Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa renungan harian Katolik, Minggu, 16 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Minggu, 16 November adakah Hari Minggu Biasa XXXIII. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Mal. 4:1-2a, Mzm. 98:5,6, 2 Tes 3:7-12 dan Luk. 21:5-19.
Renungan Katolik 16 November 2025 mengangkat tema “Dalam Ketabaanku” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Leo Hans Adrianus. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.
Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.
Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.
Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.
Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.
Sekali peristiwa, ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Akan datang harinya segala yang kamu lihat di situ diruntuhkan, dan tidak akan ada satu batu pun dibiarkan terletak di atas batu yang lain.”
Lalu murid-murid bertanya kepada Yesus, “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab Yesus, “Waspadalah, jangan sampai kamu disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata ‘Akulah Dia’ atau ‘Saatnya sudah dekat’.
Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan bila kamu mendengar tentang perang dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi yang dahsyat, dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan. Dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.
Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya. Karena nama-Ku kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat, dimasukkan ke dalam penjara, dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu, jangan kamu memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Aku sendirilah yang akan memberi kamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.
Kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluarga dan sahabat-sahabatmu, dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh; karena nama-Ku kamu akan dibenci semua orang. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
“Dalam ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Luk. 21:19)
Perikop hari ini merupakan bagian dari pengajaran Yesus menjelang penderitaan-Nya. Ia menyampaikan nubuat mengenai akhir zaman dengan diruntuhkannya Bait Allah, dan tanda-tanda apokaliptik seperti perang, gempa bumi, penyakit, dan tanda-tanda di langit.
Kapan waktunya tiba? Yesus tidak menyebutkan kapan, tetapi mengarahkan fokus pada kesiapan rohani, keberanian dalam kesaksian, dan pengharapan dalam penderitaan. Ini adalah panggilan untuk hidup sebagai Bait Allah sejati, memancarkan kehadiran-Nya di tengah dunia yang rapuh.
Namun, apakah aku yang bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allahku, satu-satunya Juru Selamatku, akan mengalami degradasi iman akibat penderitaan; atau malah berharap memperoleh kehidupan kekal setelah ketabahanku teruji?
Aku pernah mengalami dipanggil sebagai saksi oleh Polda Banten sehubungan dengan peristiwa penggelapan uang yang dilakukan oleh pihak pemasok. Sekalipun aku tidak takut karena merasa tidak bersalah, namun suara sumbang tentang pemeriksaan, dan penyidikan yang dapat diatur hasilnya; membuat aku berseru dengan keras memohon perlindungan Tuhan.
Jangan sampai pernyataanku malah menjebakku turut menjadi tersangka. Yesus berkata, “Sebab itu, tetapkanlah di dalam hatimu, untuk tidak memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
Sebab, Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah semua lawanmu.” (Lukas 21:14-15). Aku juga teringat ayat terakhir dari perikop ini, “Dalam ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Luk. 21:19).
Maka aku menenangkan diri dalam doa dan menjawab pertanyaan dengan jujur dan jelas. Tidak menambah atau mengurangi kata-kata seakan-akan untuk meyakinkan polisi.
Aku pegang teguh sabda-sabda Yesus. Aku melepaskan ego, kepandaian, dan pengetahuanku akan kebenaran tentang persoalan yang aku hadapi.
Sungguh aku akan berserah penuh, mengikuti perintah-Nya, dan memperoleh keselamatan dari persoalan-persoalan yang semula tidak aku duga dapat terjadi.
Maukah kita memperoleh hidup dengan mengusahakan ketekunan dan ketabahan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya? Karena ketabahan adalah panggilan untuk tetap setia dalam pelayanan kita, bahkan ketika hasilnya tidak terlihat bagus. Tabahlah, Allah menghitung setiap langkah kecil kita dalam kasih-Nya yang memberi kita hidup.
Allah Bapa Yang Maha Kuasa, berilah aku kepekaan akan pertolongan yang Engkau berikan kepadaku. Jangan sampai egoisme dan kesombongan menutupi kepekaanku untuk mendengar dan melihat pertolongan Ilahi, karena begitu besar kasih-Mu kepada mereka yang taat dan setia kepada-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamatku. Amin.
Gertrudis lahir di Eisleben, Jerrnan pada tahun 1256. Sejak berusia lima tahun, ia diserahkan orang-tuanya kepada para suster di Hefta, Jerman Utara.
Di dalam biara itu ia dibesarkan dan dididik, kemudian menjadi suster dan rupanya tidak pernah keluar dari biara itu lagi. Guru dan sahabatnya ialah Suster Mechtildis, yang kelak dinyatakan juga sebagai ‘Santa’.
Tentang Suster Mechtildis, Gertrudis mengatakan: “Belum pernah saya melihat, orang yang menyerupai dia di dalam biara kami ini, dan mungkin tak pernah akan ada.”
Gertrudis mengenyam pendidikan tinggi dan terkenal sangat cerdas. Ia fasih berbicara bahasa Latin.
Teman-temannya sebiara mengatakan bahwa dalam akal budinya tak ada suatu kesalahan dan dalam hatinya tak terlintas segumpal awan mendung kedukaan. Semuanya itu dimungkinkan oleh karena hidup rohaninya terpelihara dengan baik dalam persatuan erat dengan Kristus.
Sewaktu berusia 20 tahun ia diperkenankan melihat Yesus dalam suatu penampakan. Semenjak itu ia mencurahkan seluruh jiwa-raganya pada hidup kontemplatif.
Baginya, segala daya tarik pengetahuan duniawi telah terkubur dalam-dalam. Seluruh perhatiannya ia curahkan pada Kitab Suci, karya para pujangga Gereja dan perayaan ibadat.
Hidupnya penuh dengan pengalaman rohani yang berturut-turut dikaruniakan Tuhan kepadanya. Banyak di antaranya dapat dibaca dalam suatu kumpulan karangan yang sebagian ditulis berdasar catatan, diktat dan hasil tulisan Gertrudis sendiri.
Buku ini menyumbang banyak bagi kehidupan rohani di Abad Pertengahan. Buah pena itu amat menarik.
Sebab, orang akan melihat bagaimana Gertrudis merintis penghormatan kepada Hati Kudus Yesus, yang sekarang ini sangat merata dan lazim dilakukan oleh umat Kristen Katolik di mana-mana.
Itulah sebabnya Gertrudis kadang-kadang disebut juga ‘Gertrudis Agung’. Gertrudis terkenal kebaktiannya kepada Hati Kudus Yesus dan Santo Yosef, serta tekun merenungkan sengsara Yesus. Ia sering menyambut Ekaristi Kudus,” walaupun pada masa itu hal ini tidak biasa.
Ia pun rajin mendoakan Jiwa-jiwa di Api Penyucian. Ia meninggal dunia pada tahun 1302.
Itulah renungan harian Katolik Minggu, 16 November 2025. Selamat beribadah infoers!
Renungan Harian Katolik Hari Ini 16 November 2025
Bacaan I: Mal. 4:1-2a
Mazmur Tanggapan: Mzm. 98:5,6
Bacaan II: 2 Tes 3:7-12
Bait Pengantar Injil
Bacaan Injil: Luk 21:5-19
Renungan Hari Ini: Dalam Ketabahanku
Doa Penutup
Kisah Orang Kudus Hari Ini: Santa Gertrudis dari Hefta, Perawan









