yang dikaitkan dengan para rasul.

Dalam buku ke-5 bagian 3 tercatat perintah berikut: “Saudara-saudaraku, peliharalah hari-hari raya; dan yang terutama, hari kelahiran yang harus kalian rayakan pada tanggal dua puluh lima bulan kesembilan.” Dalam tradisi penanggalan Yahudi, bulan kesembilan dihitung setelah bulan Nisan (April), sehingga jatuh pada bulan Kislev.

Jika dikonversikan ke kalender Romawi, tanggal 25 bulan ke-9 ini sama dengan 25 Desember. Catatan ini menunjukkan bahwa peringatan kelahiran Kristus pada 25 Desember telah dikenal sejak era Gereja Perdana.

7. Evodius dari Antiokhia

Evodius adalah uskup yang menggantikan Rasul Petrus dalam memimpin jemaat di Antiokhia. Menurut tradisi, ia juga termasuk dalam kelompok 70 murid yang diutus Yesus (Lukas 10:1), sehingga ia hidup sezaman dengan Kristus.

Evodius diyakini meninggal sebagai martir pada masa penganiayaan besar di bawah Kaisar Nero, sekitar tahun 64-68 M. Sejarawan Gereja dari Yunani, Nikeforus Kalistus Santofulus, mengutip pernyataan Evodius yang berbunyi: “Ia melahirkan Terang dunia ini pada hari kedua puluh lima bulan Desember, ketika ia berusia lima belas tahun.”

Rangkaian bukti historis tersebut memperkuat bahwa penetapan 25 Desember sebagai Hari Natal bukanlah hasil adopsi dari budaya musim dingin atau pangan yang sering dikaitkan dengan kebudayaan kafir, melainkan telah berakar kuat dalam tradisi Gereja Mula-Mula.(1)

Bagi kekristenan, perayaan Natal setiap tanggal 25 Desember secara resmi mulai dirayakan pada abad ke-4. Sehingga menggantikan hari raya Romawi Sol Invictus.

Pergantian ini menegaskan makna spiritual bahwa kelahiran Kristus adalah kemenangan terang sejati atas kegelapan, kejahatan, dan dosa.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Meski demikian, suasana rohani Natal yang hangat dan mendalam baru berkembang secara kuat pada Abad Pertengahan, berkat Fransiskus dari Assisi. Ia dikenal sangat mencintai Yesus sebagai “Allah yang menjadi manusia dan tinggal bersama kita”.

Dalam Vita Secunda, biografer pertamanya, Thomas dari Celano, menulis bahwa Santo Fransiskus memiliki kasih yang luar biasa besar kepada Natal. Ia merayakan kelahiran Kanak-kanak Yesus dengan kelembutan dan sukacita yang tak terlukiskan, dan menyebutnya sebagai “Hari Raya dari segala Hari Raya”, hari ketika Tuhan menjadi bayi kecil dan menyusu pada manusia (Fonti Francescane, no. 199, hlm. 492).

Motivasi utamanya sangat sederhana namun mendalam yakni ia ingin menjadikan peristiwa kelahiran Yesus lebih hidup, nyata, dan dapat dialami secara langsung, serta membagikan sukacita tersebut kepada semua orang.(3)

Itulah penjelasan mengenai kenapa Hari Natal jatuh pada 25 Desember? Semoga menambah wawasan ya, infoers!

Referensi:

1. Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani “Natal sebagai Peristiwa Historis: Menelusuri Sejarah Natal 25 Desember” oleh William Wahyu Sembiring

2. Laman Britannica “Mengapa Natal dirayakan di bulan Desember?”

3. Laman resmi Dikasteri untuk Komunikasi Vatikan

Kenapa Hari Natal Jatuh pada 25 Desember?

1. Teori Pengaruh Adaptasi Festival Musim Dingin

2. Catatan Sejarah dan Perhitungan Teologis

Kapan Penetapan Secara Resmi Tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal?