Rentetan tawuran antarwarga terjadi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam beberapa hari terakhir. Polisi mengaku terkendala mengatasi tawuran karena kerap diserang emak-emak hingga banyaknya warga yang justru asyik menyaksikan perang kelompok tersebut.
Kapolsek Tallo AKP Syamsuardi mengatakan kendala yang dihadapi dalam penanganan tawuran antarwarga terbilang kompleks. Sebab, warga sendiri yang melindungi para pelaku tawuran untuk ditindak tegas.
“Jadi kalau misalnya kita di TKP mau lakukan pembubaran biasa dihalangi warga menonton, mendapat perlawanan, ibu-ibu biasa menyerang kita. Jadi seakan dilindungi ini pelaku tawuran,” kata Syamsuardi kepada infoSulsel, Sabtu (8/11/2025).
Selain itu, warga yang menonton tawuran bak pertandingan sepak bola juga menjadi salah satu kendala penindakan. Sehingga, aksi tersebut seolah jadi hiburan hingga warga memanfaatkan momen itu untuk meraih cuan dengan live di media sosial.
“Orang nonton kaya nonton pertandingan bola, seolah-olah hiburan bagi mereka. Bahkan ada yang live TikTok sambil orang tawuran,” katanya.
Syamsuardi mengaku upaya penindakan juga sering terkendala lantaran korban enggan melapor. Sejumlah korban busur memilih mengobati diri sendiri tanpa membuat laporan polisi.
“Kendala kita ini kan korban tidak melapor, kalau kena busur dia tidak ke dokter, dia kasih keluar sendiri dan tidak lapor ke kami. Kita terkendala lakukan penyelidikan kalau tidak melapor,” ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, aparat masih mengedepankan langkah persuasif mencegah tawuran. Syamsuardi mengatakan tindakan represif seperti penembakan dikhawatirkan bisa menimbulkan persoalan hak asasi manusia.
“Kita serba salah kalau ditembak nanti HAM lagi. Kita lakukan upaya persuasif dulu,” ucapnya.
Kendati begitu, pihaknya telah menangkap 1 orang pelaku pembusuran yang telah dilimpahkan ke pengadilan. Pelaku merupakan tersangka pembusuran saat perang kelompok.
“Sudah ada yang kami lanjutkan ke pengadilan. Ada 1 orang sudah dilimpahkan ke Kejaksaan. Pelaku pembusuran saat perang kelompok,” katanya.
Wali Kota Makassar Munafri ‘Appi’ Arifuddin mengultimatum lima kecamatan karena kerap terjadi tawuran antarwarga. Appi menegaskan seluruh elemen harus aktif menjaga dan tidak pasrah pada keadaan.
Lima kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Tallo, Bontoala, Wajo, Ujung Tanah, dan Ujung Pandang. Kelima camat di wilayah tersebut telah dipertemukan melalui Apel Siaga Ketenteraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) di Pelataran Masjid Al-Markaz Al-Islami, Jumat (6/11) malam.
Appi menjelaskan apel siaga dilaksanakan untuk saling menjaga wilayah masing-masing. Sebab, kata dia, tawuran antarwarga yang kerap terjadi menimbulkan kegusaran di tengah masyarakat.
“Fokus utama kita adalah mencegah kegiatan yang kini marak. Khususnya di wilayah Tallo. Perang kelompok menimbulkan kegusaran bagi keamanan, jadi kita tidak boleh pasif atau pasrah,” kata Appi.
Dia menegaskan pentingnya saling menjaga untuk menciptakan lingkungan yang aman dan tenteram. Lingkungan ang aman dan tenteram disebu bisa membuat masyarakat lebih bahagia, produktif, dan ikut berkontribusi terhadap orang-orang di sekitarnya.
“Perlu saling menjaga keamanan dan ketenteraman. Ketika orang merasa aman di lingkungannya, mereka cenderung lebih bahagia, produktif, dan berkontribusi positif kepada komunitas sekitarnya. Setiap individu berhak pergi bekerja dan pulang tanpa rasa takut atau bahaya,” tegasnya.
