Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa bacaan dan renungan harian Katolik Jumat, 28 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Jumat 28 November 2025 adalah hari biasa. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Dan. 7:2-14; Dan. 3:75,76,77,78,79,80,81; dan Luk. 21:29-33.
Renungan Katolik 28 November 2025 mengangkat tema “Masih Ada Waktu” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Hendri Candra. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Berkatalah Daniel, demikian: “Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar,
dan empat binatang besar naik dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain.
Yang pertama rupanya seperti seekor singa, dan mempunyai sayap burung rajawali; aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya diberikan hati manusia.
Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang; ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya. Dan demikianlah dikatakan kepadanya: Ayo, makanlah daging banyak-banyak.
Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang yang lain, rupanya seperti macan tutul; ada empat sayap burung pada punggungnya, lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan.
Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh.
Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong.
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar.
Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka ditentukan sampai pada waktu dan saatnya.
Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.
Pujilah Tuhan, hai gunung gemunung, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala apa yang bergerak di dalam air, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai unggas di udara, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” -(Luk. 21:33)
Memandang foto-foto lawas anak saya yang sekarang sedang kuliah di luar negeri, perasaan saya berkecamuk antara rindu, bangga, bahagia dan sesal. Rasa sesal karena saya tidak hadir secara utuh sebagai seorang ayah, karena kesibukan pekerjaan dan urusan pribadi, dalam fragmen-fragmen tertentu dalam hidupnya.
Bangga dan bahagia karena melihat dia yang semakin dewasa dan mandiri. Saya rindu karena waktu bersamanya terasa begitu cepat berlalu.
Mengenai konsep waktu, fisikawan bergelut dengan pemikiran dan teka teki apakah waktu akan berakhir. Albert Einstein mengatakan waktu akan berakhir, namun fisikawan mengatakan tidak ada akhir.
Menghadapi dilema ini, beberapa ahli menyerah dan masih mempertanyakan apakah waktu akan berakhir atau tidak. Bagaimana konsep waktu menurut iman kita?
Melalui Injil Lukas hari ini, Yesus mengingatkan bahwa langit dan bumi akan berlalu, tetapi Sabda Tuhan tidak akan berlalu. Langit dan bumi adalah dunia fisik yang sifatnya sementara waktu dan akan berakhir. Tetapi sabda Tuhan sifatnya kekal, tidak ada batas waktu.
Sebagai seorang Kristen, saya sungguh mengimani bahwa hanya karena penyelenggaraan Ilahi saya boleh melewati setiap waktu dalam hidup ini. Dalam peristiwa suka dan bahagia terutama waktu bersama anak saya; saya lupa mengucap syukur dan menganggap semua itu berkat kemampuan saya sendiri.
Namun, waktu menderita sakit dan berduka, saya bertanya mengapa Tuhan tidak hadir?
Menyitir Ebiet G Ade dalam lagunya “Masih Ada Waktu”:
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah
Segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu
Mari kita menata hidup, untuk semakin memancarkan kasih Tuhan, karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita dengan kasih yang tak berkesudahan. Janganlah menimbun harta di bumi tetapi kumpulkanlah harta di surga dengan hidup benar dan melakukan firman-Nya.
Sehingga di waktu pagi kita boleh berkata, “Tuhan bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan pujian-Mu.” Di waktu malam kita kembali berdoa, “Semoga saya boleh beristirahat dengan tenang dalam keabadian bersama Bapa di surga.”
Ya Tuhan, musim boleh berlalu, tetapi sabda-Mu akan hidup selama-lamanya.
Semoga sabda-Mu yang telah ditaburkan boleh tumbuh subur bagi panenan-Mu yang abadi. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.
Zoe Laboure-nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster ‘Puteri Kasih’ dengan nama ‘Katarina’.
Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal 18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali: “Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster Laboure!”
Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel. “Bunda Maria menanti engkau di kapel!” kata anak kecil itu.
Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala.
Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru: “Lihat, itulah Bunda Maria!” Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala.
Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya.
Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: “Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!” Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf “M”; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan.
Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: “Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus.”
Katarina, meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat.
Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya.
Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut.
Medali inilah yang sekarang lazim disebut ‘Medali Wasiat’. Kata ‘wasiat’ tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara.
Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari ‘beata’ pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai ‘santa’ pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).
Itulah renungan harian Katolik Jumat, 28 November 2025. Semoga Tuhan Memberkati!







