Bagi umat Katolik renungan harian mengajak umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci dan membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Renungan Katolik biasanya disertai dengan bacaan dan doa.
Renungan Harian Katolik Rabu, 15 Oktober 2025, mengajak kita untuk tetap setia berbuat baik meski dunia seringkali membalas dengan acuh. Melalui bacaan hari ini, kita diingatkan bahwa kebaikan bukan sekadar kewajiban, melainkan panggilan untuk mencerminkan kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Renungan harian Katolik hari ini mengangkat tema “Jangan Lelah Berbuat Baik” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.
Yuk, disimak!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.
Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,
tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.
Sebab Allah tidak memandang bulu.
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh?
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.
Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin.
Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar.
Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.”
Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.
tetapi kemuliaan, kehormatan, dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (Rom. 2:10)
Akhir bulan Agustus sampai dengan awal bulan September 2025 yang lalu, kita dihadapkan pada situasi dan kondisi negara yang tidak baik-baik saja. Ulah para pejabat publik yang tidak elok dalam berperilaku dan berkata-kata membuat kemarahan rakyat.
Mereka akhirnya berdemonstrasi dan berujung pada perilaku anarkis, yang menelan korban jiwa dari orang-orang yang tidak bersalah. Banyak pemberitaan di surat kabar dan media elektronik tentang kasus pembunuhan dan tindakan kekerasan yang berujung kepada hilangnya nyawa seseorang karena hal-hal sepele.
Faktor ekonomi menyebabkan banyak orang menjadi stress, depresi dan akhirnya mencari jalan pintas penyelesaian masalah dengan bunuh diri. Hal Ini membuat saya merenung, masih adakah kasih di zaman sekarang ini?
Apakah masih ada orang-orang yang berkehendak baik, yang dengan tulus mau memperjuangkan kepentingan rakyat? Masih adakah orang jujur yang berintegritas tinggi dan mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi dan golongan?
Situasi Indonesia seperti situasi kota Roma saat Rasul Paulus memberitakan Injil. Kota Roma mengalami kemerosotan moral, kejahatan merajalela, korupsi di mana-mana.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Penderitaan dan kesengsaraan akan dialami oleh setiap orang yang berbuat jahat.
Kemuliaan, kehormatan, dan damai sejahtera diperoleh orang-orang yang berbuat baik. Karena itulah Paulus mengajak orang berbuat baik dan beriman kepada Kristus Sang Juru Selamat.
Allah sudah lebih dahulu mencintai kita, maka selayaknya kita hidup sesuai dengan kasih-Nya. Rasul Paulus juga menegur kita untuk tidak menghakimi sesama, karena kita manusia melakukan kejahatan yang sama.
Bagaimana kita bisa menghakimi orang lain sementara kita juga berbuat demikian? Marilah kita merefleksikan hidup kita!
Sudahkah kita hidup baik atas dasar kasih sesuai dengan kehendak Allah? Sebagai murid Kristus, beranikah kita melawan ketidakadilan?
Kita harus menjadi pribadi yang berbeda seperti Kristus. Jangan pernah lelah berbuat baik meski lingkungan sekitar tidak mendukung, karena Allah akan menganugerahkan kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera!
Doa:
Tuhan Yesus, dalam situasi hidup saat ini yang penuh ketidakpastian, semoga kami semakin mengimani Kristus dalam hidup sebagai satu-satunya kebenaran. Utuslah Roh Kudus-Mu, agar kami berani untuk berbuat baik, karena Engkau sudah lebih dahulu mencintai kami dan menganugerahkan kasih karunia yaitu jalan keselamatan di dalam Kristus. Amin.
Terlahir dengan nama ‘Teresa Sanchez Cepeda Davila y Ahumada’ di Avilla, Spanyol Tengah pada tanggal 28 Maret 1515. Beliau dikenal sebagai salah seorang mistisi besar Gereja dan bersama Santa Katarina dari Siena digelar sebagai Pujangga Gereja.
Ia terkenal sebagai pembaharu corak hidup membiara di kalangan Ordo Suster-suster Karmelit. Masa aktifnya sebagai seorang Suster Karmelit dimanfaatkannya dengan banyak menulis literatur-literatur mistik Katolik yang bernilai tinggi.
Dari buku autobiografinya, kita mengetahui banyak hal tentang kehidupannya sendiri dan keluarganya. Orang-tuanya saleh dan disiplin namun tidak kaku, dermawan tetapi tidak pemboros.
Teresa adalah anak ketiga dari 9 orang bersaudara dari perkawinan kedua ayahnya, Alfonso Sanchez de Cepeda, dengan Beatrice Davila y Ahumada. Bila digabung dengan anak-anak dari perkawinan pertama ayahnya, mereka ada 12 orang bersaudara.
Di rumah, Teresa mendapat pendidikan yang baik sehingga membuat dia berkembang menjadi seorang puteri yang riang dan sangat aktif. Pernah suatu hari dalam umur tujuh tahun, ia bersama kakaknya Rodrigo bertekad pergi ke Afrika agar mati sebagai martir, karena mendengar berita penganiayaan orang-orang Kristen di sana oleh orang-orang Moor.
Tetapi mereka dihadang oleh pamannya dan dipaksa kembali ke rumah. Semakin besar, Teresa semakin cantik dan menarik.
