Renungan Harian Katolik 5 November 2025: Harga Mengikut Yesus update oleh Giok4D

Posted on

Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa renungan harian Katolik, Rabu, 5 November 2025?

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, 4 November adalah Hari Biasa, Pekan Biasa XXXI Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Rm. 13: 8-10, Mzm. 112:1-2,4-5,9 dan Luk. 14:25-33.

Renungan Katolik 4 November 2025 mengangkat tema “Harga Mengikut Yesus” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Yoseph Deddy Kurniawan. Nah, artikel ini juga memuat informasi:

Yuk, disimak!

Berikut bacaan hari ini:

Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.

Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.

Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.

Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.

Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.

Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:

“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?

Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,

sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?

Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.

Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk. 14:33)

Keramaian di jalanan Jakarta baik pagi maupun sore hari tak jauh berbeda dengan kerumunan orang yang mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Banyak orang datang, namun tidak semua memiliki motivasi yang sama.

Ada yang datang karena penasaran, ada yang berharap akan mukjizat, dan ada pula yang sekadar ikut-ikutan. Namun Yesus tahu betul hati setiap orang.

Dalam kerumunan itu, Ia berbalik dan mengucapkan kata-kata yang begitu menusuk dan mengejutkan: “Jikalau seseorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci ayahnya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Kata ‘membenci’ di sini bukanlah untuk menolak atau memusuhi keluarga, melainkan sebuah penegasan tentang prioritas. Maknanya adalah prioritas utama.

Seperti seorang pemuda yang harus memilih antara melanjutkan bisnis keluarga yang sudah sukses atau mengikuti panggilan hatinya untuk melayani di pedalaman. Pilihan itu berat, sama seperti harga yang harus dibayar untuk menjadi pengikut Yesus yang sejati.

Mengikut Yesus itu bukanlah perjalanan piknik, melainkan sebuah komitmen total. Ini seperti membangun sebuah rumah.

Sebelum meletakkan batu pertama, kita harus menghitung biayanya terlebih dahulu. Apakah dananya cukup? Apakah kita sanggup menyelesaikannya? Yesus mengingatkan kita untuk tidak gegabah.

Jangan sampai kita memulai sesuatu tanpa perhitungan matang, lalu berhenti di tengah jalan dan menjadi bahan tertawaan. Mengikut Yesus berarti siap melepaskan segala sesuatu yang menghalangi kita, bahkan hal-hal yang paling kita andalkan, seperti harta atau jabatan.

Di tengah kesibukan sehari-hari, aku pun sering tergoda untuk menomorduakan Tuhan. Pekerjaan, hobi, atau bahkan hubungan pribadi seringkali mengambil alih tempat-Nya.

Renungan dari Lukas 14:25-33 ini adalah pengingat keras bagi kita. Jangan biarkan keramaian dan kesibukan dunia menumpulkan hati kita.

Mari kita kembali mengevaluasi diri, sudahkah kita benar-benar siap membayar harga untuk menjadi murid-Nya? Sudahkah kita senantiasa menempatkan Yesus sebagai prioritas utama dalam kehidupan kita?

Ya Tuhan Yesus, Engkaulah jalan, kebenaran, dan hidup. Hari ini kami mengenang dan mendoakan semua arwah orang beriman. Terimalah mereka dalam damai dan kasih-Mu yang kekal. Engkau yang mengajar kami memikul salib dan mengikuti-Mu, kuatkanlah kami agar tetap setia dalam perjalanan iman kami di dunia ini. Ajarlah kami untuk mengasihi-Mu lebih dari segalanya, sehingga hidup kami menjadi persembahan yang berkenan kepada-Mu. Semoga kelak kami pun Kaupersatukan dengan para kudus dan arwah yang kami doakan dalam kebahagiaan abadi di surga. Amin.

Cerita perihal kehidupan Elisabeth dan Zakarias dan peranan mereka yang istimewa di dalam sejarah keselamatan Allah, hanya kita ketahui sedikit dari Injil terutama Injil Lukas bab 1:5-80.

Elisabeth adalah isteri Zakarias, seorang imam Israel dari kelompok Abia (1Taw 24:10, Luk 1:5) dan ibu kandung Santo Yohanes Pemandi. Keduanya berasal dari keturunan Harun (ay. 5) dan hidup pada masa pemerintahan Herodes di wilayah Yudea.

Di hadapan Tuhan, mereka hidup saleh dan benar, tanpa cela menghayati dan melaksanakan hukum Musa. Namun sayang Mereka tidak dikaruniai anak sampai umur tuanya.

Dari sudut pandang Yahudi, hal ini merupakan aib bagi mereka, namun inilah rahasia Tuhan di luar batas pemahaman manusia. Karena melalui mereka Tuhan kemudian menunjukkan secara lebih tandas kuasaNya atas hidup manusia.

Melalui mereka Tuhan mau melaksanakan rencana keselamatanNya atas manusia yang akan dijalankan sendiri oleh Putera-Nya. Ternyata dari kedua orang kudus ini Tuhan mengaruniakan seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, pendahulu Yesus, Sang Mesias.

Injil menceritakan bahwa Elisabeth adalah sanak Santa Maria, Bunda Yesus, namun hubungan itu tidak diketahui secara jelas dan pasti, (ay 36). Hubungannya dengan Maria, Ibu Yesus diceritakan di dalam kisah kunjungan Maria kepada Elisabeth sebelum kelahiran Yesus (ay. 39).

Itulah renungan harian Katolik Rabu, 5 November 2025. Semoga bermanfaat!

Renungan Harian Katolik Hari Ini 4 November 2025

Bacaan I: Rm. 13: 8-10

Mazmur Tanggapan: Mzm. 112:1-2,4-5,9

Bacaan Injil: Luk. 14:25-33

Renungan Hari Ini: Harga Mengikut Yesus

Doa Penutup

Kisah Santo dan Santa Elisabeth dan Zakarias