Polisi-Guru Gendong Siswa SD Nyeberang Sungai di Mamasa gegara Jembatan Rusak

Posted on

Seorang polisi bernama Bripka Muh Nur Alam dan guru bernama Hasmar menunjukkan dedikasinya dengan menggendong siswa SD menyeberang sungai di , Sulawesi Barat (Sulbar). Keduanya membantu siswa menuju sekolah setelah jembatan yang berada di wilayah itu rusak parah tidak bisa dilalui.

Momen itu berlangsung di Desa Botteng, Kecamatan Mehalaan, Kamis (23/10). Nur Alam dan Hasmar sudah kerap menggendong siswa SD 006 Botteng secara bergiliran untuk menyeberang.

Keduanya mesti berhati-hati saat menyeberang karena arus sungai yang cukup deras. Nur Alam dan Hasmar turut bertaruh nyawa saat melintasi sungai yang dipenuhi bebatuan licin.

“Saya prihatin, selaku Bhabinkamtibmas pembina desa di sini, saya melihat anak-anak sekolah sangat sedih karena menyeberangi sungai arusnya deras,” kata Nur Alam kepada wartawan, Jumat (24/10/2025).

Siswa dibantu menyeberang setelah jembatan gantung sepanjang 30 meter di lokasi sudah rusak 3 tahun terakhir. Jembatan tidak kunjung diperbaiki hingga hanya menyisakan beberapa tali baja yang masih menggantung.

“Dan kondisi jembatan yang menjadi akses utama dilalui anak sekolah itu sudah rusak kurang lebih selama tiga tahun,” ujar Nur Alam.

Nur Alam mengaku aksi menggendong para murid menyeberangi sungai dilakukan saat intensitas hujan tinggi yang kerap menyebabkan air sungai meluap. Kondisi itu diakui membahayakan keselamatan para murid.

“Hal ini saya lakukan ketika cuaca lagi tidak bersahabat karena kerap membuat sungai meluap, dengan tujuan menghindari hal-hal tidak diinginkan,” imbuhnya.

Sementara guru SDN 006 Botteng, Hasmar mengaku prihatin jembatan tidak kunjung diperbaiki. Jembatan yang rusak parah merupakan akses utama yang biasa dilalui muridnya baik ketika menuju maupun saat pulang dari sekolah.

“Sangat prihatin terhadap kondisi jembatan yang ada sebagai akses penghubung utama siswa kami menuju ke sekolah,” ujar Hasmar.

Hasmar mengaku tidak jarang para murid diliburkan lantaran sungai tidak bisa dilalui. Bahkan terkadang murid terjebak di sekolah ketika air sungai tiba-tiba meluap.

“Kalau deras hujan siswa kami terpaksa diliburkan karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan proses belajar semestinya. Ketika siswa kami pergi ke sekolah tiba-tiba hujan mendadak otomatis siswa kami terperangkap di sekolah ini,” terangnya.

Dia berharap perhatian pemerintah, agar jembatan yang biasa dilalui para murid untuk ke sekolah segera diperbaiki. Menurutnya, perbaikan jembatan tidak dapat mengandalkan dana desa karena membutuhkan biaya besar.

Mudah-mudahan pemerintah yang berwenang dalam hal ini memperhatikan kami, karena kasihan anak-anak kami yang ada, generasi ke depan, seperti apa kalau tidak bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana di sekolah lain,” pungkas Hasmar.