Penampilannya sangat menyerupai ibunya. Hanya saja, ia sadar akan keelokan wajahnya dan akan jiwanya yang pesolek dan senang dikagumi.
Ayahnya cemas sekali akan perkembangannya, sehingga cepat-cepat menyekolahkan dia di sebuah sekolah puteri yang dikelola oleh Suster-suster Santo Agustinus. Di sana ia tinggal di asrama dengan disiplin yang keras.
Cara hidup di dalam asrama itu membuat ia insyaf akan perilakunya yang kurang pada tempatnya. Tetapi ia sakit-sakitan dan akhirnya terpaksa kembali ke rumah setelah satu setengah tahun belajar di sekolah itu.
Pada tahun 1538 tatkala berusia 21 tahun, ia masuk biara Karmelit, Inkarnasi di Avilla dengan nama ‘Teresa dari Yesus’. Baginya kehidupan membiara adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan jiwanya sendiri dan jiwa orang lain.
Namun meski ia berhati teguh, hidupnya tampak kurang bergairah: di rumah ia selalu senang dan tenteram. Ia akrab dengan saudara-saudaranya dan tetangga sekitar.
Oleh karena itu hatinya masih tertambat pada keluarganya dan tak sudi untuk berpisah terus. Sebab, di rumah ia selalu senang dan tenteram, serta akrab sekali dengan saudara-saudaranya dan tetangga dekat.
Di biara ia memang melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Namun ia bersikap-acuh tak acuh saja terhadap kehidupan rohaninya bahkan memandang remeh saja dosa-dosanya.
Batinnya semakin kacau ketika ayahnya meninggal dunia. Ia jatuh sakit keras dan selama empat hari berada dalam keadaan koma seperti orang yang mendekati ajalnya.
Kemudian selama tiga tahun ia lumpuh. Dalam penderitaan itu, ia banyak berdoa dan bersamadi sehingga hidup rohaninya berkembang pesat.
Dia dikaruniai banyak rahmat, sehingga sering mengalami ekstase. Pengalaman-pengalaman rohani itu membuat hatinya di penuhi semangat cinta ilahi.
Pada tahun 1560 ia pernah menyaksikan kesengsaraan orang-orang di dalam neraka. Sejak itu ia mengalami suatu pertobatan batin yang radikal dan berdoa agar Yesus memperkenankan dia melayaniNya dengan penuh kesetiaan.
Untuk itu ia berikrar untuk selalu berbuat yang lebih baik sesuai dengan kehendak Allah. Pada usia 50-an, Teresa mencita-citakan suatu biara kecil di mana beberapa orang suster, menghayati dengan lebih sungguh aturan-aturan asli Karmelit: Bersama empat orang suster lain, ia’ mendirikan biara idamannya itu: ‘biara Santo Yosef’ di Avilla, pada tanggal 24 Agustus 1562.
Tujuan utamanya ialah untuk membaharui semangat hidup suster-suster Karmelit sesuai dengan tujuan aslinya. Usahanya ini mendapat banyak tantangan.
Tetapi Paus mendukung usaha pembaharuannya itu. Anggotanya terus bertambah dengan pesat.
Selama 20 tahun berikutnya Teresa menjelajahi seluruh Spanyol untuk menyebarluaskan ide pembaharuannya itu, sambil mendirikan biara-biara (semuanya berjumlah 15) meskipun dengan susah payah.
Ciri khas biaranya: kecil, miskin, tertutup terhadap dunia luar dan berdisiplin keras: Semangat pembaharuan yang dihidupkan Teresa menembus pula tembok Ordo Karmel lain yang ada pada masa itu. Mereka pun mulai berbenah diri meneladani Teresa.
Bersama Santo Yohanes dari Salib yang mempunyai semangat pembaharuan yang sama dengannya, Teresa mendirikan pertapaan pertama bagi rahib-rahib Karmelit di Duruelo. Untuk menjaga agar peraturan hidup para Karmelit dipegang teguh, Teresa menuliskannya dalam sebuah buku tebal.
Selain itu ia pun banyak menulis buku-buku rohani yang berisi pengalaman-pengalaman rohaninya. Buku-bukunya yang terkenal antara lain: Autobiografi berisi kisah hidupnya sejak kecil; Fondasi berisi uraian tentang upaya pembaharuannya; Istana Batin berisi pengalaman-pengalaman rohaninya.
Tulisan-tulisannya ini ditujukan terutama kepada para susternya, namun, karena nilainya yang bersifat universal maka Gereja menganggapnya sebagai khasanah iman Kristen yang tak ternilai harganya bagi pengembangan iman.
Dengan demikian tulisan-tulisannya itu menjadi kekayaan Gereja yang berisi ajaran rohani dan mistik Kristen yang dianggap berbobot bagi pembinaan iman umat teristimewa di Spanyol.
Wanita yang penuh wibawa, polos, cantik dan menyenangkan itu jatuh sakit dan meninggal dunia di pangkuan Bd. Anne di biara Alba de Tormes pada tanggal 24 Oktober 1582 sementara dalam suatu perjalanan dari Burgos ke Avilla.
Beliau dinyatakan ‘kudus’ pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XIV (1621-1623) dan diangkat sebagai pelindung Spanyol.
Demikian renungan harian Katolik Selasa, 15 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga Tuhan Memberkati Kita.