Appi mengatakan menjaga stabilitas keamanan menjadi kewajiban bersama seluruh lapisan masyarakat. Menurutnya, lingkungan yang aman juga meminimalkan risiko kecelakaan dan cedera yang bisa menimbulkan dampak serius, baik bagi kesehatan maupun keselamatan warga.
“Penting membangun komunikasi yang baik, mulai dari rumah tangga, RT, RW, kelurahan hingga kecamatan agar situasi tetap terkendali,” imbuhnya.
Appi Ultimatum 5 Kecamatan Kerap Terjadi Tawuran
Syamsuardi mengaku upaya penindakan juga sering terkendala lantaran korban enggan melapor. Sejumlah korban busur memilih mengobati diri sendiri tanpa membuat laporan polisi.
“Kendala kita ini kan korban tidak melapor, kalau kena busur dia tidak ke dokter, dia kasih keluar sendiri dan tidak lapor ke kami. Kita terkendala lakukan penyelidikan kalau tidak melapor,” ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, aparat masih mengedepankan langkah persuasif mencegah tawuran. Syamsuardi mengatakan tindakan represif seperti penembakan dikhawatirkan bisa menimbulkan persoalan hak asasi manusia.
“Kita serba salah kalau ditembak nanti HAM lagi. Kita lakukan upaya persuasif dulu,” ucapnya.
Kendati begitu, pihaknya telah menangkap 1 orang pelaku pembusuran yang telah dilimpahkan ke pengadilan. Pelaku merupakan tersangka pembusuran saat perang kelompok.
“Sudah ada yang kami lanjutkan ke pengadilan. Ada 1 orang sudah dilimpahkan ke Kejaksaan. Pelaku pembusuran saat perang kelompok,” katanya.
Wali Kota Makassar Munafri ‘Appi’ Arifuddin mengultimatum lima kecamatan karena kerap terjadi tawuran antarwarga. Appi menegaskan seluruh elemen harus aktif menjaga dan tidak pasrah pada keadaan.
Lima kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Tallo, Bontoala, Wajo, Ujung Tanah, dan Ujung Pandang. Kelima camat di wilayah tersebut telah dipertemukan melalui Apel Siaga Ketenteraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) di Pelataran Masjid Al-Markaz Al-Islami, Jumat (6/11) malam.
Appi menjelaskan apel siaga dilaksanakan untuk saling menjaga wilayah masing-masing. Sebab, kata dia, tawuran antarwarga yang kerap terjadi menimbulkan kegusaran di tengah masyarakat.
“Fokus utama kita adalah mencegah kegiatan yang kini marak. Khususnya di wilayah Tallo. Perang kelompok menimbulkan kegusaran bagi keamanan, jadi kita tidak boleh pasif atau pasrah,” kata Appi.
Appi Ultimatum 5 Kecamatan Kerap Terjadi Tawuran
Dia menegaskan pentingnya saling menjaga untuk menciptakan lingkungan yang aman dan tenteram. Lingkungan ang aman dan tenteram disebu bisa membuat masyarakat lebih bahagia, produktif, dan ikut berkontribusi terhadap orang-orang di sekitarnya.
“Perlu saling menjaga keamanan dan ketenteraman. Ketika orang merasa aman di lingkungannya, mereka cenderung lebih bahagia, produktif, dan berkontribusi positif kepada komunitas sekitarnya. Setiap individu berhak pergi bekerja dan pulang tanpa rasa takut atau bahaya,” tegasnya.
Appi mengatakan menjaga stabilitas keamanan menjadi kewajiban bersama seluruh lapisan masyarakat. Menurutnya, lingkungan yang aman juga meminimalkan risiko kecelakaan dan cedera yang bisa menimbulkan dampak serius, baik bagi kesehatan maupun keselamatan warga.
“Penting membangun komunikasi yang baik, mulai dari rumah tangga, RT, RW, kelurahan hingga kecamatan agar situasi tetap terkendali,” imbuhnya.







