Dua atlet angkat besi berprestasi asal Sulawesi Selatan (Sulsel) Rahmat Erwin Abdullah dan Ade Rifky Agustian resmi hengkang dari atlet Sulsel. Keduanya kini pindah dan membela Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Surat permohonan mutasi resmi telah disampaikan oleh Rahmat dan Ade Rifky kepada Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Sulsel. Kepindahan ini bertujuan untuk mencari tantangan baru serta meningkatkan kualitas dan masa depan karier olahraganya.
“Adapun alasan kami mengajukan mutasi adalah agar kami dapat berkembang dan meningkatkan prestasi serta masa depan yang lebih baik lagi,” tulis Rahmat dalam keterangannya yang diterima infoSulsel, Kamis (2/10/2025).
Rahmat yang pernah meraih medali perunggu di Olimpiade Tokyo 2020 ini menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas kesempatan yang didapatkannya selama ini.
“Sebelumnya, saya sangat berterima kasih atas segala pengalaman yang didapatkan selama mengabdi di kampung halaman Sulsel. Saya secara pribadi banyak belajar dan berkembang selama berprestasi untuk Sulsel,” ungkapnya.
Sementara itu, Ade Rifky tetap menaruh harapan besar untuk kemajuan olahraga di tanah kelahirannya, Sulsel. Dia tetap tidak melupakan support yang selama ini diberikan.
“Besar harapan saya semoga PABSI Sulawesi Selatan semakin maju dan berkembang,” tutupnya.
Hengkangya atlet andalan Sulsel itu jelas menjadi kehilangan besar. Rahmat Erwin aktif mempersembahkan medali emas untuk Sulsel di ajang PON.
Saat PON XXI Aceh-Sumut 2024, Rahmat Erwin Abdullah mempersembahkan medali mas di kelas 73 Kg angkat besi.
Untuk diketahui, kabar Rahmat Erwin ingin hengkang dari Sulsel sudah berhembus sejak lama. Hal ini disebabkan kurangnya support dari pemerintah daerah.
“Kami sudah tidak punya harapan lagi kepada Pemda atau Pengprov atau apalah nama instansi olahraga di Makassar,” ujar ayah sekaligus pelatih Rahmat, Erwin Abdullah kepada infoSulsel, Kamis (8/2/2024).
Dia bahkan menyebut tak ada lagi alasan untuk dirinya dan Rahmat tetap bertahan menjadi atlet yang berjuang mengharumkan nama Makassar dan Sulsel. Apalagi kerja kerasnya itu tidak dibalas dengan apresiasi yang setimpal.
“Yang pasti Makassar tidak punya alasan tepat lagi menahan kami agar tetap di Makassar, sementara kami tidak diberi pembinaan. Ampun ampun, tempat latihan kami aja itu tidak ada loh di Makassar. Namun saktinya kok ada juara dunianya,” sebutnya.