Umat Katolik setiap hari melakukan ibadah dan membaca renungan berdasarkan bacaan yang telah diatur di kalender liturgi. Lantas, apa bacaan dan renungan harian Katolik hari ini, Minggu, 2 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, 2 November merupakan Hari Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman. Dilansir dari laman Iman Katolik hari ini secara khusus mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia.
Renungan Katolik 2 November 2025 mengangkat tema “Harapan Selalu Ada” dikutip dari Buku Inspirasi Pagi LBI oleh Budi Ingelina. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Berikut bacaan hari ini:
Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.
Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Refrain: Ya Allah dengarkanlah doaku
Mazmur:
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya.
Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia
yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.
Kita sering mendengar lontaran kritik terhadap umat Katolik yang mendoakan orang yang telah meninggal. Kritik ini datang dari orang-orang yang berpandangan bahwa saat kematian datang, komunikasi antara orang yang hidup dan yang tidak hidup otomatis terputus.
Kematian juga dilihat sebagai akhir dari perubahan. Tidak ada yang dapat diubah lagi, semua menjadi stagnan, termasuk dosa-dosa yang masih melekat.
Dengan perspektif seperti itu, berdoa bagi orang yang sudah meninggal dianggap sebagai perbuatan sia-sia, apalagi meminta orang yang sudah meninggal untuk mendoakan orang yang masih hidup.
Ini dituding sebagai praktik yang salah dan bertentangan dengan firman Tuhan, sebab roh orang yang sudah meninggal tidak memiliki kuasa apa pun. Untuk mencari terang jawaban atas persoalan ini, mari kita cermati bersama bacaan pertama hari ini (2Mak. 12:43-46).
Yudas Makabe mengumpulkan uang untuk dipersembahkan sebagai kurban penghapus dosa bagi prajurit yang gugur di pertempuran. Kitab Suci menilai perbuatan ini sebagai perbuatan sangat baik dan tepat.
Yudas memikirkan kebangkitan prajurit yang sudah meninggal dan tetap menaruh pengharapan. Masih ada jalan untuk menebus dosa-dosa mereka.
Sebagai orang Katolik, kita percaya akan api penyucian. Di situlah jiwa orang yang sudah meninggal namun masih berlumur dosa akan disucikan.
Katekismus Gereja Katolik (KGK 954) menyebutkan tiga kondisi dan situasi murid Tuhan: Pertama, yang masih mengembara di dunia (hidup); kedua, yang telah meninggal (mati); dan ketiga, yang telah mati namun masih berdosa (mengalami penyucian).
Kelompok terakhir inilah yang masih membutuhkan doa-doa dari orang yang hidup. Seperti halnya Yudas Makabe, ketika kita berdoa bagi mereka, kita menaruh pengharapan bahwa doa-doa kita dapat membantu melepaskan dosa-dosa mereka.
Saling mendoakan kita lakukan karena kita mengimani persatuan kita dengan manusia lainnya sebagai anggota keluarga Allah yang tidak dibatasi oleh kematian (bdk. KGK 955). Doa kita adalah wujud kasih dan aksi kita untuk saling menjaga satu dengan yang lainnya.
Ketika kita membawa nama mereka dalam Ekaristi kudus, itu bukan sekadar tradisi turun-temurun, namun karena kita sungguh-sungguh percaya akan janji Tuhan, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Allah Bapa berkehendak agar setiap orang selamat. Ia tidak menginginkan ada satu pun manusia yang hilang. Itu berarti Tuhan selalu memiliki harapan untuk manusia.
Karena itu, meski kehidupan di dunia telah selesai, jangan pernah kehilangan harapan. Di dunia orang hidup maupun orang mati, harapan selalu ada.
Kematian bukanlah akhir atau halangan bagi kita, murid-murid Tuhan, untuk bisa terus saling peduli dan saling menjaga antardua dunia.
Kemarin, kita memuliakan semua Orang Kudus dan berdoa memohon agar kita pun kelak bisa berbahagia bersama mereka di dalam surga sambil memandang wajah Allah, Bapa kita. Hari ini kita mengenang saudara-saudara kita yang telah meninggal namun masih berada di Api Penyucian.
Bahkan seluruh bulan November ini kita khususkan untuk berdoa dan berkorban untuk memohon kerahiman Allah atas mereka. Hal ini kita lakukan karena di dalam Yesus Kristus, Penyelamat semua orang yang, merindukan keselamatan dari Allah dengan tulus hati, kita tetap bersatu padu dengan mereka.
Dalam iman akan Kristus itu, kita percaya bahwa apa yang kita namakan Persekutuan para Kudus meliputi baik kita yang masih hidup di dunia ini, maupun semua Orang Kudus di surga, dan semua orang yang telah meninggal. Bersama-sama kita membentuk dan terhimpun di dalam satu Gereja, yaitu Tubuh Mistik Kristus.
Hari ini kita secara khusus mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia. Maka kiranya ada baiknya kita menyadari makna peristiwa kematian menurut ajaran iman kita.
Bagi kita orang Kristen saat kematian sesungguhnya merupakan peristiwa puncak kehidupan. Hidup kita tidak lenyap, melainkan hanya diubah.
Kita percaya bahwa sesudah pengembaraan kita di dunia ini selesai, tersedialah bagi kita kediaman abadi di surga. Kematian bagi kita merupakan saat kita mempercayakan diri secara total kepada Kristus, kebangkitan dan kehidupan kita saat perjumpaan abadi dengan Dia, pokok pengharapan kita, yang mengantar kita pulang ke rumah Bapa.
Atas dasar iman itu, kita memohon agar saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia disucikan dari segala dosanya, dibebaskan dari segala hambatan dan noda, dan boleh menikmati kebahagiaan kekal di sisi kanan Allah, Bapa kita, serta boleh bersama-sama para kudus di surga memandang wajah Allah yang dirindukannya.
Hari kenangan dan peringatan ini pun sekaligus memberi penghiburan rohani bagi kita, bahwa kelak kita akan berjumpa kembali dengan saudara-saudara yang telah mendahului kita, untuk bersama Maria memuji dan memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus. Kita pun pada suatu ketika akan meninggalkan dunia ini dan pulang kepada Bapa di surga. Tetapi kita percaya bahwa hidup atau mati, kita tetap milik Kristus.
Ya Tuhan Yesus, Engkaulah kebangkitan dan hidup. Pada hari ini kami mempercayakan kepada-Mu semua arwah orang beriman yang telah Engkau panggil dari dunia ini. Terimalah mereka dalam terang dan damai-Mu yang kekal. Semoga mereka yang telah Engkau sucikan kini beristirahat dalam kebahagiaan surgawi bersama-Mu. Dan kami yang masih berziarah di dunia ini, kuatkanlah iman kami akan janji kebangkitan. Jadikan kami pembawa harapan bagi sesama, agar hidup kami senantiasa diarahkan kepada kasih dan keselamatan-Mu yang abadi. Amin.
Itulah renungan harian katolik Minggu, 2 November 2025. Semoga bermanfaat!
