Renungan Harian Jumat, 19 Desember 2025, mengajak kita untuk kembali menata hati di hadapan Tuhan. Di tengah kesibukan dan berbagai tuntutan hidup, firman Tuhan hadir sebagai cahaya yang menuntun langkah, meneguhkan iman, serta menguatkan harapan.
Melalui bacaan Kitab Suci hari ini, kita diajak untuk merenungkan makna ketaatan, kerendahan hati, dan kesetiaan dalam menjalani panggilan hidup. Firman Tuhan bukan hanya untuk didengar, tetapi untuk dihayati dan diwujudkan dalam sikap serta tindakan sehari-hari.
Renungan Katolik 19 Desember 2025 mengangkat tema “Rencana di Balik Keraguan” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Yoseph Deddy Kurniawan. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Pada waktu itu ada seorang dari Zora, dari keturunan orang Dan, namanya Manoah; isterinya mandul, tidak beranak.
Dan Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada perempuan itu dan berfirman kepadanya, demikian: “Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram.
Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin.”
Kemudian perempuan itu datang kepada suaminya dan berkata: “Telah datang kepadaku seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa malaikat Allah, amat menakutkan. Tidak kutanyakan dari mana datangnya, dan tidak juga diberitahukannya namanya kepadaku.
Tetapi ia berkata kepadaku: Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; oleh sebab itu janganlah minum anggur atau minuman yang memabukkan dan janganlah makan sesuatu yang haram, sebab sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah.”
Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia.
Mulailah hatinya digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane-Dan yang terletak di antara Zora dan Esytaol.
Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.
Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam.
Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji.
Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja!
Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;
Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.
Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.
Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.
Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan.
Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.
Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.
Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.
Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut.
Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.
Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu.
Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;
ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka,
dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.”
Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.”
Jawab malaikat itu kepadanya: “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu.
Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.”
Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci.
Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu.
Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah.
Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya:
“Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.”
“Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai hari ketika semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya kepada perkataanku yang akan dipenuhi pada waktunya.” (Luk. 1:20)
Sore itu, hujan deras mengguyur kota Jakarta. Dari balik kaca mobilnya yang terjebak macet, Mimin melihat seorang ibu tua tergopoh-gopoh memayungi dagangannya.
Sebuah bisikan halus muncul di hatinya untuk menolong, namun seketika keraguan datang menyergap. “Apa gunanya? Bantuan kecil ini tidak akan mengubah hidupnya.”
Keraguan Mimin mengingatkannya pada kisah Zakharia dalam Injil Lukas. Zakharia, seorang imam yang hidup tanpa cacat di hadapan Allah, justru meragukan kabar Ilahi ketika malaikat Gabriel menyatakan bahwa doanya telah dikabulkan. Ia bertanya, “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya.” Momen itu menunjukkan betapa mudahnya kita terpaku pada keterbatasan diri, bahkan ketika sedang berada dalam pelayanan kepada Tuhan.
Seperti Zakharia yang hanya melihat kemandulan Elisabet dan usia mereka yang telah lanjut, Mimin pun terpaku pada keterbatasan dirinya sendiri. Ia lupa bahwa inti kisah ini justru menyatakan bahwa rencana Allah tetap digenapi, meski iman manusia kerap goyah. Malaikat menegaskan bahwa Yohanes akan menjadi besar di hadapan Tuhan dan diutus untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya. Sebuah rancangan Ilahi yang tidak dapat dihalangi oleh keraguan manusia.
Dengan iman yang perlahan tumbuh, Mimin akhirnya memutuskan untuk membantu ibu tua itu. Ia teringat bagaimana Zakharia menjadi bisu karena ketidakpercayaannya. Namun Elisabet justru bersukacita sambil berkata, “Inilah yang Tuhan telah perbuat bagiku.”
Tindakan sederhana Mimin dapat menjadi bagian dari karya Tuhan bagi ibu tersebut. Mungkin tindakan itu tidak sebesar mukjizat kelahiran Yohanes Pembaptis, tetapi tetap mencerminkan satu kebenaran: ‘bagi Allah, tidak ada yang mustahil’.
Seperti Zakharia yang akhirnya menyaksikan penggenapan janji Allah, kita pun diajak untuk tidak membiarkan keraguan menahan langkah kita. Marilah kita menyambut setiap kesempatan untuk menjadi saluran berkat dengan hati yang percaya, siap dipakai dalam rencana-Nya yang indah!
Lalu, di tengah berbagai keraguan yang sering muncul dalam hati kita, langkah kecil apa yang hari ini berani kita ambil untuk menanggapi panggilan Tuhan?
Doa Penutup:
Allah Bapa yang baik, kami bersyukur telah Kau pilih untuk menjadi bagian dalam setiap rencana-Mu. Kami mohon, terangilah kami selalu dengan Roh Kudus-Mu, agar kami berani menjadi bagian dari rencana-Mu sebagai saluran berkat bagi sesama. Amin.
Kaum kerabat Santa Makrina Muda yang hidup di Asia Kecil sangat masyhur, baik dipandang dari pihak ayahnya, maupun dari pihak ibunya. Hal itu bukanlah disebabkan oleh kekayaan mereka atau keunggulan duniawi lainnya melainkan oleh keutamaan hidupnya yang saleh.
Orang-tua ayahnya kehilangan segala-galanya sewaktu terjadi penganiayaan terhadap umat Kristen dan penghambatan agama lalu terpaksa melarikan diri ke hutan dan tinggal di persembunyian itu selama tujuh tahun. Nenek dan ayah-ibunya mati terbunuh sebagai martir. Ayahnya, Basilius Tua, serta ibunya, Emilia, dihormati juga sebagai orang kudus. Kecuali itu dari antara sembilan adiknya, tiga orang menjadi sokoguru Gereja yang saleh dan kokoh imannya.
Makrina adalah anak sulung dari keluarga yang luar biasa itu. Sepeninggal tunangannya, Makrina memilih cara hidup murni. Ia tinggal di rumah menjadi pembantu dan penghibur ibunya, pengurus rumahtangga dan pendidik adik-adiknya.
Adiknya laki-laki yang pertama, Basilius, menjadi orang kudus terkenal dengan gelar Basilius Agung dan Bapa para Rahib di Gereja Timur dan Bapa Gereja; adiknya yang kedua, Naukratius, memilih hidup sebagai seorang awam; ia sangat dermawan terhadap orang-orang miskin.
Adiknya yang lain, yaitu Gregorius yang kemudian terkenal dengan nama Gregorius dari Nyssa dihormati sebagai Bapa Gereja. Sedang yang bungsu, yaitu Petrus, kemudian menjadi Uskup di Sebaste dan di gelar kudus juga. Ketika semua adiknya telah menjadi dewasa, Makrina masuk biara yang didirikan oleh Basilius, adiknya. Tahun 379, dalam keadaan sangat miskin, Makrina meninggal dunia. Riwayat hidupnya dikarang oleh Santo Gregorius dari Nyssa.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Demikian renungan harian Katolik Jumat, 19 Desember 2025. Tuhan Yesus memberkati!







