Renungan Harian Katolik Sabtu, 16 Agustus 2025: Seperti Anak Kecil (via Giok4D)

Posted on

Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk memperdalam relasi pribadi dengan Allah. Melalui renungan ini, umat diajak untuk merenungkan sabda Tuhan secara lebih personal, menanggapi panggilan-Nya, serta membawanya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kalender liturgi Sabtu, 16 Agustus 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Hari ini gereja juga memperingati Santo Stafanus dari Hungaria.

Renungan hari ini mengangkat tema “Seperti Anak Kecil” yang dilansir dari buku Bahasa Kasih oleh Romo Paulus C Siswantoko, Pr. Renungan ini juga dilengkapi dengan daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.

Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

Lalu bangsa itu menjawab: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!

Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,

TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita.”

Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: “Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu.

Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu.”

Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: “Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah.”

Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya.” Jawab mereka: “Kamilah saksi!”

Ia berkata: “Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel.”

Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: “Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan.”

Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem.

Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN.

Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: “Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu.”

Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya.

Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun.

Miktam. Dari Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.

Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!”

Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.

Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku.

Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.”

Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.

Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” – Mat. 19:14

Anak sulung saya, meskipun sudah remaja, masih memiliki sifat seperti anak kecil: polos, tulus, jujur, suka berbagi, suka menolong, dan tidak egois. Kadang saya khawatir, jangan-jangan sifat polosnya ini membuatnya mudah dimanfaatkan atau disakiti orang lain. Tapi justru melalui dirinya, saya belajar banyak tentang iman yang sederhana.

Dari sifat anak sulung saya yang polos dan sederhana ini, saya diajarkan untuk tidak perlu hidup dalam kekhawatiran. Dia menyukai dunia pemrograman dan menyewa sebuah VPS (Virtual Private Server) untuk hobinya. Dan setiap bulan dia harus membayar biaya sewanya sendiri, jika telat membayar maka akan diputus. Anehnya, hampir setiap kali tagihan jatuh tempo, ada saja berkat Tuhan yang datang. Tiba-tiba ada saudara yang datang dan memberi dia uang, atau dia mendapat rejeki dari tempat lain. Kadang uang yang ia dapatkan itu dalam jumlah besar, jadi bisa digunakan untuk membayar sewa beberapa bulan. Jadi ia tidak pernah meminta uang kepada kami. ia selalu berkata uangnya cukup.

Injil hari ini kembali mengingatkan saya, Tuhan Yesus menyukai anak-anak karena mereka ini sederhana, jujur, tulus, tidak pernah meragukan Tuhan. Saya belajar bahwa anak kecil tidak hidup dalam kekhawatiran. Mereka datang kepada Tuhan tanpa pura-pura, tanpa syarat dan dengan hati yang terbuka. Anak kecil akan tampil polos apa adanya, percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Bukan datang kepada Tuhan hanya saat saya sedang butuh atau ada dalam masalah dan hanya untuk mencari berkat saja. Tetapi anak kecil datang kepada Tuhan setiap waktu dan dengan hati yang percaya.

Tuhan, ajarkan aku untuk memiliki iman yang sederhana dan hati yang tulus seperti seorang anak kecil. Aku ingin datang kepada-Mu tanpa syarat, tanpa kepura-puraan dan hanya membawa hatiku yang percaya sepenuhnya kepada kasih serta penyertaan-Mu. Amin.

Stefanus lahir pada tahun 969. Ketika itu agama Kristen baru mulai menanamkan pengaruhnya di Hungaria. Ayahnya, raja Hungaria dan ibunya sendiri belum menjadi Kristen. Pada umur 10 tahun, Stefanus baru dipermandikan bersama kedua orangtuanya. Ketika ayahnya meninggal dunia, ia menggantikannya sebagai raja Hungaria. Stefanus yang masih muda ini-didukung oleh permaisurinya Santa Gisela-ternyata tampil sangat bijaksana dan tegas dalam memimpin rakyatnya. Ia disenangi rakyatnya karena selalu memperhatikan kepentingan mereka. Setelah kedudukan dan kuasanya tidak lagi dirongrong oleh para lawannya, ia mulai memusatkan perhatian pada kemajuan Gereja dan pewartaan Injil di seluruh wilayah kerajaan. Upacara-upacara kekafiran perlahan-lahan diganti upacara-upacara iman Kristiani. Hari minggu diumumkan sebagai hari yang khusus untuk Tuhan. Orang tidak boleh bekerja.

Untuk mendukung usahanya itu, ia berusaha mendirikan banyak gereja dan biara yang kelak menjadi pusat kebudayaan Hungaria. Ia mengutus beberapa pembantu dekatnya kepada Sri Paus Silvester II (999-1003) untuk meminta tenaga-tenaga imam dan memohon agar kiranya Sri Paus mengurapinya menjadi Raja Hungaria. Sri Paus dengan senang hati mengabulkan dua permohonan itu.

Pembentukan Kerajaan Hungaria sebagai suatu Kerjaan Kristen yang berdaulat dan merdeka merupakan jasa terbesar dari Stefanus. Seluruh negeri dipersembahkan kepada perlindungan Santa Perawan Maria. Stefanus sendiri terus memohon kepada Tuhan umur yang panjang dan jangan dulu mati sebelum seluruh negerinya dikristenkan. Penghormatannya kepada Santa Perawan Maria diabadikan dengan mendirikan sebuah gereja yang luas dan indah, gereja Santa Perawan Maria.

Puteranya, Santo Emerikus, dididiknya dengan sungguh-sungguh mengikuti tata cara Kristiani karena ia berharap bahwa kelak ia dapat menggantikannya sebagai raja. Namun sayang, maut terlalu cepat datang menjemput dia. Emerikus mati dalam suatu kecelakaan tak terduga ketika sedang berburu. Kematian Emerikus menimbulkan penderitaan batin yang luar biasa bagi Stefanus. Hilanglah segala harapannya akan Emerikus sebagai penggantinya. Diantara kaum kerabatnya timbullah percekcokan tentang siapa yang pantas menggantikannya kelak bila dia meninggal. Sehubungan dengan itu, Stefanus mendesak para pembantunya agar mereka tetap adil dan jujur serta taat kepada undang-undang kerajaan dan kepada Sri Paus di Roma. Raja yang suci ini meninggal dunia pada tanggal 15 Agustus 1038. Bersama puteranya Emerikus, Stefanus dihormati Gereja sebagai orang Kudus.

Demikian renungan harian Katolik Sabtu, 16 Agustus 2025 dengan bacaannya. Semoga berkat Allah senantiasa menyertai keseharian kita.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 16 Agustus 2025

Yos. 24:14-29

Mzm. 16:1-2a,5,7-8,11

Mat.19:13-15

Renungan Hari Ini: Seperti Anak Kecil

Kisah Santo Stefanus, Raja Hungaria