Pria bernama Abdul Somad di Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) mendaur ulang sampah plastik menjadi batako. Produk batako itu akan dipakai untuk membangun lantai jalan maupun dinding rumah.
“Dari plastik yang sudah tidak terpakai. Ya sampah plastik. Kita olah lalu menjadi batako,” ungkap Abdul Somad kepada infoSulsel, Rabu (9/7/2025).
Somad menjelaskan, sampah plastik yang dikumpulkan itu akan dipilah dan dibersihkan. Selanjutnya akan dicacah menggunakan mesin.
“Harus dibersihkan dulu supaya plastiknya kuat. Baru dipisahkan plastik keras dan lembek. Baru dicacah pakai mesin,” jelasnya.
Dia melanjutkan, plastik yang sudah dicacah itu kemudian dibakar memakai tungku dan kompor hingga meleleh. Setelah meleleh dimasukkan ke dalam cetakan.
“Dibakar pakai tungku sama kompor. Diaduk supaya meleleh semua. Baru dikasi masuk di cetakan. Lalu didiamkan dulu baru dikasi air. Jadi dan sudah bisa dipakai,” paparnya.
Somad mengatakan, sudah ada 2 ribu lebih batako yang dihasilkan. Untuk pemasarannya dan pemanfaatannya dia akan dibantu pihak kelurahan.
“Nanti pak lurah sama DLH yang bantu jual. Bisa dipakai seperti batako biasanya. Bisa jadi lantai jalan atau dinding juga,” ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Lurah Lakessi Muhammad Fadel mengatakan siap mendukung pengolahan sampah plastik yang dilakukan warganya. Dia menuturkan inovasi warganya itu juga membantu untuk mengurangi sampah plastik.
“Kami mendukung pengolahan sampah yang dilakukan Pak Somad. Ini kan juga membantu untuk penanganan sampah plastik dan organik,” katanya.
Fadel mengatakan, aktivitas pengolahan sampah plastik juga akan didukung oleh pihak Unhas dalam uji kelayakan batakonya. Sehingga produk batako bisa dimanfaatkan dengan baik.
“Kami selalu koordinasi sama warga di sini terkait pengolahan sampah plastik. Kami akan kerja sama dengan Unhas untuk menguji kelayakan batako supaya bisa digunakan,” tuturnya.
Pihak kelurahan juga akan membantu untuk memasarkan produk batako warga. Salah satunya nanti akan menjadi uji coba digunakan di pasar seni.
“Kita akan bantu pasarkan. Tapi uji coba dulu di beberapa tempat salah satunya di pasar seni yang sempat disinggung pak Wali,” ujar dia.
Fadel menambahkan, untuk menentukan harga akan disampaikan ke pihak warga yang mengolah. Namun juga akan dibantu dari pihak kelurahan untuk menghitung pengeluaran dan penetapan harga satuannya.
“Ya pasti kita hitung biaya prosesnya, mesinnya sampai biaya bahan bakarnya. Nanti setelah dihitung baru kami bantu menetapkan harga setiap batako,” pungkasnya.