Ramai kasus seorang pendaki wanita di Gunung Bawakaraeng, Gowa, Sulawesi Selatan, dicabuli saat mengalami hipotermia. Pelaku melancarkan aksinya dengan memeluk badan korban ketika sedang sendirian.
“Korban mengalami hipotermia atau kedinginan berlebihan sehingga beristirahat di pos 7. Pada saat korban dan teman-temannya beristirahat, tiba-tiba pelaku langsung memeluk korban dengan kedua tangannya dari arah samping kiri,” ujar Kasat Reskrim Polres Sinjai AKP Andi Rahmatullah kepada infoSulsel, Sabtu (10/5/2025).
Saat dalam kondisi hipotermia, tubuh korban menjadi lemah sehingga tidak memiliki cukup tenaga untuk menghindar dari tindakan pelecehan. Kejadian ini memicu perhatian publik, bukan hanya karena tindak pelecehannya, namun juga banyak yang belum memahami kondisi hipotermia secara medis.
Lantas, apa sebenarnya hipotermia itu? Seberapa bahaya kondisi ini dan mengapa bisa membuat seseorang begitu rentan?
Simak penjelasan selengkapnya di sini!
Mengutip Jurnal Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr Soepraoen Malang berjudul “Pengetahuan Pendaki Gunung tentang Hipotermia”, hipotermia merupakan kondisi penurunan temperatur atau suhu tubuh secara tidak wajar. Gangguan medis ini memang secara umum berisiko dialami oleh para pendaki gunung.
Hal ini terjadi karena suhu di atas gunung yang cenderung berbeda-beda di setiap ketinggian. Semakin tinggi posisi, suhu udara akan semakin rendah sehingga suhu tubuh perlu menyesuaikan diri.
Suhu yang semakin rendah itu tentu bisa membuat seseorang kedinginan. Jika terlalu lama dalam kondisi kedinginan khususnya dalam cuaca berangin dan hujan maka mekanisme pemanasan tubuh terganggu. [1]
Pada kondisi tersebut, tubuh berpotensi tidak sanggup mengembalikan suhu normalnya karena suhu-suhu internal (suhu organ tubuh) sudah mengalami penurunan terlalu cepat. Dengan kata lain, suhu tubuh mengalami penurunan drastis bahkan di bawah 35 derajat Celsius.
Sementara, suhu normal manusia adalah sekitar 36-37 derajat Celsius. Jika itu terjadi, maka orang tersebut mengalami hipotermia. [2]
Hipotermia merupakan kondisi yang harus segera ditangani. Sebab, rendahnya suhu tubuh tersebut dapat mengakibatkan gangguan irama jantung, kekurangan cairan tubuh, serta suhu dan permukaan kulit jadi jauh lebih dingin dibandingkan organ dalam tubuh. [1][2]
Orang yang mengalami hipotermia juga bisa mengalami gangguan pada sistem saraf, serta organ lainnya tidak dapat bekerja dengan baik. Kemungkinan terparahnya, pendaki yang hipotermia bisa mengalami kematian. [2]
Hipotermia juga bisa menyebabkan komplikasi pada seseorang seperti frostbite yakni cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena membeku. Kedua yaitu Chilblains yang merupakan peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada kulit.
Selanjutnya, Trench Foot yaitu rusaknya pembuluh darah dan saraf pada kaki akibat terlalu lama terendam air. Terakhir yakni gangrene atau kerusakan jaringan. [3]
Seperti yang disebutkan sebelumnya, hipotermia disebabkan oleh penurunan suhu tubuh secara drastis dan sulit kembali ke suhu normal. Saat berada di suhu dingin, tubuh akan membakar lemak untuk menghasilkan panas.
Akan tetapi, paparan dingin yang terjadi secara terus menerus pada akhirnya akan mengganggu mekanisme tersebut karena tidak menghasilkan cukup energi panas. [2]
Faktor penyebab lainnya yakni kondisi fisik yang terlalu kurus. Misalnya saat mendaki, tubuh memerlukan tambahan energi yang banyak untuk meningkatkan metabolisme.
Jika tubuh seseorang kurus artinya memiliki sedikit cadangan energi di dalam tubuh. Kondisi seperti ini lebih berisiko mengalami hipotermia. [1]
Selain itu, terdapat faktor penyebab lainnya yang memicu hipotermia:
Pendaki gunung yang mengalami hipotermia tahap lanjut sering kali mengalami kejang-kejang. Biasanya, kondisi ini dianggap sebagai kesurupan oleh pendaki pemula yang tidak memahami secara detail gejala-gejala hipotermia. [1]
Oleh karenanya, penting bagi para pendaki mengetahui gejala hipotermia mulai dari yang ringan hingga berat sebelum masuk ke tahap lanjut. Berikut ini gejalanya yang dikategorikan hipotermia ringan, sedang, dan berat:
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Hipotermia ringan terjadi jika suhu tubuh seseorang berada di angka 32-35 derajat Celsius. Gejalanya sebagai berikut:
Hipotermia sedang terjadi jika suhu tubuh mencapai 28 hingga 32 derajat Celsius. Berikut gejala hipotermia sedang:
Hipotermia dikatakan berat jika suhu tubuh sudah di bawah 28 derajat Celsius. Gejala hipotermia berat yakni:
Penanganan hipotermia dapat dilakukan sedini mungkin sebelum kondisi seseorang semakin parah. Pertolongan yang bisa dilakukan yakni:
Pertama, tangani penderita secara lembut dan seperlunya. batasi pergerakan yang berlebihan serta jangan memijat orang dengan hipotermia.
Jika dipijat secara berlebihan maka akan menyebabkan henti jantung. Maka dari itu, ketika ditangani seseorang harus melakukannya selembut mungkin.
Jika pakaian orang tersebut dalam keadaan basah maka segera melepaskannya. Tujuannya agar suhu tubuh tidak semakin menurun.
Apabila memungkinkan, pindahkan pasien ke tempat yang lebih hangat. Akan tetapi, jika tidak bisa maka pertahankan posisinya saat itu namun dalam keadaan telentang.
Hangatkan tubuh pasien dengan selimut tebal atau kompres hangat di bagian leher, dada, ketiak, atau pangkal paha. Jangan kompres tangan dan kaki karena bisa menyebabkan darah dingin mengalir kembali ke organ vital dan menurunkan suhu tubuh inti.
Jika pasien masih dalam keadaan sadar berikan air minum hangat. Cara ini bisa membantu mengembalikan panas tubuh yang hilang.
Pada kondisi hipotermia berat pasien bisa mengalami henti jantung. Jika hal ini terjadi segera lakukan CPR atau resusitasi jantung paru.[2]
Demikianlah informasi mengenai “apa itu hipotermia” lengkap pengertian, bahaya, gejala, dan cara mengatasinya. Semoga menambah wawasan!
Sumber:
1. Jurnal Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr Soepraoen Malang berjudul “Pengetahuan Pendaki Gunung tentang Hipotermia”
2. Laman resmi RS Siloam berjudul “Hipotermia: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya”
3. Jurnal Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya berjudul “Gambaran Tingkat pengetahuan tentang Penanganan Pertama Hipotermia pada Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKMMapala)