Renungan Harian Katolik Jumat, 19 September 2025: Libatkan Tuhan Selalu

Posted on

Hidup kita sering dipenuhi dengan berbagai rencana, baik besar maupun kecil. Namun, semua akan terasa lebih ringan dan terarah ketika kita melibatkan Tuhan dalam setiap langkah yang kita ambil.

Renungan Harian Katolik Jumat, 19 September 2025 mengajak kita untuk merenungkan pentingnya menghadirkan Tuhan dalam setiap rencana hidup kita. Dengan melibatkan-Nya, kita tidak hanya berjalan sesuai kehendak sendiri, tetapi juga membuka ruang bagi penyertaan dan berkat-Nya.

Renungan hari Jumat, 19 September 2025 mengangkat tema “Sertakan Tuhan dalam Setiap Rencana mu” dikutip dari buku Renungan Tiga TiTik oleh Sylvia Maria Djatisutikno. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih. (6-2b) Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini.

Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat?yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus?dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,

ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,

percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.

Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.

Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.

Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka?

Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya,

karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya?

supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.

Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,

dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,

Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.

Sebab, kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.

(1Tim. 6:7)

Ada sebuah kalimat yang sering saya dengar: manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Seperti juga yang tertulis dalam Ams. 19:21 “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.”

Saya teringat kisah seseorang, yang suaminya memimpikan rumah yang indah, besar, dan megah. Lalu ia merancang dan menggambar dengan sangat detail dan penuh semangat.

Setelah lebih dari satu tahun, akhirnya rumah impiannya selesai juga. Ia berencana, minggu depannya akan mengisi dan menempatinya bersama keluarganya.

Namun Tuhan telah lebih dulu memanggilnya. Rumah baru yang megah dan indah itu, tak sempat ia nikmati.

Cerita teman saya ini menyadarkan kita, bahwa hidup kita sepenuhnya ada di tangan Tuhan, bukan di tangan kita sendiri. Bukan kita yang mengendalikan, tetapi Tuhan.

Seperti firman-Nya, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.” (Yes. 55:8).

Kita sering merasa semua ada di tangan kita. Padahal kita tidak memiliki apa-apa. Sebagaimana kita lahir maupun pulang kembali ke Bapa, hanya membawa badan.

Apa pun yang kita bangun dan hasilkan di dunia ini; istana yang megah, tumpukan emas, atau koleksi mobil mewah, semua menjadi tidak berarti, ketika kita pulang. Karena semua itu tak mampu menghantar kita ke surga.

Hanya iman, kasih dan perbuatan baik serta amal kita saja yang menjadi ‘tangga’ untuk menuntun kita kepada Bapa. Bukankah Yesus sudah berpesan, kumpulkanlah hartamu di surga (Mat. 6:20).

Namun, sering kali firman ini dianggap sepele. Padahal itu adalah kunci keselamatan, sebuah alarm rohani yang mengingatkan kita sebagai bekal sejati, jika kita mau selamat.

Mari kita merenung sejenak, apakah kita sekarang ini sudah membangun ‘istana kebaikan’ sebagai lampu mercusuar yang menuntun langkah kita kepada Bapa?

Sebab bukan banyaknya harta materi yang memberi kehidupan kita di dunia selanjutnya, tetapi harta rohani. Kita dipanggil menjadi kaya di hadapan Bapa, bukan di hadapan manusia.

Doa:

Allah Bapa di surga, sering kali dalam membuat rencana, kami tidak menyertakan Engkau. Ampuni kesombongan kami, kami lupa bahwa hidup ada di dalam tangan-Mu dan tidak bisa apa-apa jika Engkau tidak sertai. Hidup mati kami, Engkau yang berdaulat. Kiranya untuk selanjutnya kami melibatkan-Mu dalam setiap keputusan, sehingga hidup kami selalu berkenan kepada-Mu. Amin.

Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan pada masa penganiayaan terhadap orang Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus.

Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Miseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lainnya: Euticius dan Acutius.

Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya diakon Festus dan Desiderius.

Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatang-binatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka.

Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka.

Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.

Pada abad ke lima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine.

Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakamkan di sana. Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli.

Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam katedral Napoli.

Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu.

Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian aneh itu merupakan sebuah mujizat.

Demikian renungan harian Katolik Jumat, 19 September 2025 dengan bacaannya. Semoga Allah melindungi kita.

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 19 September 2025

Bacaan I: 1 Tim 6:2c-12

Mazmur Tanggapan: Mzm.49:6-7,8-9,17-18-20

Bacaan Injil: Luk. 8:1-3

Renungan Hari Ini: Sertakan Tuhan dalam Setiap Rencana mu

Kisah Santo Hari Ini: Yanuarius, Martir