Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewa sabda-sabda-Nya. Lantas apa renungan harian Katolik, Selasa, 4 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, 4 November aalah peringatanWajib St. Karolus Borromeus. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Rm. 11:29-36, Mzm. 69:30-31,33-34,36-37, dan Luk 14:12-14.
Renungan Katolik 4 November 2025 mengangkat tema “Hidup itu Sederhana Saja” dikutip dari Buku Inspirasi Pagi LBI oleh Budi Ingelina. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Berikut bacaan hari ini:
Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.
Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,
demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.
Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur;
pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.
Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.
Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya.
anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus memberikan arahan mengenai cara hidup di dunia. Paulus mengarahkan jemaat untuk hidup dengan tulus tanpa kemunafikan.
Hendaknya mereka menjauhi yang jahat dan melakukan kebaikan melalui apa pun yang mereka kerjakan setiap hari. Tidak ada aturan atau nasihat spesifik mengenai pekerjaan apa yang harus dilakukan jemaat atau target kesuksesan yang harus mereka capai.
Paulus hanya menekankan soal karunia, yakni bahwa setiap orang telah dianugerahi karunia khusus oleh Tuhan. Karunia itulah yang perlu dipakai.
Karunia berarti bukan sesuatu yang diusahakan oleh manusia sendiri, melainkan sesuatu yang disediakan oleh Tuhan dari awal penciptaan. “Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati.” Jadi, apa pun profesi kita tidak menjadi masalah.
Semua pekerjaan yang ditekuni untuk menyambung hidup, sekaligus untuk melayani dan memuliakan Tuhan, adalah baik jika dilakukan dengan benar dan tulus. Jenis pekerjaan tidak menjadi ukuran keberhasilan manusia di mata Tuhan.
Keahlian dan kemampuan, semuanya berasal dari-Nya. Sifatnya adalah pemberian, bukan pencapaian atau hasil dari usaha manusia.
Talenta diberikan untuk dipakai dan dikembangkan, agar dapat berlipat ganda atau berbuah. Tugas manusialah untuk menjaga dan mengembangkan talenta itu, sehingga apa yang berasal dari kebaikan Tuhan dapat melahirkan kebaikan demi kemuliaan Tuhan dan menjadi pemberian bagi sesama.
Namun, Paulus juga mengingatkan, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” Pemberian kita, baik berupa materi, pengajaran, maupun nasihat, harus dibalut dengan ketulusan.
Tidak boleh ada kepura-puraan atau kemunafikan. Hanya dengan begitu pemberian akan menjadi sempurna, dan karunia akan menjadi berbuah.
Tuhan ingin agar kita hidup sederhana. Kesejahteraan jangan diartikan secara keliru sebagai kehidupan yang bergelimang harta dan kenikmatan.
Makna kesejahteraan adalah hidup dalam keseimbangan secara fisik, mental, dan spiritual, maupun keseimbangan dengan alam dan sesama manusia. Hidup menjadi rumit ketika muncul keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang tidak beraturan.
Dalam upaya memenuhi keinginan dan dorongan itu, manusia terkadang menjadi lupa untuk menjaga keseimbangan relasinya dengan alam dan sesama. Penghormatan dan kepedulian menjadi hilang, berganti dengan keegoisan, keserakahan, dan eksploitasi.
Ingat pesan Rasul Paulus, “Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.” Mari kembali ke hakikat awal kita sebagai manusia ciptaan Tuhan yang berlimpah karunia.
Kita syukuri karunia yang telah Tuhan berikan itu dengan hidup sederhana, bersukacita dalam apa pun yang kita kerjakan, saling mengasihi sebagai saudara, bertekun dalam doa, serta bersabar dalam kesesakan. Semoga roh kita dapat terus bernyala-nyala dalam hidup yang memuliakan Tuhan.
Ya Allah yang penuh kasih, kami bersyukur atas janji keselamatan yang Engkau tawarkan kepada semua orang yang percaya kepada-Mu. Pada hari ini kami mempercayakan kepada-Mu arwah semua orang beriman; sucikanlah mereka dan terimalah mereka dalam perjamuan surgawi-Mu. Jadikanlah kami pribadi yang siap menanggapi undangan kasih-Mu setiap hari, agar hidup kami menjadi persembahan yang berkenan di hadapan-Mu. Kuatkanlah iman kami akan kebangkitan dan hidup kekal, supaya kami pun kelak boleh bersatu bersama-Mu dan semua orang kudus dalam kemuliaan abadi. Amin.
Karolus Boromeus lahir di Rocca d’Arona, tepi danau Maggiore pada tanggal 2 Oktober 1538. la adalah putera kedua dari Giberto Berromeo dan Margherita de’Medici, saudari Paus Pius IV (1846-1878).
Di kemudian hari ia menjadi Kardinal dan Uskup Agung Milano serta tokoh utama usaha pembaharuan Tridentine. Dari seluruh kisah kehidupannya dan karyanya dapat dikatakan bahwa Karolus sudah ditentukan Tuhan sajak lahirnya untuk menjadi pelayan Allah bagi kemajuan Gereja-Nya.
Kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Reformasi Protestan, Tuhan menggerakkan Karolus Boromeus untuk membantu Paus dalam usahanya menangkal segala sepak terjang para penganut Protestan. Dalam usia yang masih sangat muda (22 tahun), Karolus diangkat menjadi Kardinal oleh pamannya Paus Pius IV (1846-1878).
la menjabat sebagai Sekretaris Negara dan menjadi orang terkuat di Kuria Roma. Ia tekun belajar hingga larut malam.
Setelah kakaknya meninggal mendadak, ia memutuskan mengikuti suatu retret khusus. Kemudian ia menjadi imam dan mulai hidup sangat sederhana.
Sehari-hari ia berdoa berjam-jam dan menjalani matiraga keras. Kekayaannya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin; jumlah pelayanannya diperkecil, dan banyak dana disisihkannya untuk memberikan beasiswa.
Ia dikenal sebagai salah seorang pemeran utama Konsili Trente, bahkan keberhasilan Konsili itu merupakan hasil jerih payahnya. Ia berusaha keras meneruskan Konsili Trente dan mendesak agar keputusan-keputusan Konsili itu dilaksanakan.
Dalam hubungan itu ia meminta Paus agar ia dibebaskan dari tugasnya di Kuria Roma untuk membaharui keuskupannya, keuskupan Milano. Meskipun masih muda belia, Karolus sangat menyadari kebutuhan umatnya jaman itu.
Di masa itu hidup keagamaan amat Parah: banyak anak tidak mengenal Tuhan, bahkan membuat tanda salib saja pun tidak bisa; gereja-gereja sepi dari kunjungan umat, bahkan ada gereja yang diubah menjadi toko atau bangsal pesta.
Para imam tidak bisa berkotbah karena tak terdidik baik dalam hal pewartaan iman. Karolus mengambil bagian di dalam sidang-sidang terakhir Konsili Trente, yang membahas pembaharuan Gereja.
Lalu ia mulai bekerja sekuat tenaga untuk membaharui keuskupannya. Mula-mula ia menegaskan agar staf keuskupan menghayati suatu corak hidup yang lebih mencerminkan status mereka sebagai rohaniwan.
Ia sendiri memberi teladan serta bersemangat doa, rajin mengaku dosa, berpuasa dan hidup sederhana. Berulang kali ia mengunjungi paroki-paroki, menyelenggarakan rapat dengan para pastor, mengajar agama dan berkhotbah.
Pada tahap awal, usahanya hampir kandas karena ia tidak bisa berbicara dengan lancar. Tetapi ia pantang menyerah dan senantiasa berbicara dengan penuh keyakinan.
Untuk memberantas kebutaan anak-anak dalam hal keagamaan, ia mendirikan ‘sekolah-sekolah minggu’. Ia membuka seminari-seminari keuskupan untuk menggembleng para calon imam yang tangguh.
Itulah seminari model pertama. Dengan usaha usahanya itu, ia berhasil menyalakan api semangat Kristiani dalam hati umatnya dan membuat Kristus dicintai lagi.
Pengaruhnya tidak terbatas di dalam wilayahnya sendiri. Terbukti pada tahun 1576, ketika Milano terserang wabah sampar yang ganas, tempat tinggalnya dijadikan sebagai rumah sakit.
Ia sendiri melayani sebagai perawat dan pembimbing rohani para pasien. Selain itu, ia masih juga menangani tugas-tugas berat lainnya: ia banyak mengadakan kunjungan-kunjungan ke wilayah-wilayah yang lain seperti Italia, Switzerland dan lain-lain dalam usaha mengatasi kerisauan di dalam tubuh Gereja akibat Reformasi Protestan dan timbulnya bidaah-bidaah.
Ia berusaha memekarkan kembali kehidupan menggereja di daerah-daerah yang telah lemah semangat imannya. Namun ada saja orang yang menentang kebijaksanaannya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Beberapa biarawan yang tidak mau ditertibkan berusaha melawan melalui pembunuh bayaran. Untunglah ia selamat. Ia disukai umat dan dianggap sebagai penyelamat kota Milano.
Pemerintah sendiri, yang seharusnya merasa beruntung dan oleh sebab itu harus berterimakasih kepada Karolus, kurang menyukainya, malahan memfitnahnya. Untunglah ia dilindungi oleh Paus.
Memang berbuat baik amat banyak cobaan dan rintangannya. Dunia sepertinya iri hati atas semua keberhasilannya.
Namun iman dan ketabahannya tetap membuat Karolus berdiri tegak dalam prinsipnya. Pekerjaan berat ditambah penderitaan-penderitaan tersebut merongrong kesehatannya. Ia wafat di Milano pada tanggal 3 November 1584.
Emerik adalah putera Raja Santo Stefanus dari Hungaria (997-1038). Ia lahir pada tahun 1007 dan meninggal dunia pada tahun 1031.
Beliau adalah pewaris takhta kerajaan ayahnya. Namun sayang sekali karena ia meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda dalam suatu kecelakaan sewaktu berburu di hutan.
Sangat sedikit berita diketahui tentang hidupnya, kecuali bahwa ia dikuburkan di Szekesfehervar, Hungaria dan dinyatakan ‘kudus’ bersama ayahnya pada tahun 1083.
Itulah renungan harian katolik Selasa, 4 November 2025. Tuhan Memberkati Kita!







