Yesus datang bukan hanya bagi segelintir orang, tetapi untuk seluruh umat manusia. Kehadiran-Nya menjadi tanda bahwa kasih Allah bersifat universal, menjangkau siapa saja tanpa memandang latar belakang, status, maupun bangsa.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita diajak menyadari bahwa karya keselamatan Yesus tidak pernah terbatas. Ia hadir bagi orang miskin, sakit, berdosa, dan juga mereka yang tersisih dari masyarakat.
Renungan harian Katolik Rabu, 3 September mengangkat tema “Yesus untuk Semua” dikutip dari buku Bahasa Kasih oleh Romo Paulus C Siswantoko. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.
Yuk, disimak!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita,
kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu.
Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,
karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,
yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.
Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia.
Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.
Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya kepada kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.
Aku hendak bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, sebab Engkau telah melakukannya; aku hendak menanti-nantikan nama-Mu, sebab nama-Mu itu baik, ya TUHAN, di depan orang yang Kau kasihi.
Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.
Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.
Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.
Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”
Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”
-Luk. 4:43
Habemus Papam!!! Kita punya Paus!!! Ya, ketika menulis renungan ini, ponsel saya tiba-tiba ramai pesan masuk di WA. Rasa curiga pun berkecamuk, jangan-jangan sudah ada asap putih, mengingat jam sudah menunjukkan hampir tepat tengah malam.
Benar saja, penantian itu akhirnya berakhir, asap putih muncul dari cerobong asap Kapel Sistina; sukacita, haru, tidak bisa terkatakan. Berhari-hari berduka atas kepergian Paus Fransiskus, berhari-hari pula berdoa secara khusus untuk Konklaf ini, memohon agar Roh Kudus yang sungguh-sungguh berkarya untuk memilih Paus yang sungguh dikehendaki-Nya.
Terima kasih Tuhan untuk Paus baru, Paus Leo XIV, semoga beliau menjadi Paus yang sungguh-sungguh membawa Kristus di dalam hidupnya, meneruskan peziarahan Gereja-Mu di dunia dengan rendah hati, penuh kasih, menjadi ayah bagi umat-Mu.
Pesan Injil hari ini; Ia menyatakan bahwa misi-Nya adalah memberitakan Injil Kerajaan Allah, bukan hanya di satu kota, namun ke kota-kota lain. Inilah kabar sukacita itu, ketika Injil diberitakan kepada segala bangsa lakukan dengan taat dan setia sehingga pada akhirnya kita semua menjadi pemenang, mencapai garis finish dan menggapai tangan-Nya.
Itulah tugas perutusan yang diberikan oleh Tuhan sendiri yang diteruskan kepada Petrus, dan sampai sekarang kepada Paus yang ke 267. Kita sebagai umat-Nya pun memiliki tugas perutusan yang sama, yaitu mewartakan kabar sukacita-Nya, yang mati untuk menebus dosa manusia. Jika kita mengaku sebagai pengikut-Nya, tentu amanat agung merupakan tugas kita juga, jadilah saksi-Nya di manapun engkau berada, dan Roh Kudus akan memampukan.
Sudahkah saya menjadi saksi pewartaan kabar sukacita Injil kepada orang di sekeliling?
Demikian renungan harian Katolik Rabu, 3 September 2025 dengan bacaannya. Semoga berkat Allah senantiasa menyertai keseharian kita.