, Sulawesi Selatan (Sulsel), menetapkan status tanggap darurat banjir selama 14 hari. Kebijakan ini untuk mempercepatkan proses penanganan dan penanggulangan bencana.
Kebijakan itu ditetapkan Bupati Bantaeng, M Fathul Fauzy Nurdin atau yang akrab disapa Uji Nurdin dalam rapat koordinasi di kantor Bupati Bantaeng, Sabtu (5/7/2025). Status tanggap darurat banjir di Bantaeng berlaku sejak 5-19 Juli 2025.
Uji mengatakan, penetapan status tanggap darurat bencana dilakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan. Pemkab Bantaeng juga memastikan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak bencana.
“Selain itu kita bisa menggunakan anggaran BTT (belanja tidak terduga), untuk membantu masyarakat kita yang terdampak bencana,” kata Uji dalam keterangan tertulisnya.
Uji meminta para lurah dan camat secepatnya mendata warganya yang terkena dampak bencana banjir. Hal ini agar bantuan yang disiapkan pemerintah daerah ataupun pusat secepatnya tersalurkan dan tepat sasaran.
“Kita dari subuh jalan melihat langsung keadaan masyarakat. Banyak rumah warga terdampak, sawah, jualan pedagang. Saya minta pendataan secepatnya serta pengkajian agar BTT bisa diberikan bantuan untuk warga terdampak,” ungkapnya.
Dia pun mengapresiasi Dinas Sosial Bantaeng yang telah membangun dua titik dapur umum di Kecamatan Bantaeng. Uji menekankan agar pelayanan dimaksimalkan, terutama memastikan bantuan air bersih dan makanan.
“Saya meminta bantuan air bersih dan makanan dimaksimalkan. Seluruh OPD turut bergerak memaksimalkan bantuan. Jangan buat masyarakat kita kebingungan. Tolong layani mereka sebaiknya,” ungkap Uji.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantaeng Irfan Fajar melaporkan, banjir dipicu intensitas curah hujan yang tinggi. Situasi ini membuat air sungai meluap hingga masuk permukiman
“Bencana kali ini berbeda dengan tahun- tahun sebelumnya. Curah hujan kali ini cukup tinggi dan bersamaan dengan air pasang. Bahkan tanggul jebol disebabkan air sawah yang meluap,” ungkap Irfan.
Dia berharap anggaran BTT segera berproses untuk menutupi tanggul yang jebol. Menurut Irfan, anggaran BTT hanya bisa mengakomodir penanganan awal bencana banjir.
“Karena anggaran BTT tidak bisa membangun tanggul permanen, jadi solusi jangka pendeknya membangun bronjong. Namun semoga intensitas hujan mereda agar pemulihan untuk tanggul, jalan, jembatan, dan warga cepat dilakukan,” pungkasnya.
BPBD Bantaeng hingga saat ini masih melakukan pendataan terhadap warga terdampak. Dinas Kesehatan Bantaeng turut mengumumkan seluruh 13 Puskesmas di 8 kecamatan mendirikan posko siaga bencana yang beroperasi selama 24 jam.
Sebelumnya diberitakan, banjir menerjang Bantaeng pada Sabtu (5/7). Lima kecamatan dilaporkan terdampak, yakni Bantaeng, Bissappu, Eremerasa, Uluere dan Pajukukang.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Terpisah, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Bantaeng Asrul Wahidin Nur menuturkan, kondisi cuaca di Bantaeng sudah normal dan ketinggian air sudah surut. Wilayah terdampak bencana banjir berada di 5 kecamatan, 10 kelurahan, 4 desa serta 1 desa terjadi tanah longsor.
“Dampak kejadian banjir berupa kerusakan tanggul sungai, jalan, jembatan tanggul pantai, pagar sekolah, persawahan dan perahu nelayan,” imbuh Asrul.