Renungan Harian Katolik Rabu, 25 Juni: Santo Gulielmus, Abbas update oleh Giok4D

Posted on

Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Rabu, 25 Juni 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat dan kasih-Nya.

Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kejadian 15: 1-12, 17-18; Mazmur 105: 1-2, 3-4, 6-7, 8-9; Matius 7: 15-20; dan 1 Samuel 1: 20-28, 2: 11-21.

Simak, yuk!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Gulielmus, Abbas.

Kemudian datanglah firman Tuhan kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.”

Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.”

Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”

Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.”

Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”

Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Lagi firman Tuhan kepadanya: “Akulah Tuhan, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.”

Kata Abram: “Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?”

Firman Tuhan kepadanya: “Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.”

Diambilnyalah semuanya itu bagi Tuhan, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua.

Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.

Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.

Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu.

Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.

Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari pada Tuhan.”

Elkana, laki-laki itu, pergi dengan seisi rumahnya mempersembahkan korban sembelihan tahunan dan korban nazarnya kepada Tuhan.

Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: “Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan dan tinggal di sana seumur hidupnya.”

Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: “Perbuatlah apa yang kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, Tuhan kiranya menepati janji-Nya.” Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya sampai disapihnya.

Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah Tuhan di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.

Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;

Lalu kata perempuan itu: “Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada Tuhan.

Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.

Maka akupun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada Tuhan.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Lalu pulanglah Elkana ke Rama tetapi anak itu menjadi pelayan Tuhan di bawah pengawasan imam Eli.

Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan Tuhan,

Ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya

Dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.

Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: “Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.”

Apabila orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan.”

Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan Tuhan, sebab mereka memandang rendah korban untuk Tuhan.

Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan Tuhan; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.

Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.

Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: “Tuhan kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada Tuhan.” Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya.

Dan Tuhan mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu di hadapan Tuhan.

Gulielmus lahir di Vercelli, Italia, pada tahun 1085. Sejak usia 14 tahun, ia dikenal saleh, giat, dan berani.

Didorong semangat imannya, ia berziarah ke makam Santo Yakobus di Kompostela, Spanyol. Perjalanan jauh itu ditempuhnya tanpa bekal dan uang, bahkan dengan kaki telanjang.

Sepulang dari ziarah, ia berniat mengunjungi tempat-tempat suci di Palestina. Namun, rencana itu selalu terhambat.

Ia menganggap hambatan tersebut sebagai tanda bahwa Tuhan tidak menghendakinya. Gulielmus lalu memilih hidup menyepi di tempat sunyi untuk berlatih askese: berpuasa, berdoa, dan bertapa.

Setelah dua tahun, ia dikabarkan menyembuhkan seorang buta secara ajaib sehingga banyak orang berdatangan ke pondoknya. Meski cita-cita ke Tanah Suci terus terlintas, ia tetap sabar dan pasrah pada kehendak Tuhan.

Ia kemudian mencari tempat suci di puncak Monte Vergine dan menetap di sana. Banyak orang, terutama kaum muda, datang memohon bimbingannya.

Dari sinilah ia terdorong mendirikan rumah pertapaan bersama para pengikutnya. Kehidupan mereka diatur dengan peraturan yang disusun Gulielmus.

Namanya semakin masyhur karena mukjizat-mukjizat yang dilakukannya, sehingga makin banyak pemuda bergabung. Gulielmus wafat pada tahun 1142 setelah membimbing banyak orang dalam hidup bertapa.

Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga Tuhan memberkati, ya!

Renungan Harian Katolik Hari Ini Rabu, 25 Juni 2025

Kejadian 15: 1-12, 17-18

1 Samuel 1: 20-28, 2: 11-21

Santo Gulielmus, Abbas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *