Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa bacaan dan renungan harian Katolik, Sabtu, 22 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Sabtu, 22 November adalah Peringatan Santa Sisilia. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah 1 Mak. 6:13, Mzm 9:2-3,4,6,16b,19, dan Luk. 20:27-40.
Renungan Katolik 22 November 2025 mengangkat tema “Surga Versi Yesus” dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh Yulius Sodah MSC. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Dalam pada itu raja Antiokhus menjelajahi wilayah pegunungan. Didengarnya kabar bahwa Elimais, sebuah kota di negeri Persia, adalah termasyhur karena kekayaan perak dan emas
dan lagi bahwa kuil di kota itu sangat kaya pula oleh karena di sana ada alat-alat perang emas, lemena serta senjata yang ditinggalkan Aleksander bin Filipus, raja Makedonia, yang mula-mula merajai orang-orang Yunani.
Maka datanglah ia ke sana dan berusaha merebut kota itu serta menjarahinya. Tetapi ia tidak berhasil oleh karena maksudnya ketahuan oleh penduduk kota itu.
Mereka memberikan perlawanan kepada raja, sehingga ia lari serta berangkat dari situ dengan sesal hati yang besar hendak kembali ke Babel.
Kemudian datanglah seseorang ke daerah Persia memberitahu raja bahwa bala tentaranya yang memasuki negeri Yudea sudah dipukul mundur
dan khususnya bahwa Lisias yang maju perang dengan bala tentara yang kuat telah dipukul mundur oleh orang-orang Yahudi yang bertambah kuat karena senjata, pasukan dan banyak barang rampasan yang diperoleh mereka dengan diambil dari tentara yang telah mereka kalahkan.
Orang-orang Yahudi juga telah membongkar Kekejian yang telah ditegakkan raja di atas mezbah di Yerusalem. Bait Suci telah dipagari oleh mereka dengan tembok-tembok yang tinggi seperti dahulu dan demikianpun halnya dengan Bet-Zur, salah satu kota raja.
Mendengar berita itu maka tercenganglah raja dan sangat tergeraklah hatinya. Ia merebahkan diri di ranjang dan jatuh sakit karena sakit hati. Sebab semuanya tidak terjadi sebagaimana diinginkannya.
Berhari-hari raja berbaring di ranjangnya sedang terus-menerus dihinggapi kemurungan besar. Ketika merasa akan meninggal
dipanggilnya semua sahabatnya lalu dikatakannya kepada mereka: “Tidur sudah lenyap dari mataku dan hatiku hancur karena kemasygulan.
Maka dalam hati aku berkata: Kepada keimpitan dan kemalangan manakah aku sampai sekarang ini? Aku ini yang murah hati dan tercinta dalam kekuasaanku!
Tetapi teringatlah aku sekarang kepada segala kejahatan yang telah kuperbuat kepada Yerusalem dengan mengambil perkakas perak dan emas yang ada di kota itu dan dengan menyuruh bahwa penduduk Yehuda harus ditumpas dengan sewenang-wenang.
Aku sudah menjadi insaf bahwa oleh karena semuanya itulah maka aku didatangi malapetaka ini. Sungguh aku jatuh binasa dengan sangat sedih hati di negeri yang asing.”
aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,
sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu.
Sebab Engkau membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta.
musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing senantiasa: kota-kota telah Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya.
TUHAN telah memperkenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman; orang fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. Higayon. Sela
Bangkitlah, TUHAN, janganlah manusia merajalela; biarlah bangsa-bangsa dihakimi di hadapan-Mu!
Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
“Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak.
Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua,
dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.
Akhirnya perempuan itupun mati.
Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”
Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”
Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.”
Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Ajaran tentang surga dan neraka dalam agama-agama merupakan salah satu ajaran yang populer dan sering diperdebatkan. Akhir-akhir ini di media sosial sering muncul postingan berupa video singkat yang berisi perbandingan konsep surga menurut beberapa agama.
Ada agama yang memandang surga hampir sama dengan kehidupan di dunia, namun lebih lengkap. Hal-hal yang diinginkan di dunia tetapi tidak didapatkan akan dilengkapi di surga, misalnya soal pasangan ataupun kekayaan.
Agama yang lain memandang surga bukan dengan gambaran yang materialistis. Surga adalah tempat manusia berjumpa dengan penciptanya sebagai kerinduannya yang terbesar, sehingga dia tidak lagi menginginkan apa-apa.
Kelompok-kelompok agama Yahudi pada zaman Yesus juga memperdebatkan ajaran tentang surga. Dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini, orang Saduki yang tidak mengakui adanya kebangkitan bertanya tentang keberadaan surga dan apa yang akan dialami manusia setelah kematian.
Mereka datang membawa persoalan ini kepada Yesus. Sebagai ilustrasi, dikemukakan sebuah kasus perkawinan tentang seorang perempuan yang kawin dengan tujuh lelaki bersaudara secara berturut-turut.
Ini terjadi karena pihak suami kemudian meninggal tanpa memperoleh keturunan. Di surga nanti, siapa yang akan menjadi suami dari perempuan itu?
Yesus mengatakan bahwa di surga, orang tidak lagi kawin atau dikawinkan. Mereka hidup sebagai anak-anak Allah, hidup dalam kedekatan dengan Allah Bapa.
Orang akan memandang Allah secara nyata. Di surga, orang hidup seperti malaikat-malaikat yang memandang dan melayani Allah dengan sukacita.
Orang tidak lagi mengalami masalah-masalah duniawi seperti perjodohan dan perkawinan. Kebahagiaan dan kerinduan terbesar mereka hanyalah ada dekat dengan Allah dan memandang wajah-Nya.
Semua orang membayangkan surga sebagai sebuah tempat yang ideal bagi manusia. Yesus mengajarkan tentang surga yang sejati, yakni sebagai tempat orang berjumpa dengan Allah secara dekat dan mengalami sukacita serta keselamatan.
Surga versi Yesus bukanlah surga yang materialistis dan duniawi, di mana orang masih sibuk memikirkan bagaimana memuaskan keinginan-keinginannya. Manusia surgawi mengalami kebahagiaan sejati karena tinggal bersama Allah, melayani Dia seperti malaikat-malaikat.
Kesenangan terbesar dan sejatinya adalah memandang Tuhan. Dengan demikian, sebenarnya kita sudah dapat mengalami surga di dunia ini jika kita membiarkan diri selalu mencari Allah dan kehendak-Nya lewat doa-doa yang setia dan penuh iman, serta mengerjakan perbuatan-perbuatan kasih bagi sesama.
Cerita-cerita mengenai Sesilia kurang pasti dan jelas. Dalam buku ‘Acta’ (Cerita Kuno) yang berbau legenda, diceritakan bahwa Sesilia adalah seorang gadis Roma yang telah menjadi Kristen.
Ia, puteri bangsawan dari suku bangsa Coesilia, suku terkenal yang menghasilkan banyak pemimpin serta delapan belas orang konsul untuk Republik Roma pada masa itu.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Konon semenjak kecil ia telah berikrar kepada Allah untuk hidup suci-murni dan tidak menikah. Namun ketika sudah dewasa, orang-tuanya mempertunangkan dia dengan Valerianus, seorang pemuda yang berhati mulia dan jujur tetapi masih kafir.
Sebagai anak yang sudah menjelang dewasa, ia cukup bijaksana menghadapi ulah orang-tuanya. Ia tidak menoIak kehendak orang tuanya, kendatipun dalam hatinya ia terus berupaya mencari jalan bagaimana cara ia tetap mempertahankan ikrar kemurniannya.
Ia yakin bahwa Tuhan yang Mahakuasa akan membantunya dalam niatnya yang baik itu. Dengan keyakinan itu, imannya tidak goyah sambil tetap menghormati kedua orang-tuanya.
Ketika hari perkawinannya tiba, maka Sesilia mengikuti upacara sambil berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani; sementara itu para tamu sudah datang dan bunyi musik pun sudah ramai terdengar. Seusai pesta perkawinan itu, ia bersama Valerianus memasuki kamar mereka sebagai suami-isteri.
Dengan berani Sesilia berkata kepada suaminya Valerianus: “Valerianus! Aku mau menceritakan kepadamu suatu rahasia pribadi. Aku mohon engkau mendengarkannya dengan sepenuh hati dan tetap menerima aku sebagai isterimu.
Engkau harus tahu bahwa aku mempunyai seorang malaekat yang selalu menjaga aku. Jika engkau berani menyentuh aku sebagaimana biasanya dilakukan oleh suami-isteri yang sudah menikah secara resmi, maka malaekat itu akan marah dan engkau akan menanggung banyak penderitaan.
Tetapi jika engkau menghormati keperawananku, maka malaekat pelindungku itu akan mencintai engkau sebagaimana dia mencintai aku.” Kata Valerianus: “Tunjukkanlah malaekat itu kepadaku.
Jika ia berasal dari Tuhan maka aku akan mengikuti kemauanmu.” Jawab Sesilia: “Jika engkau percaya dan mau dibaptis menjadi Kristen, engkau akan melihat malaekat itu.”
Valerianus menyetujui usul Sesilia, isterinya. Ia disuruh menghadap Paus Urbanus, yang tinggal di Jalan Apia.
Di sana ia mengalami suatu penampakan ajaib dan mendapat pengetahuan iman lalu ia bertobat dan dipermandikan oleh Paus Urbanus. Ketika ia kembali ke rumah, didapatinya Sesilia sedang berdoa didampingi seorang malaekat yang membawa 2 mahkota bunga: untuk Sesilia dan Valerianus.
Valerianus sangat terharu menyaksikan peristiwa itu. Dengan itu apa yang dikehendakinya terpenuhi: ia melihat sendiri malaekat pelindung Sesilia, isterinya.
Pada waktu itu Kaisar Roma Diokletianus sedang giat mengejar dan menganiaya umat Kristen. Dengan rajin Sesilia dan Valerianus setiap hari menguburkan jenazah orang-orang Kristen yang dibunuh.
Valerianus kemudian tertangkap dan dihukum mati bersama adiknya dan seorang tentara Romawi yang bertobat. Tak lama kemudian Sesilia juga ditangkap dan diadili.
Ia menolak dengan tegas bujukan para penguasa. Maka ia disiksa dengan bermacam-macam cara, tetapi semuanya itu sia-sia saja.
Akhirnya dia dipenggal lehernya dan wafat sebagai martir Kristus pada tahun 230. Keberaniannya menghadapi kemartirannya membuat Sesilia tampil sebagai contoh gadis Kristen sejati, yang menjadikan hidupnya suatu madah pujian bagi Tuhan; ia dengan tegas dan gembira memilih keperawanan dan lebih senang mati daripada menyangkal cinta setianya kepada Kristus.
Kemartirannya membuat banyak orang Roma bertobat dan mengimani Kristus. Dalam abad kelima di Roma didirikan sebuah gereja basilik untuk menghormatinya, dan devosi-devosi rakyat segera mengangkatnya sebagai pelindung paduan suara dan musik gerejawi.
Itulah renungan harian Katolik Sabtu, 22 November 2025. Semoga bermanfaat!







