Parepare 4 Kali Inflasi Tertinggi di Sulsel Dipicu Pasokan Luar Daerah

Posted on

Pemkot Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengungkap pemicu inflasi yang dialami Parepare sebanyak 4 kali secara tahunan (year on year/y-on-y) selama 2025. Pemkot menganggap ketergantungan pasokan dari luar daerah turut mempengaruhi kenaikan inflasi.

“Posisi Parepare sebagai kota jasa dan perdagangan membuat pergerakan harga sangat dipengaruhi oleh pasokan dari luar daerah,” ungkap Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Parepare, Andi Ardian Asyraq kepada infoSulsel, Jumat (12/9/2025).

Dari data BPS, inflasi Parepare selama Januari hingga Agustus 2025 cenderung dinamis. Namun inflasi Parepare tertinggi dibanding daerah lain di Sulsel terjadi pada Maret sebesar 1,98%, April 3,68%, Juli 4,35% dan Agustus sebesar 4,46%.

“Kami menyadari bahwa Parepare dalam beberapa bulan terakhir masuk dalam daftar daerah dengan inflasi tinggi. Ini tentu menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kota,” ungkapnya.

Pemkot Parepare mengklaim sudah menyiapkan langkah untuk menekan laju inflasi agar tetap terkendali. Hal ini sudah dibahas bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Parepare.

“Pemerintah Kota Parepare bersama TPID berkomitmen penuh menjaga inflasi tetap terkendali agar daya beli masyarakat terjaga. Sejumlah langkah konkret telah dan terus dilakukan,” jelas Ardian.

Ardian melanjutkan, Pemkot Parepare tengah berupaya menekan laju inflasi dengan menjaga ketersediaan pasokan pangan melalui kerja sama antar-daerah. Pemerintah akan memastikan distribusi tetap lancar.

“Melaksanakan pasar murah, pasar tani dan gerakan pangan murah secara rutin untuk memberikan akses harga terjangkau kepada masyarakat. Pemkot menggelar operasi pasar bersubsidi pada setiap Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN),” paparnya.

Pemkot juga akan mengoptimalkan kios pengendali inflasi (KOPI) yang menjual kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Pihaknya juga menjamin ketersediaan beras SPHP oleh Bulog, sehingga harga beras sebagai komoditas strategis tetap stabil.

“Selanjutnya Pemkot memperkuat pemantauan harga dan koordinasi intensif dengan Bulog, distributor, dan pelaku usaha untuk mengantisipasi lonjakan harga sejak dini,” ujar Ardian.

Ardian optimis Parepare bisa keluar dari jerat inflasi. Dia berharap ekonomi dan daya beli masyarakat bisa kembali stabil dalam waktu dekat.

“Kami optimis dengan langkah-langkah tersebut, Parepare bisa segera keluar dari posisi inflasi tertinggi, dan stabilitas ekonomi serta daya beli masyarakat tetap terjaga,” imbuhnya.

Berdasarkan data BPS, Parepare mengalami inflasi tertinggi pada Agustus 2025 (y-on-y) di Sulsel sebesar 4,46% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 110,85. Sementara inflasi terendah terjadi di Palopo sebesar 2,75% dengan IHK 108,69.

Kepala BPS Parepare Dian Ernawaty mengungkapkan, kenaikan inflasi di periode Agustus dipicu kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Komoditi penyumbang inflasi salah satunya beras.

“Yang menyumbangkan angka inflasi yang paling besar untuk year-on-year itu dari kategori makanan, minuman, tembakau. Nah itu komoditinya beras,” ujar Dian kepada infoSulsel, Sabtu (6/9).

Komoditi lainnya yang menyumbang inflasi yakni naiknya harga ikan di pasaran akibat cuaca buruk. Dian merekomendasikan Pemkot Parepare melakukan intervensi untuk menekan kenaikan harga pemicu inflasi tersebut.

“Pemkot perlu mungkin untuk mengumpulkan dan mengecek pedagang besar termasuk pedagang ikan dan beras. Untuk mencari intervensi apakah dari rantai pasokan atau distribusi untuk menjamin stoknya itu ada terus,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *