Lurah Maricaya Baru, Budianto buka suara soal viral nenek Wahbah (85) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), digotong kerabat dan tetangganya untuk mengambil bantuan beras miskin (raskin) karena tidak bisa diwakili. Budianto berdalih kejadian itu hanya miskomunikasi.
“Miskomunikasi ji sebenarnya antara yang bawa KK (kartu keluarga) dengan staf. Mungkin staf berdiri untuk (mempertahankan) juknis, tidak mungkin staf tidak kasih kalau memang haknya. Administrasi mungkin,” kata Budianto kepada infoSulsel, Rabu (17/12/2025).
Budianto mengaku baru tahu kejadian warga protes pembagian sembako usai pulang rapat di Balai Kota, Selasa (16/12). Saat tiba di kantornya, dia langsung mendapati kerabat dari nenek tersebut dalam kondisi emosi.
“Saya lama (di Balai Kota) karena hujan, pas saya balik ke kantor, pas melangkah mau masuk ada ibu-ibu marah-marah, langsung marah. Katanya ini kelurahan ini orang sakit disuruh datang ke sini,” katanya.
Budianto sempat mempertanyakan masalah yang dialami warga tersebut. Ternyata warga tersebut mau ambil sembako untuk keluarganya namun diduga ditolak karena tidak bisa diwakili.
“Dia bilang ada kudengar informasi tidak bisa diwakili kalau pembagian beras. Saya bilang, sebenarnya di juknis memang tidak bisa kalau orang lain (yang wakili),” katanya.
Menurut Budianto, pemberian bantuan sebenarnya bisa saja diwakili, tapi syaratnya yang ambil harus ada dalam daftar kartu keluarga (KK) penerima bantuan. Namun warga protes tersebut hanya menerima informasi tidak bisa diwakili dari pihak lain.
“Kalau ada di dalam di KK-nya bisa. Saya tanya, itu infonya dari mana. Dia bilang ada katanya, katanya, katanya. Ternyata (informasi) dari istrinya itu si Pj RT yang lama, itu yang menyampaikan bahwasanya begitu, bukan staf,” kata Budianto.
Setelah itu, Budianto langsung menginstruksikan kepada stafnya untuk melayani warga yang protes itu. Dia juga akan bertanggung jawab soal administrasi.
“Jadi saya suruh itu ibu menunggu dan langsung masuk. Saya bilang sama staf bagikan haknya orang. Kalau ada di data itu haknya orang bagikan, nanti saya tanggung jawab administrasinya,” paparnya.
Saat stafnya sedang mempersiapkan bantuan, belakangan nenek Wahbah datang langsung ke kantor naik bentor. Budi sempat berencana membawakannya langsung ke rumah, namun kerabatnya meminta agar bantuan langsung diberikan.
“Rencana akan dibawa ke tempatnya itu ibu ternyata keburu datang ini yang sakit. Jadi sempat sebenarnya saya pegang itu nenek, saya bilang pulang saja ibu nanti diantar berasnya sama stafku,” ucap Budianto.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Budianto mengaku telah menjenguk nenek Wahbah di rumahnya pada Rabu (17/12) pagi. Atas kejadian ini, Budianto juga akan mengevaluasi pelayanan di kantornya.
“Alhamdulillah pihak keluarga juga sudah menerima saya dengan baik dan meminta maaf atas video viral kemarin yang terlanjur sudah dia lempar di media, dia minta maaf,” katanya.
“Saya bilang juga sebagai lurahnya saya akan perbaiki stafku ke depan. Yang jelas itu pihak keluarga sudah legawa dan menyesal sudah memviralkan ini barang,” tutur Budianto.
Sebelumnya diberitakan, nenek Wahbah viral usai digotong kerabat dan tetangganya untuk mengambil bantuan beras di kantor Kelurahan Maricaya Baru. Wahbah yang dalam kondisi sakit digotong usai pemerintah kelurahan menyatakan pemberian bantuan tidak bisa diwakilkan.
Peristiwa yang dialami wanita lanjut usia tersebut terjadi di Kelurahan Maricaya Baru, Kecamatan Makassar, Selasa (16/12). Pemerintah kelurahan diduga menolak memberikan bantuan meski diwakili oleh keluarga Wahbah.
“Bilang tidak bisa ambil beras, tidak bisa. Saya bilang kenapa? Ditolak. Harus katanya yang bersangkutan,” ucap menantu Wahbah bernama Emmi (65) kepada wartawan, Rabu (17/12).







